Setelah mengantar Mikha Darren kembali ke kantornya. Hari ini ada meeting dengan beberapa klien dari Singapura.
"Si Boss kenapa mesam mesem gitu ya? Kesambet kayaknya!" batin Lukman sambil sesekali melirik Boss Killernya dari kaca mobil.
Pikiran Darren kembali teringat saat Mikhayla mengobati dahinya yang terkena bola tenis.
"Sebenernya dia cantik dan bibirnya itu menggemaskan. Tapi galaknya itu kenapa bikin aku kangen ya." batin Darren tanpa terasa ia tersenyum sendiri.
"Boss!"
Teriak Lukman setelah 3X panggilannya tak terdengar Darren.
"Apa Sih! Sudah bosan hidup!" Darren terkejut dengan teriakan asistennya.
"Maaf Boss. Tapi Saya sudah manggil Boss 3X, Boss malah lagi asik senyum-senyum. Lagi bayangin Bu Dokter ya Boss?" Lukman dengan santai menggoda Boss Killernya.
"Jangan sok tahu! Ayo cepat, Klien kita segera sampai!"
Darren yang tidak mau kehilangan muka di depan asistennya bergerak cepat menuju ruang meeting.
"Si Boss mah gengsian! Padahal Falling in Love tuh sama Bu Dokter Mikha, tapi ga ngaku! Nanti kalau Bu Dokter diambil Dokter Arjuna biar tahu rasa di Boss!" gerutu Lukman.
"Lukman! Saya denger ya apa yang kamu bilang!" Darren dengan nada seram di telinga Lukman.
"Ampun deh punya Boss tajem amat kupingnya!" batin Lukman.
Mikhayla baru saja selesai operasi bersama Dokter Arjuna setelah 3 jam.
Alhamdulillah pasiennya segera tertolong dan berhasil diselamatkan.
Betapa bahagia keluarga pasien saat Mikhayla mengabarkan bahwa operasi berjalan lancar dan pasien dalam keadaan baik telah melewati masa kritisnya.
Mikhayla tak bisa menggambarkan suasana hatinya saat melihat kebahagiaan keluarga pasien saat ia telah berhasil menolong pasien-pasiennya berjuang dari sakit bahkan hampir merenggut nyawa.
Hal itulah yang membuat Mikha semakin mencintai profesinya.
Saat akan kembali ke ruangan, Mikha melihat Dokter Arjuna tampak termenung.
Mikha menghampiri Dokter Arjuna.
"Dok," Sapa Mikha.
"Eh, iya, Dokter Mikha."
Terlihat Dokter Arjuna terkejut karena Mikha melihat saat itu Dokter Arjuna sedang melamun.
"Sedang apa Dok?"
"Tidak. Hanya saja Saya sedang memikirkan siapa yang akan menggantikan Dokter Divya." Dokter Arjuna mencari alasan.
"Memang Dokter Divya tetap resign?" Mikhayla juga penasaran.
"Begitulah." terlihat raut wajah Dokter Arjuna murung.
"Dok, bolehkan Saya memberikan saran?" Mikhayla melihat pada Dokter Arjuna.
"Tentu. Silahkan." Arjuna menunggu apa yangvakan dikatakan Mikhayla.
"Terkadang kita sering tidak memahami perasaan kita saat kesempatan masih ada, namun penyesalan akan tiba saat semua sudah pergi. Jadi selagi ada waktu lebih baik katakan yang sejujurnya, jangan sampai menyesal saat telah pergi."
Mikha tentu sudah pernah merasakan apa yang ia katakan pada Dokter Arjuna.
Ia merasakan bagaimana cinta bertepuk sebelah tangan.
Andai ia bisa menyadari sejak awal bahwa perhatian Andrew padanya sebatas adik dan kakak, maka Mikha tidak perlu terluka.
"Mohon maaf Dok jika Saya lancang berkata demikian." Mikha melihat sorot mata Dokter Arjuna semakin redup dan wajahnya sendu.
"Tidak. Terima kasih atas sarannya. Kalau begitu Saya permisi duluan ya Dokter." Dokter Arjuna meninggalkan Mikhayla.
"Mari Dok!"
Mikha baru saja akan melanjutkan langkahnya, namhn ponselnya berdering.
Panggilan masuk dari " Pria Ganteng"
"Siapa? Seingat gw ga pernah punya phon atas nama itu." Mikha mengingat apakah ia yang memberi nama itu namun siapa.
Mikhayla mengangkatnya.
"Halo?"
" Sudah selesai operasinya. Aku akan menjemputmu. Tunggu aku ya!"
Panggilan telpon dimatikan.
"Seperti suara Si Es Balok? Apa!"
Mikhayla mengingat kejadian saat ia tak sengaja membuat HP Darren rusak.
Kala itu Darren meminjam HP Mikha.
"Sepertinya Es Balok menyimpan nomornya di HP gw!" geram Mikha.
Mikha mengganti nama Darren di phonnya dari "Pria Ganteng" menjadi "Es Balok"
"Ini baru pas!" Mikha menyimpannya dan ia tersenyum.
"Memang kamu sudah sehat Div?" Mommy Syahla merapikan baju-baju karena Divya akan keluar dari RS.
"Aku sudah sehat Mom." Divya yang meminta perawat melepaskan infusan ditangannya.
"Kalo memang menurutmu begitu, Mom ikut saja. Sayang, kamu tetap pindah ke Korea Selatan. Daddy akan meminta orang kepercayaannya untuk menggantikan kamu disana. Sebaiknya kamu batalkan ya Sayang." Mimmy Syahla duduk di brangkar melihat wajah Divya yang masih sedikit pucat.
"Mom, aku tidak terpaksa. Divya senang kok. Lagipula kasihan Dad, Daddy sudah cukup tua untuk mengurus perusahaan. Biarkan Divya dan Kak Darren membantunya. Devano pun akan mulai masuk perusahaan saat ia siap. Kami ingin Daddy dan Mommy bisa santai dan menikmati masa tua kalian dengan banyak beristirahat. Biarkan kami kini mengurusnya untuk kalian." Divya menggenggam tangan Mommynya.
"Tapi Mommy khawatir Sayang, terlebih sejak kejadian kemarin. Mommy tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakanmu." wajah khawatir dan sedih Mommy Syahla saat teringat Divya diculik.
"Insha Allah Mom. Kejadian kemarin tidak akan terulang. Mommy doakan saja Divya selalu dalam lindungan Allah." Divya tersenyum memberikan pengertian kepada Mommynya.
"Ya sudah. Jika kamu memang yakin Sayang. Tapi jangan tolak jika Daddy memberikan bodyguard padamu." Mommy Syahla tetap ingin Divya akan ada yang menjaga meski di Korea Selatan ada Andrew yang pasti akan menjaga Divya.
Divya mengangguk ia tidak mau membantah keinginan Daddy dan Mommynya yang memang sangat menyayanginya.
Tok,Tok,Tok!
Dokter Arjuna mengetuk pintu kamar rawat Divya.
"Dokter Arjuna, silahkan. Oh iya Div, Mom akan ke bawah dulu ya. Mari Dok!" Mommy Syahla sengaja membiarkan keduanya untuk ngobrol.
"Iya Mom." jawab Divya.
Sepeninggal Divya keduanya tampak canggung.
Divya melanjutkan membereskan segala keperluannya untuk pulang.
"Bagaimana keadaanmu?" Dokter Arjuna membuka percakapannya.
"Alhamdulillah Dok, sudah sehat. Terima kasih sudah merawat Saya." Divya tersenyum.
"Soal resign, apakah tidak bisa dibatalkan?" Arjuna dengan nada teratur.
"Tidak Dok. Saya yakin. Doakan Saya ya, agar ditempat baru Saya bisa nyaman." Divya santai meski perasaannya campur aduk.
"Yakin bisa nyaman disana?" Arjuna yang tak tahu harus memulainya dari mana hingga ia berbicara berputar-putar.
"Maksud Dokter?" Divya mencoba menerka maksud dari perkataan Arjuna.
"Ma,Maksud Saya, " kata-kata Arjuna terhenti saat Devano dengan riang masuk keruang rawat sang kakak tanpa aba-aba.
"Halo Kak! Ups, ada Dokter Arjuna. Pagi Dok!" Devano yang tak mengetahui keberadaan Arjuna disana seketika langsung menahan gaya petakilannya.
"Pagi Dev, Kalau begitu Saya permisi dulu. Dokter Divya semoga sehat selalu. Saya permisi!" Arjuna meninggalkan ruang rawat Divya.
"Apa aku mengganggu kalian?" selidik Devano pada kakaknya.
"Kamu itu selalu mengganggu Dek! Divya tersenyum meski Devano sering menggodanya namun Devano sangat perhatian dan menjaga kakak perempuannya.
"Kak, apakah kakak yakin akan tetap mengurus perusahaan di Korea Selatan? Aku bersedia jika untuk menggantikan kakak." Devano menatap wajah Divya dengan perasaan Khawatir.
"Dev, kakak tahu kamu sangat menyukai passionmu, menjadi pembalap profesional adalah cita-citamu sejak dulu. Kakak sangat bangga sama kamu. Kakak tidak apa. Jangan khawatir. Kejadian kemarin tidak akan terulang, Kamu dan Kak Darren juga Daddy akan selalu menjaga kakak kan? Jadi jangan cemas lil bro!" Divya mengacak rambut adik tampannya yang 11 12 dengan dirinya.
"Pasti Kak! Aku akan selalu menjaga Kakak dan Mommy karena setelah Oma, Mommy dan Kakak wanita yang aku sayangi." Devano yang berhati penyayang begitu mencemaskan keselamatan Divya terlebih setelah kejadian penculikan Divya.
"Jadi cuma Kakak dan Mommy nih, Kalau Dokter Kanara bagaimana?" goda Divya pada adik bungsunya.
"Ah, kenapa dia susah sekali didekati. Padahal selama ini tak satupun yang bisa menolak pesona seorang Devano Harold." Devano kembali teringat perjuangan cintanya yang masuk stak.
"Jangan menyerah dong! Mana Devano yang kakak kenal! Mau kakak kasih tahu satu rahasia ga?" Divya menaikkan kedua alisnya.
Devano dengan wajah binarnya mendengarkan setiap kata yang Divya bisikkan ditelinganya.
"Gimana?" Divya kembali mengangkat kedua alisnya.
"Thank you so much my lovely sister. Memang Kakak paling mengerti aku." Devano memeluk Divya sangat bahagia.
Share this novel