Mikhayla serba salah sejak ucapan Darren di Hotel di hadapan keluarganya.
"Dasar Es Balok! Kalau ga bikin Gw ribet kayaknya ga happy hidupnya!" gerutu Mikhayla.
Mikha kembali akan berbicara dengan Daddy dan Mommynya.
Sejak di mobil Mikha sudah menjelaskan bahwa Ia dan Darren tak ada hubungan apapun dan ucapan Darren tadi Mikha sendiri tidak tahu.
Entah apa yang ada dipikiran Daddy Abimana, sejak Mikha menjelaskan hingga kini sampai dirumah tak ada tanggapan atau ucapan apapun hanya diam dengan wajah sejuta arti.
Mikha semakin bingung dibuatnya. Entah harus bagaimana sementara ia sendiri terkejut dengan tingkah Darren.
"Kak, bilang sama Es Balok, kalo lagi mabuk jangan bikin rusuh! Gara-gara dia Daddy mendiamkan Aku!" Mikhayla mengadu meminta dukungan Mainaka.
"Sekarang cerita sama Kakak, bagaimana bisa Darren tiba-tiba berbicara begitu jika Kalian tidak punya hubungan apa-apa?" Mainaka masih tak percaya penjelasan adiknya yang Ia dengar di mobil sepanjang perjalanan meyakinkan Daddy dan Mommy bahwa Mikhayla tidak tahu bahwa Darren akan mengatakan hal seperti itu.
"Ya Allah Kak, Aku harus sumpah demi apapun Aku mau. Aku juga ga tahu." Mikhayla semakin pusing dengan ulah Darren yang bagai tahu bulat di goreng dadakan.
"Kamu ga macam-macam kan tiba-tiba Darren ngajakin Kamu nikah?" Mainaka memberikan isyarat tangan mengembang di perut seperti hamil.
"Astagfirullah Kak. Aku ga segila itu! Lagi pula Kakak kan tahu sendiri bagaimana Aku dan Darren seperti kucing dan anjing." Mikhayla kini sudah duduk mengikuti sang Kakak yang mengambil handuk mau mandi.
"Sudah sana keluar dulu Kakak mau mandi. Selamat ya yang mau dilamar jadi istri Darren Harold!" Mainaka tertawa sebelum masuk kamar mandi.
"Ugh!"
Mikha keluar dari kamar Naka dengan kesal.
Mikha kini mengetuk pintu kamar Daddy dan Mommy nya.
Tok,Tok,Tok.
Ceklek!
Mikha perlahan masuk ke kamar Mommy dan Daddynya.
Jujur baru kali ini Mikha melihat wajah tegang Daddy Abimana.
Mikha sangat takut jika sang Ayah berpikir macam-macam seperti Kakaknya tadi.
"Sumpah! Gw benci banget sama Lo Es Balok!" kutuk Mikha dalam hati.
"Masuk aja Sayang." Suara Mommy Tasya mengizinkan Mikha masuk.
Mikha melihat Mommynya sedang di depan meja rias melakukan ritual malam dengan serangkaian skincare yang harganya bisa bikin kantong Kita menjerit dan nangis bombay sedangkan Daddy Abimana sedang menonton TV di sofa kamar tersebut.
Mommy Tasya tampak memberikan kode kepada Mikha untuk mendekati Daddy Abimana dengan lirikan dan gerakan kepalanya pada Mikha.
Perlahan Mikha berjalan menuju Daddy Abimana yang tengah fokus menonton TV tidak menggubris kehadiran Mikhayla di kamarnya.
"Daddy, " Wajah sendu Mikha kala menatap wajah Ayahnya.
"Ehm." hanya deheman yang menjadi jawaban Abimana pada rengekan sang putri.
"Daddy Aku minta maaf kalau ucapan si Es Balok tadi bikin Daddy marah. Aku betul-betul tidak tahu kalau Dia akan berbicara begitu pada Daddy. Aku tidak pernah macam-macam Dad. Daddy jangan berpikir Aku kenapa-kenapa ya, karena antara Aku dan Darren tidak terjadi apa-apa. Dad please jawab, jangan diem aja." Mikhayla merajuk memegang tangan Abimana yang masih fokus menatap layar televisi berukuran 60 inchi.
"Sudah malam, istirahat ke kamar. Daddy lelah. Daddy mau istirahat dulu." Abimana dengan pelan bangkit dari tempat duduknya bergerak menuju ranjang empuknya.
"Daddy," suara Mikha lirih tak pernah Abimana mendiamkan Mikha segitunya.
Mommy Tasya menghampiri Mikha.
"Sayang, malam ini Kamu istirahat dulu ya. Daddy juga kasihan sejak pagi kan lelah. Besok Kita akan bicarakan lagi. Sekarang Kamu balik ke kamar, istirahat ya. Mau Mom antar ke kamar?" Mommy Tasya mengusap lembut kepala Mikha tak tega putri tercintanya sudah berderai airmata.
Mikha menggeleng. "Mikha ke kamar dulu ya Mom, Dad. Daddy selamat istirahat. I Love You Dad." Mikha menatap Abimana yang ia lihat sudah memejamkan mata dibalik selimut saat Ia keluar dari kamar orang tuanya.
Mikha mengusap airmatanya.
Kesedihannya berubah menjadi kemarahan.
Mikha membuka tas yang ia pakai saat pesta mencari ponselnya hendak menghubungi sumber masalahnya.
Saat panggilan di jawab oleh Darren tanpa salam dan aba-aba Mikhyala dengan sangat emosi langsung meluapkannya pada Darren.
"Dengar Aku baik-baik Es Balok. Cara becanda Kamu itu ga lucu! Sumpah kekanak-kanakan! Gara-gara Kamu Daddyku marah! Pokoknya jangan pernah muncul dihadapanku lagi!"
Mikhayla segera mematikan HP nya dan melemparkan kesembar tempat.
Mikhayla menjatuhkan tubuhnya diranjang empuk dengan nuansa pink.
Menutup dahinya dengan lengan meluapkan kekesalan dan kejengkelannya pada Darren dan kesedihan karena mengecewakan sang Daddy.
Perasaan Mikha campur aduk, Entah sesaat terkesima dengan Darren yang tiba-tiba namun ia tak menyangka Daddynya justru malah mendiamkan Mikha.
Mikha menyugar kasar rambutnya.
Darren masih terpaku dengan kejadian yang baru saja Ia alami.
Ucapannya yang tak direncanakan menjadi bumerang bagi dirinya.
"Bodoh Darren! Mikhayla marah!" Darren mengusap wajahnya kasar.
Darren kesal sendiri mengapa Ia terlambat mengatakannya.
Darren menerka-nerka ucapannya yang mendadak pasti menimbulkan spekulasi yang tidak-tidak bagi keluarga Mikha.
*
Arjuna mematikan mesin mobilnya.
"Untuk apa Kita kesini?" Divya mengikuti langkah Arjuna .
Arjuna berbalik, kini ditatapnya Divya "Kamu tahu Mr. Kim menyukaimu?"
"Hanya untuk itu Kamu membawaku meninggalkan undangan Mr. Kim?" Divya balas menatap Arjuna.
"Kamu menyukainya juga?" Arjuna masih menatap dengan penuh makna pada wanita yang kini memakai jas miliknya.
"Lebih baik Kita pulang. Sudah malam."
Tangan Arjuna segera menahan langkah Divya yang berbalik.
"Aku mencintaimu Divya. Maafkan Aku terlambat memahami perasaanku!"
Arjuna menatap netra biru milik wanita yang sudah membuat hatinya porak poranda tidak karu-karuan rasanya.
Divya melepas genggaman tangan Arjuna.
"Maaf, sebaiknya Kita kembali. Mr. Kim pasti sedang menunggu."
Divya berbalik melangkah meninggalkan Arjuna.
"Aku cemburu melihat Mr. Kim memandangmu, Aku marah saat Kamu berdansa dengannya Divya!" teriak Arjuna melepaskan semua sesak dihatinya.
Deg!
Langkah Divya terhenti. Divya memejamkan matanya. Memfokuskan apakah yang ia dengar adalah nyata.
Sebuah pengakuan yang dulu sempat Ia khayalkan kini nyata Ia dengar langsung ditelinganya.
Namun bayangan kala Arjuna mengabaikannya, dan perasaan Arjuna yang pernah menyukai Mikhayla semua masih meninggalkan sesak di hati Divya.
Arjuna berjalan dan menghentikan langkahnya tepat di depan Divya.
"Aku tahu, Aku menyakitimu dengan mengabaikan perasaanmu dulu. Aku memang salah karena Aku mengabaikan perasaanmu saat itu. Aku sadar saat Kamu mulai menjauh rasanya hatiku sakit. Saat Kamu bilang akan resign sejujurnya Aku ingin menahanmu. Kehilangan terbesarku saat Kamu benar-benar pergi. Masih adakah kesempatan untukku di hatimu Divya?"
"Entahlah, seperti apel yang tertusuk paku meski pakunya telah tercabut namun bekasnya tak akan hilang. Seperti itulah pengakuanmu saat ini di hatiku."
Tiba-tiba ponsel Divya berdering.
"Mommy!"
"Assalamualaikum Mom, ada apa?"
"Apa! Mommy ga becanda kan?"
Wajah Divya yang semula tegang seketika tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Mommynya.
"Baik Mom sekarang juga Aku akan kembali. Ok. Mommy sudah menghubungi Devano?"
"Oke. Beres Mom!"
Arjuna tentu heran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Seketika keduanya melupakan urusan Mereka sendiri.
"Terjadi sesuatu kah?" Wajah Arjuna mencoba mencari jawaban.
"Tentu! Yang pasti sangat luar biasa!"
Share this novel