Kepo Maksimal

Romance Series 4504

"Pagi Owen! Bagaimana keadaanmu?" Mikha menyapa Owen yang tergeletak lemas pasca kritis dan operasi beberapa waktu lalu.

Meski wajah Owen pucat dan tubuhnya lemah, senyum Owen tak pudar dari bibir tipisnya saat Mikhayla sang Dokter Kesayangan datang.

"Owen sudah lebih baik Kakak Dokter." dengan mata sayu dan lingkar mata yang menggelap Owen tetap memberiak senyumannya.

"Owen, perkenalkan, ini Uncle Raka." Mikha memperkenalkan Raka Kakak Sepupu Mikhayla yang akan membantu biaya pengobatan Owen.

"Hai Owen. Panggil Aku Uncle Raka. Owen hobinya apa?" Raka mengusap kepala Owen sambil tersenyum meski hati Raka sedih melihat kondisi Owen.

"Owen suka main sepak bola Uncle. Tapi sejak Owen sakit Owen tidak lagi bermain sepak bola. Padahal Owen rindu dengan teman-teman Owen." terlihat wajah Owen murung.

"Owen semangat kan untuk sembuh?" Raka menatap wajah Owen.

"Iya Uncle. Owen percaya Allah akan menyembuhkan Owen melalui Kakak Dokter." Owen dengan tersenyum sambil menatap Mikhayla.

"Aamiin. Kalau begitu, Owen harus tetap semangat, jangan menyerah dan ikuti semua yang Kakak Dokter beritahu ya. Nanti saat Owen sudah sembuh Kita main bola sama-sama. Oke?" Raka membentuk dengan membulatkan jarinya.

"Oke Uncle. Owen jadi semangat lagi." Owen sangat gembira saat mendengar ucapan Raka.

"Owen. Kalau begitu Kakak dan Uncle keluar dulu ya. Nah itu suster bawakan makan siang. Makan yang banyak ya." Mikha dengan aura positif membuat Owen selalu bisa tersenyum.

"Uncle pamit dulu. Enjoy your meal Owen. See you later!" pamit Raka pada Owen.

"Bye Uncle." Owen melambaikan tangannya kepada Mikha dan Raka.

Selepas dari ruang rawat Owen, Mikha dan Raka duduk membicarakan rencana Raka yang akan memberikan bantuan biaya pengobatan Owen.

"Mas Raka mau minum apa?" Mikha menawarkan.

"Jus jambu saja deh. Sepertinya siang-siang begini segar."

"Oke."

Mikha memesan Jus Jambu untuk Raka dan Jus Sirsak untuk dirinya sendiri.

"Dek, Mas tunggu mengenai rincian biaya pengobatan Owen, nanti biar asisten Mas yang akan mentransfer dananya."

"Terima kasih banyak Mas. Sampaikan juga salam terima kasihku pada Mas Rama."

"Sama-sama Dek. Semoga bisa bermanfaat bagi Owen."

"Mas, Mommy dan Daddy titip salam untuk Pakde dan Bude, Maaf belum bisa berkunjung."

"Salam yang sama juga dari Ayah dan Bunda untuk Uncle dan Aunty. Mereka sedang ada di Jogja, menjenguk Eyang."

"Apakah Eyang sakit?"

"Tidak. Hanya melihat. Memang rutin setiap bulan kesana."

Perbincangan kedua saudara sepupu begitu asik dari obrolan seputar CSR hingga saling meledek urusan percintaan.

"Mas dengar dari Naka Kamu lagi ada yang deketin?" Raka dengan wajah penuh selidik.

"Ngaco! Kak Naka ga usah didengerin Mas. Emang suka asal!" Mikha memang tak merasa dekat dengan siapa-siapa.

"Bukankah itu Darren?" batin Raka.

"Tuan Darren!" Raka memilih memanggil relasi bisnisnya.

Darren yang sedang ada jadwal terapi ke Dokter Fisioterapi berbalik mencari sumber suara.

"Benar saja! Ternyata benar Tuan Darren. Btw, i'm so sorry, aku dengar kamu sempat mengalami kecelakaan. Bagaimana keadaanmu Tuan Darren?" Raka bangkit menyalami Darren yang menghampiri Raka.

"Seperti yang Tuan Raka lihat, Aku kesini akan terapi. Masih sedit terasa nyeri di kakiku. Btw, Tuan Raka dan Mikha?" Darren menatap curiga dan memang Darren tak menyapa Mikha karena masih kesal dengan pertanyaannya yang tak dijawab Mikha, dan kini ia melihat Mikha dengan Raka, CEO sebuah perusahaan konstruksi yang sangat dikenal di kalangan pebisnis.

"Oh, Sorry. Tuan Darren, Aku dan Mikhayla maksudku Dokter Mikhayla itu Saudara Sepupu. Jadi bukan seperti yang Tuan Darren pikirkan."

"Berpikir apa?" jawaban Kompak Mikhayla dan Darren membuat Raka tersenyum.

"Sepertinya apa yang Naka sampaikan padaku bukan sekedar bualan semata." Raka menatap pada Adik sepupunya kemudian melihat pada Darren.

Mendengar sikap Raka, Mikha dan Darren menjadi kikuk.

"Btw, Tuan Darren Aku permisi duluan. Semoga segera pulih kembali Tuan Darren. Mikha, Mas pamit dulu ya. Jangan lupa sampaikan salam dari Mas untuk Uncle Abi dan Aunty Tasya." Raka berpamitan kepada kedua anak manusia yang layaknya orang asing tak saling tegur sapa.

"Hati-hati Mas. Salam untuk Pakde dan Budhe. Oh iya, Aku minggu ini ingin ke tempat Budhe."

"Ok. Bunda minggu ini sudah kembali Kok. Bunda pasti senang Kamu mengunjunginya, kangen berat sama keponakan tersayangnya."

Raka bersalaman dengan Darren dan memeluk adik sepupunya sambil mengacak rambut Mikha.

"Kebiasaan ya, Mas Raka dan Mas Rama sejak dulu sering ngacak rambut Aku."

Pamitnya Raka, melancarkan kaki Mikha melangkah tanpa memperdulikan keberadaan Darren.

"Hei, Kau buta memang. Aku masih disini!" Darren mensejajarkan langkah Mikha meski jika ia membawa lari kakinya sedikit nyeri.

"Ish," Darren merintih kakinya belum bisa diajak berlari.

Mikha mendengar Darren meringis menghentikan langkahnya.

"Makanya jangan lari Es Balok.Kau itu belum sehat betul!" omel Mikha pada Darren sambil memastikan kaki Darren Mikha jongkok.

Darren reflek membantu Mikha bangkit, ia sungkan saat Mikha berjongkok melihat kondisi kakinya.

"Aku gapapa. Bangunlah!" Darren dengan kikuk setengah kesadarannya tergugu melihat kekhawatiran di wajah Mikha.

"Ayo, Aku antar Kau ke ruang Dokter Yudi!" Mikha reflek menggandeng tangan Darren tanpa maksud apapun memperlakukan Darren bagai pasien.

Tidak bagi Darren.

Deg!

Lengan Darren yang digandeng Mikha menciptakan sengatan listrik bagi tubuh Darren.

"Aku bisa jalan sendiri! Aku belum jompo!" menutupi rasa canggungnya dan kaget dengan tindakan Mikha.

"Ya sudah. Dasar Es Balok! Dibantu malah ngomel!" Mikha berjalan di depan Darren meski begitu ia tetap menemani Darren sampai ke poli fisioterapi.

"Hei, Kau belum jawab pertanyaanku waktu itu." Darren sungguh penasaran apakah Mikha masih memiliki perasaan pada Andrew.

Mikha memilih mengabaikan ucapan Darren.

"Kau itu memang Dokter Spesialis bikin kesal orang!" Darren memang sulit untuk berkata baik hingga ia sering beradu urat dengan Mikhayla karena mulut pedas Darren.

"Dan Kau CEO paling Kepo Maksimal seantero jagat raya!" Mikha membulatkan kedua bola matanya.

"Atau Kau sudah pindah ke lain hati, Ke Dokter Arjuna misalnya?" Darren dengan tingkat kekepoannya memastikan apakah masih ada celah namun cara Darren semakin membiat Mikha tambah emosi.

"Ck,Ck,Ck, sepertinya Aku kurang memberimu obat saat koma kemarin Es Balok. Seharusnya Kau kuberi obat anti mencampuri urusan orang lain!" kesal Mikha.

"Dokter macam apa main kasih obat sembarangan. Mana ada obat semacam itu?" Darren senang melihat raut kesal Mikha yang menurutnya menggemaskan.

"Khusus untukmu ada. Mau sekarang juga kusuntik? Oh ya Aku lupa, Kau kan takut jarum suntik. Mommymu tidak ada disini, kalau kau takut kan selalu mencari Mommymu! Hahaha!" Mikha puas meledek.

Posisi yang cukup memungkinkan bagi Darren memberi sedikit pelajaran untuk Mikhayla setelah memastikan koridor Rumah Sakit sepi.

Darren menarik pinggang Mikhayla mengunci tubuh Mikha di dinding hingga Mikha tak bisa berkutik.

Meski Mikha mahir bela diri, jangan salah Darrenpun bahkan memilikinya bahkan dari 4 jenis beladiri yang ada dan pada level tertinggi kemampuan bela diri Darren.

"Hei!" sebelum Mikha teriak Darren menutup mulut Mikha dengan telapak tangannya.

"Jangan berisik. Lain kali jika bibir mungilmu itu masih bawel dan galak, Aku tidak akan menutupnya pakai tangan, tapi dengan ini, huh!" Darren sambil menunjuk bibirnya sengaja menakut-nakuti Mikha.

Merasa kuncian Darren pada pinggangnya mengendur Mikha segera menyingkirkan tubuh Darren sambil mencubit pinggang Darren dan langsung menghindar.

"Untung kakimu masih sakit. Jika tidak kaki dan itumu Aku tendang sekalian!" Mikha menunjuk ke area Singkong Premium Darren.

Mikha segera pergi meninggalkan Darren yang memegangi perutnya pasca dicubit Mikha.

"Galak banget! Tapi kok seneng ya!"

Darren menatap kepergian Mikha sambil tersenyum meski tangannya mengusap bagian yang dicubit Mikha.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience