"Rapat hari ini selesai. Silahkan melanjutkan yang memiliki jadwal praktek kembali bertugas. Sedangkan bagi yang kosong atau tidak ada jadwal tetap tinggal kita akan melihat tayangan Direktur kita sebagai Nara Sumber di acara yang di adakan Kementerian Ristekdikti.
Beberapa Dokter tampak yang sudah selesai praktek, kosong atau baru praktek di sore hari masih tetap duduk diruangan.
Mikhayla, Kanara dan Divya termasuk masih stay.
"Itu Dokter Arjuna masuk." Dokter Wisnu saat melihat Direktur masuk.
"Ganteng banget! Ya Allah, andai Arjuna bisa melihat perasaanku." batin Divya menatap layar berukuran 50 inci dalam ruang meeting mereka.
"Eh ada Es balok juga? Kok dia ganteng banget sih? Ini pasti efek kamera!" batin Mikha menyangkal mata nya padahal ia terpesona.
Ternyata tidak hanya para dokter yang menonton tayangan Arjuna.
Staf, pegawai bahkan para perawat Rumah Sakit melihat Arjuna dalam tayangan yang disiarkan di salah satu stasiun TV dan Streaming Youtube.
"Eh Direktur Kita itu ganteng banget ya. Ya ampun makin ter Juna Juna aja deh!" bisik-bisik perawat yang sedang jaga di Nurse Counter.
Mikha, Kanara dan Divya berjalan melewati kumpulan perawat yang sedang jaga.
"Beruntung banget ya perempuan yang kelak jadi pendamping Direktur! Tampan, Mapan, Idaman." gumam salah satu perawat.
"Suit! Jangan ngarep Kamu, Direktur kan udah ada yang diincer. Masa kalian ga tahu." bisik perawat lain.
"Oh Dokter Divya ya?" tebak perawat lainnya.
"Ih bukan, itu tuh." perawat yang berkacamata menunjuk ke arah Mikha.
Divya mendengar bisik para perawat.
"Sore Dok," terlihat wajah-wajah kikuk melihat Divya melintas menuju poli.
"Udah sana hari ini Kamu kan yang dampingi Dokter Divya."
"Dokter Mikha, duluan ya." Divya melintasi Mikha rona wajah Divya sedikit murung.
"Dokter Mikha mau ke poli sekarang?" tanya perawat.
"Iya. Kamu yang mendampingi?" Mikha bertanya pada perawat yang menyapanya sambil menenteng status pasien.
"Iya Dok."
"Ok. Yuk. Kasian pasien sudah menunggu."
Mikha menuju poli diiringi perawat yang mendampinginya.
"Tuan Darren bisa Kita ngobrol sebentar?" Arjuna menahan Darren yang hendak balik.
Darren berbalik memastikan bahwa tebakannya benar.
"Ada apa Dokter?"
"Saya tidak menyangka Tuan Darren memiliki selera humor juga." Arjuna berjalan mendekat.
"Maksud Anda?" Darren mengerutkan dahinya.
"Maksudnya, " Arjuna maju selangkah semakin dekat pada Darren.
"Saya serius dengan jawaban Saya. Jadi Saya harap Tuan mencari bahan humor lain." Arjuna dengan maksud tersirat.
"Bagaimana kalau Saya jadikan hal yang Dokter anggap serius sebagai bahan hiburan untuk Saya?"
Darren hanya maksud menantang.
"Anda bisa menutupinya dari dia, tapi Saya tahu Dia tidak melihat Anda Tuan Darren. Saya tahu Anda serius, hanya saja Anda Munafik!" kata-kata Arjuna pelan namun menusuk.
Darren menatap tajam Arjuna begitupun Arjuna tak kalah tatapannya menusuk pada Darren.
"Bagaimana kalau Kita taruhan? Berani?" tantang Darren.
"Maaf Saya tidak sekotor Anda." Arjuna berbalik.
"Pengecut! Belum bertanding sudah takut kalah!" Darren sengaja menyulut.
"Saya akan tunjukkan, jika Saya yang akan membuat dia jatuh cinta. Jadi siap-siap Anda patah hati!" Arjuna meninggalkan Darren bergegas masuk mobilnya.
Darren dengan wajah merah padam menatap penuh benci saat mobil Arjuna melewati Darren.
"Lukman! Cari tahu apapun yang berkaitan dengan Si Bar-Bar" Darren memanggil asistennya.
"Si Bar-Bar?" Lukman balik bertanya.
"Dokter Mikha!" Darren dengan mata melotot sempurna mampu membuat sang asisten tak berkutik.
"Siap Boss!"
"Dok, Dokter Divya!"
Panggilan perawat memecah lamunan Divya.
"Eh, iya Sus. Ada apa?" Divya sedikit gelagapan.
"Tadi pasien terakhir. Dokter masih di sini atau langsung pulang?" perawat melihat Divya sepertinya masih betah dan belum beranjak.
"Oh Saya mau menyelesaikan laporan dulu Sus. Silahkan kembali bertugas."
"Kalau begitu Saya permisi ya Dok. Kalau perlu apa-apa Saya ada di Nurse Counter. Permisi Dok."
Sepeningal Perawat Divya kembali mengingat obrolan para suster tentang Arjuna.
Divya memang menyadari sejak kehadiran Mikha sikap Arjuna yang biasanya cuek dan seperlunya bahkan cenderung profesional berubah lebih hangat kala Arjuna bersama Mikha.
Divya selalu berpikir positif bahwa Arjuna bersikap seperti itu sekedar bentuk ramah tamah namun dugaan Divya selama ini benar.
Bahkan kini Divya tahu bahwa staf dan perawat bahkan tahu Arjuna memiliki perhatian khusus pada Mikha.
Memang mengagumi dan menyukai adalah hak setiap manusia.
Tak ada yang meminta Divya menyukai Arjuna, hatinya yang menuntun Divya merasakan rasa itu pada Arjuna.
Bukan salah Arjuna pula, bila Arjuna menyukai Mikha.
Namun hati bukanlah organ seperti jantung, Ginjal, dan lainnya yang bisa ditransplantasi bila rusak diganti yang baru.
Hati disini adalah perasaan yang tidak berbentuk tapi terasa nyata.
Divya akui ada rasa sakit saat melihat Arjuna menatap Mikha dengan tatapan lain.
Satu sisi Divya ingin memiliki kesempatan untuk bisa mengambil hati Arjuna.
"Arjuna bukan seperti pria yang selama ini mendekatiku, ia berbeda. Tak mudah membuatnya jatuh cinta karena hatinya kini memilih Mikha." batin Divya.
Divya memikirkan apa yang dapat Ia lakukan.
Menghindar tidak mungkin.
Pura-pura tidak melihat tak bisa, justru semakin sakit.
Otak Divya berpikir keras.
"Kenapa sih, Gw jadi bodoh begini! Apa karena Gw sering mainin cowok, sekarang Gw kena karma?" Divya yang biasanya sering bikin patah hati cowok dan sering dianggap PHP sekarang ia yang Gegana a.k.a Gelisah Galau Merana.
Tring!
Divya mengambil HP di kantung Snelli.
"Tumben Kak Darren chat."
Divya membuka pesan dari kakanya.
Senyum di wajah Mikha seakan ia tahu setidaknya masih ada cara dan tentu Divya akan menempuh langkah itu mesti mustahil tapi siapa yang tahu.
Dalam perjalanan Darren memikirkan bagaimana cara agar ia bisa membuat Arjuna kalah telak darinya.
"Beraninya Dokter Tengil itu nantangin Darren Harold! Lihat saja!"
Notifikasi masuk ke HP Darren.
"Mainaka!"
Darren segera mengangkat telpon dari rekan bisnisnya.
"Halo Tuan Naka,"
"Tidak masalah. Kapan?"
"Bagaimana kalau Saya kesana?"
"Baiklah. Ok. Sama-sama Tuan Naka."
"Bahkan semesta mendukung Darren Harold!" batin Darren.
"Aku juga akan mencari tahu soal Andrew dengan Mikha!"
Darren menghubungi seseorang.
"Hello, What's up Bro?"
"I'm good."
"Btw, I want to know about Mikhayla. What relationship do they have? I await information from as soon as possible. You can?"
"Ok. I'm waiting for the information."
"Thank you Steve!"
Darren mengakhiri panggilan telponnya.
"Sepertinya akan menarik."
"Sejak awal Aku tidak suka dengan si Arjuna itu. Divya, bagaimana bisa adikku yang seorang player menyukai pria seperti Arjuna. Dasar Adik Nakal!"
Darren tahu jika Adik Perempuannya Divya menyukai Arjuna.
Daddy Daniel menceritakan soal permintaan Divya untuk kembali praktek di Rumah Sakit milik Oma dan kembali ke Luar Negeri.
Tentu saja saat itu Darren menganggap Divya hanya merajuk sebab selama ini Divya hanya bermain-main dengan setiap pria yang dekat dengannya.
Share this novel