Mikhayla asik memanjakan mata di sebuah Mall. Sudah lama tak memanjakan diri berjalan kesana kemari mengitari Mall santai tanpai beban.
Saat itu ia memang sengaja ingin merefresh kepalanya sambil mencuci mata. Simple tak harus belanja hanya senang keramaian sambil memperhatikan berbagai macam orang.
Suasana Mall yang hari itu terlihat lebih ramai sepertinya ada event yang entahlah, Mikhayla enggan mencari tahu.
"Bruk!"
"Sorry. Aku ga sengaja. Mohon maaf ya. Kamu gapapa?" Pria dengan penampilan kekinian dan gaya gaul berparas tampan bermata elang membantu Mikha mengambil kantung belanjaan Mikha yang terjatuh tersenggol sang pria.
Mikha menatap Pria didepannya yang tersenyum sambil memegang kantong belanjaan milik Mikha.
"Oh Sorry. Ini punya Kamu. Kamu Gapapa? Ada yang luka?" Pria itu menyerahkan kantung belanjaan Mikha sambil menanyakan keadaan Mikha yang tak sengaja tersenggol dirinya.
"Aku gapapa." Mikha membalas senyuman pria di hadapannya.
"Oh iya kenalkan. Aku Gio. Maaf ya sudah bikin belanjaan Kamu jatuh." Pria itu memiliki attitude yang sopan dan humble mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Mikhayla." Mikha menjabat uluran tangan Gio.
"Ok kalau Kamu baik-baik saja. Aku kesana dulu ya. Oh iya. Support Aku ya di channel youtube G&G Universe. Aku ikut tournament dulu di sana. Kalau kamu sempat nonton ya." Gio menunjuk event yang berada di hall tengah dan sudah ramai di kerubungi pengunjung Mall yang ingin menonton pertandingan games online PUBG.
Mikha melirik kearah yang ditunjukkan Gio.
"Bye Mikha. Semoga next time Kita ketemu lagi ya." Gio melambaikan tangannya pada Mikha yang sudah di kawal oleh security menuju tempat event pertandingan games berlangsung.
Mikha melihat riuh sekali dukungan pencinta games yang menyaksikan event tersebut.
"Sepertinya dia youtuber yang terkenal." Mikha melihat banyaknya pengunjung Mall terutama kaum Adam yang mendekat kearah panggung tournamen dan meneriakan nama Gio dan Gifa serta nama channel G&G Universe yang tadi Gio katakan pada Mikha.
Mikha sedikit memperhatikan.
Pria yang tadi menyapanya ramah itu menebarkan senyum bersama seorang pria disebelahnya yang wajahnya 11 12 dengan Gio.
Mikha melihat sekitar betapa Mikha menyadari benar dugaannya bahwa Gio adalah youtuber yang terkenal.
Mikha melihat beberapa wartawan stasiun TV meliput acara tersebut.
"Aku saja kali ya yang ga ngerti soal game makanya ga kenal dia siapa. Paling nonton youtube lihat tutorial make up sama orang mukbang." batin Mikha sambil meninggalkan lokasi event itu.
Mikha menuju toilet karena kandung kemihnya terasa ingin pipis.
"Sorry!" seorang gadis dengan gaya tomboy menabrak Mikha.
"Kak Dokter Mikha?"
Mikha menoleh suara yang memanggil namanya.
"Gwen!" Mikha menghentikan langkahnya.
"Kakak sedang apa? Habis shopping ya?" Gwen melihat kantung belanja yang dibawa Mikha.
Mikha hanya tersenyum.
"Oh iya Gwen. Maaf Aku duluan ya. Soalnya ada janji dengan temanku." Mikha pamit karena ada janji dengan temannya.
"Ya sayang banget. Yu udah gapapa Kak Mikha. Nextime kalau Aku ajak lunch lagi mau ya." Gwen mencipika cipiki Mikha.
Malam di Kediaman Abimana
Tempat paling menyenangkan untuk berkumpul dan berbicara apapun tentunya adalah di meja makan seperti yang biasa keluarga Abimana lakukan.
Daddy Abi, Mommy Tasya, Mainaka dan Mikhayla sudah duduk menikmati makan malamnya.
"Mom, lusa Naka akan pergi ke Labuan Bajo mau menemani Kanaya pemotretan." Mainaka memberitahukan ke Mommynya bahwa ia akan pergi menemani sang kekasih.
"Inget Loh Naka, jaga diri, ga boleh satu kamar. belum mahrom! Awas!" Mom Tasya yang selalu tak bosan mengingatkan adat ketimuran kepada anak-anaknya.
"Iyalah Mom Aku juga ngerti kok. Mom ga usah khawatir!" Naka memahami setiap nasihat Mommynya.
"Wah asik banget yang liburan!" Mikha menggoda sang kakak.
"Makanya punya pacar. Ini malah adanya musuh!" Naka seolah mengingatkan kembali moment saat Mikha berjumpa Darren.
"Siapa yang punya musuh?" Mikha tak menyadari Kakaknya menyindir ia dan Darren.
"Nah itu maksudnya apa Es Balok? Namanya Darren Mikha! sembarangan Kamu namai dia Es Balok!" Naka mengingatkan.
"Es Balok? Siapa sih Naka. Ceritakan pada Mom!" Mom Tasya penasaran perihal apa yang Naka katakan.
"Jadi Mom," Ucapan Naka diselak Mikha.
"Bukan apa-apa Mom. Ga penting!" Mikha sambil melotot ke arah sang Kakak yang malah tertawa meledek.
"Ini ada apa sih. Es Balok itu apa maksudnya." Mom Tasya ga puas karena tahu ada yang diketahui Naka soal hal yang ingin ditutupi Mikha.
"Jadi begini Mom," Naka menjelaskan dengan panjang kali lebar seluas aliran sungai kalimalang dengan antusias karena melihat wajah Mikha yang kesal padanya.
"Oh jadi, begitu. Siapa tadi namanya? Darren?" Mom Tasya tersenyum memastikan nama pria yang berseteru dengan Mikha.
"Apakah dia pria yang sama dengan yang Kamu ceritakan pada Dad tempo hari Mikha?" kini Abimana meminta kejujuran Mikha.
"Kenapa jadi ngebahas dia sih. Ga penting Dad, Mom. Ini gara-gara mulut Kak Naka yang ember!" Mikha menekuk wajahnya kesal dengan mulut lemes Naka.
"Ganteng ga orangnya Naka? Mom jadi penasaran." Mom Tasya malah sengaja membuat putrinya semakin kesal.
"Mikha sudah selesai makannya." Mikha yang sebal dengan kelakuan Naka dan Mommy Tasya memilih menyudahi makan malamnya.
"Yah, ngambek si bawel! Hati-hati jangan benci-benci banget nanti cinta loh!" Naka semakin menggoda adikknya dan sukses membuat Mikha pundung.
"Naka. Senang banget ngeledek Adikmu." Daddy Abi meminta putra sulungnya agar berhenti meledek Mikha.
"Memang seperti apa orangnya Naka? Apakah Daddy pernah lihat?" Mom Tasya jadi semakin penasaran dengan musuh bebuyutan Mikha.
Di kamarnya Mikha berbaring di tempat tidurnya.
Memasang headfree mendengarkan lagu kesukaannya.
"Kak Andrew, kenapa masih aja ya Aku inget dia." batin Mikha.
Sementara di sebuah kamar yang bergaya teduh ciri khas kamar pria dengan nuansa abu muda mendominasi.
Darren duduk di meja kerjanya.
Di bukanya laci meja itu.
Darren mengambil ikat rambut dengan inisial huruf "M"
"Adik kecil itu sekarang dimana ya?"
Darren memandangi sambil memilin ikat rambut yang sudah puluhan tahun ia simpan.
Teringat dalam benak Darren gadis kecil yang memberikannya loliipop saat ia duduk di kursi taman Rumah Sakit
Kala itu ia sedang sedih karena sang Oma tutup usia.
Darren yang sangat dekat dengan Omanya memilih duduk menenagkan diri di kursi taman Rumah Sakit
Seorang anak perempuan menghampirinya.
"Kakak kenapa sedih. Kakak sakit ya?" tatap gadis cilik kala itu.
"Tidak. Oma Kakak meninggal." Darren remaja menjawab pertanyaan sang gadis cilik.
"Kakak ini ada lollipop buat kakak. Kalau aku lagi sedih Aku biasanya makan lollipop." Gadis kecil itu memberikan Darren permen lollipop.
Terdengar suara yang memanggil gadis cilik itu.
"Kakak, jangan sedih lagi ya. Oma Kakak pasti sekarang sudah di surga. Aku pergi dulu ya. Kakak makan lollipopnya. Aku pergi dulu ya. Kapan-kapan Kita ketemu lagi! Bye!" Gadis cilik itu melambaikan tangannya pada Darren.
"Masa gara-gara dia hatiku tak pernah tergetar oleh wanita manapun?" Darren tersenyum kembali meletakkan ikat rambut berinisial M di laci meja kerjanya.
Share this novel