Tok,Tok,Tok!
"Selamat Pagi!" Mikha mengucapkan salam saat memasuki ruang rawat Darren bersama 3 rekan sejawatnya.
"Silahkan Dokter Mikha." Mommy Syahla mempersilahkan.
"Pagi Tuan Darren, bagaimana keadaannya hari ini?" Mikhayla bertanya mengenai kondisi Darren.
"Alhamdulillah hari ini kepalaku sudah tidak pusing, hanya saja nyeri dan kakiku masih sakit bila digerakkan." Darren menjelaskan keluhannya mengenai yang ia rasakan pada tubuhnya.
"Ok, baik. Saya akan memperkenalkan ini Dokter Yudi Dokter Spesialis Fisioterapi beliau yang akan melatih Tuan Darren agar otot di kaki tuan Darren bisa kembali pulih. Ini Dokter Zein Dokter Spesialis Saraf, dan kalau ini tentu sudah kenal ya Dokter Kanara Spesialis Penyakit Dalam. Selanjutkan Tuan Darren akan dirawat dan menjalani terapi dengan Dokter Yudi, Dokter Zein dan Dokter Kanara." Mikhayla menyampaikan.
Daddy Daniel dan Mommy Syahla kemudian berbincang kepada ketiga Dokter yang selanjutnya akan menangani Darren.
"Baik. Kalau begitu Saya permisi dulu." pamit Mikhayla.
Darren yang melihat kepergian Mikhayla tampak ingin menahannya namun ruangannya masih ramai oleh Dokter dan keluarganya.
"Mulai besok kita akan melakukan sesi terapi ya Tuan Darren." Dokter Yudi mengingatkan.
"Terima kasih Dok." Darren tersenyum namun pandangannya masih menatap keluar.
"Syukurlah Dar, kondisimu semakin membaik. Kamu harus semangat mengikuti terapi agar kakimu kembali pulih." Mommy Syahla memeluk putranya senang.
"Boss semangat ya. Saya senang Boss sudah sehat." Lukman asisten Darren yang jarang terlihat karena diminta Daniel menghandle perusahaan selama Darren tidak sadarkan diri.
"Mom, Dad, istirahatlah dirumah. Aku sudah tak apa. Lagi pula lusa aku sudah keluar dari Rumah Sakit. Malam ini Dad dan Mom butuh istirahat. Maafkan aku sudah membuat Dad dan Mom khawatir." Darren meminta Daddy dan Mommynya untuk beristirahat.
Melihat kondisi Darren yang memang sudah membaik dan sehat, bahkan lusa sudah dizinkan pulang, Daddy dan Mommy mengangguk mengiyakan permintaan putranya.
"Jika kamu butuh sesuatu kabari kami. Ada perawat juga yang akan menjaga kamu. Daddy dan Mommy pulang dulu ya."
Darren mencium punggung tangan Daddy dan Mommy.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Darren baru sempat melihat HP nya yang sudah hampir 3 minggu tidak ia lihat.
Banyak pesan masuk dari kolega bisnis dan kerabatnya menanyakaan keadaannya, dan mendoakan kesembuhan dirinya.
Darren teringat mimpinya saat ia tak sadarkan diri beberapa waktu lalu.
Darren membuka satu per satu kabar terbaru di HP dan ia melihat di kanal berbagi youtube dan beberapa media online mengenai kabar kecelakaan dirinya.
"Memang aku publik figur! Mereka segitu tertarikkah?" batin Darren.
Darren melihat "Cewek Galak" nama salah satu phonnya.
"Aku bisa mendengar saat aku koma, samar-samar dia setiap hari mengajakku berbicara mengobrol. Tapi benar atau hanya halusinasiku?" batin Darren.
Sebuah pesan masuk dari Divya.
"Kak Darren maaf Divya lusa tidak bisa menjemput kakak pulang dari Rumah Sakit. Divya hari ini berangkat ke Korea Selatan bersama Kak Andrew. Ada kendala di perusahaan. Kak Darren tetap semangat ya! Pokoknya ikuti anjuran Dokter, jangan membantah! Love you Kak!"
Darren juga mendapat pesan yang sama dari Andrew kurang lebih menyampaikan hal sama dengan Divya jelaskan.
"Maaf, karena kakak sakit, kamu harus mengurusnya Div. Terima kasih doanya ya adek bawel. Kakak akan turuti perintahmu! Jaga diri disana." Darren membalas pesan pada adik perempuan satu-satunya.
"Tak apa Bro! Aku sudah sehat, doakan segera pulih ya! Titip Divya, ingatkan makan dan carikan ia pria yang baik!" Darren mengirim pesan jawaban pada Andrew.
Darren mengetik sebuah pesan. Ia berharap akan dijawab oleh si pemilik nomor yang ia kirimi pesan tersebut.
"Bisakah kamu menemuiku, maaf tapi tak mungkin aku yang menemuimu kau lebih paham. Namun jika kau sedang repot tak apa, lain waktu pun bisa."
Tak banyak harapan Darren. Ia segera meletakkan HP nya di nakas dan memilih merebahkan tubuhnya mengistirahatkan diri.
Tok,Tok,Tok!
Darren melihat ke arah pintu.
"Boleh Saya masuk?"
"Silahkan!"
Mikhayla baru saja selesai praktek dan visit pasien saat Darren mengirimi ia pesan.
"Bagaimana apakah jauh lebih baik?" Mikha basa basi padahal ia lebih tahu bagaimana kondisi Darren.
"Mengapa kamu dan Dokter Arjuna tidak ada dalam tim Dokter yang akan merawatku?" Darren ingin tahu sebab apa kedua Dokter itu tak ada dalam masa pemulihannya.
"Oh karena itu," Mikha pikir Darren akan mengatakan hal lain.
Darren menangkap raut berbeda di wajah wanita yang sangat ia ingin lihat saat membuka matanya dari koma.
"Aku dan Dokter Arjuna akan seminar Sekaligus mengunjungi Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Rumah Sakit kami. Jadi Direktur menugaskan Dokter Yudi, Dokter Zein dan Dokter Kanara yang akan merawat Anda." Mikha menjelaskan.
"Hanya berdua? Kemana? Berapa lama?"
Terdengar aneh ya Readers, Babang Darren emang siapanya Mikha hayo!
"Kau sudah kembali bawel! Sepertinya kau sudah sembuh! Baguslah!" Mikha sebal dengan pertanyaan Darren yang lebih tepat layaknya di BAP Polisi.
"Ya aku sebagai pasien harus tahu kenapa dokterku diganti dan apakah alasannya mendesak." Darren masih menyangkal sebenarnya hatinya tak terima Mikha pergi berdua dengan Dokter Arjuna.
"Huh, kenapa kau tidak tidur lagi saja! Lebih damai saat kau tidur seperti kemarin!" Mikhayla mendengus kesal.
"Bukankah kamu bilang sepi tanpa ada kebawelanku! Memang kau tidak rindu dengan Pria Ganteng ini, huh!" Darren dalam komanya mendengar Mikha berulang kali mengatakan agar ia segera bangun dan Mikha rindu akan sikap bawel Darren.
"Sepertinya aku akan meminta Dokter Zein untuk mengecek ulang sarafmu!"
"Apa selama ini ia dengar apa yang aku katakan padanya?" batin Mikha.
"Ku kira hal ada hal penting yang akan kau bicarakan, ternyata hanya mengajakku ribut saja! Aku permisi!"
"Wait. Aku belum selesai bicara!"
Darren mencegah kepergian Mikha yang sudah balik kanan hendak keluar meninggalkan kamar rawat Darren.
"Tolong jawab jujur pertanyaanku!" Darren kini menatap Mikhayla dengan tatapan dalam.
"Kenapa segitunya ia menatapku? Ah bikin salah tingkah saja Es Balok!" batin Mikha.
"Apa!" Mikha dengan nada kesal
"Apa kau menyukai Andrew?"
Jeger!
Di PJ milik Daddy Daniel.
Divya dan Andrew kini sedang menikmati makan malamnya sebelum landing di Korea Selatan.
"Dek, Sebetulnya kamu tak perlu ikut. Kakak bisa menangani persoalan ini. Lagi pula Aunty pasti butuh teman. Apalagi kondisi Darren belum pulih." Andrew melihat Divya yang berkeras pergi.
"Ada Devano yang akan menemani Mommy, dan Kak Darren aku yakin semangat sembuh dan motivasinya tentu akan membuat ia lekas pulih. Aku memang sudah jauh hari mantap akan menangani perusahaan Daddy." Divya meneguk jus apel di hadapannya.
"Benarkah? Atau karena alasan lain?" Andrew sengaja memancing agar adik sepupunya mengatakan sendiri.
"Kakak ini memang kakakku ya. Selalu saja bertanya sampai aku memberikan jawaban yang kakak inginkan. Huh!" Divya tahu arah pembicaraan Andrew.
"Kakak hanya tidak mau kamu pergi karena menghindari seseorang." Andrew meletakan alat makannya mengaitkan kedua jarinya menatap serius pada Divya.
Divya menyandarkan punggungnya menarik nafas kasar.
"Dek, tak ada yang salah dengan perasaan cinta saat kita mencintai siapapun. Namun kita harus realistis. Kita tidak bisa memaksakan perasaan orang lain sama dengan apa yang kita rasakan. Kakak paham apa yang kini kamu rasakan. Jangan biarkan hatimu terbelenggu hanya karena cintamu yang tak terbalaskan. Buka hatimu untuk orang lain yang akan hadir di masa depan." Andrew menasehati Adik sepupunya karena ia sendiri mengalami bagaimana hingga kini Caca masih abu-abu dalam membalas cintanya.
"Kak Andrew sendiri gimana dengan Kak Caca? Divya balik menskak kakak sepupunya.
"Jujur kakak akui cinta kakak untuk Caca belum berubah. Namun jika suatu saat Caca memilih bersama orang lain apalagi itu sahabat kakak sendiri. Kakak akan merelakannya. Berat, pasti! Tapi kakak percaya cinta bisa hadir karena terbiasa namun sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik." Andrew dari perspektif luas melihat bagaimana ia bersikap dengan perasaannya terhadap Caca.
Divya meresapi kata-kata Andrew, kakak sepupunya.
"Benar. Meski Mikayla tidak menyukai Arjuna namun bukan berarti aku bisa memaksakan Arjuna suka padaku. Karena terkadang mencintai seseorang justru lebih melelahkan." batin Divya.
Share this novel