"Sebenarnya ada apa sih Dad?" Mom Lala penasaran sejak siang ia bertanya namun sang suami tercinta hanya bilang ini adalah surprise.
Mom Lala tidak curiga karena memang Daddy Daniel sering memberikan kejutan manis sejak dulu hingga sekarang.
Namun entah ada apa perasaan Mom Lala sedikit ada rasa cemas. Enfahlah mungkin hanya sekedar angin lalu meski sejak tadi hatinya merasakan sesuatu yang ia sendiri tak mampu mendefinisikannya.
"Pokoknya, malam ini Aku ingin kencan sama Kamu, Kita akan mengenang masa-masa romantis Kita seperti waktu awal-awal menikah denganmu, walaupun Aku tetap romantis padamu sampai kapanpun." Daddy Daniel mencium tangan Istri tercintanya saat menuruni mobil menggandeng mesra memasuki sebuah Hotel.
Daddy Daniel menyiapkan Dinner romantis bersama sang istri.
Suasana lampu temaram dengan lilin-lilin dan alunan suara biola membuat malam itu seakan kembali membawa Mereka pada masa-masa bulan madu Mereka kala itu.
Daddy Daniel sejak dulu hingga kini selalu memperlakukan Mom Lala dengan sangat romantis bak Ratu yang memang bertahta dihatinya.
Cinta Daddy Daniel untuk Mom Lala seakan tak lekang oleh waktu meski kini rambut keduanya sudah mulai berubah warna tak lagi hitam berhias putih namun tak menyurutkan pesona tampan dan cantik dari keduanya.
Wajah cantik sang Istri begitu melekat dalam pelupuk mata Daddy Daniel meski kini usia Mom Lala tak lagi muda.
Begitupun dengan Daddy Daniel pria bule dengan netra biru yang dulu ditemui Mom Lala di supermarket untuk pertama kali seakan selalu mampu menawan hati sang bidadari surga Daniel.
"Honey, ayo." Daddy Daniel mengulurkan tangannya mengajak sang belahan jiwa berdansa bersama.
"Aku malu Sayang. Aku sudah tua." Mom Lala dengan wajah malu-malu membuat Daniel menjadi gemas dengan istri cantiknya itu.
"Bagiku kamu masih seperti Syahla yang dulu Honey, Bu Guru seksi yang mengetarkan jiwaku." bisik Daddy Daniel ditelinga Mom Lala meremangkan bulu roma tak tertinggal rona merah dipipi Mom Lala semakin menambah kecantikannya di Netra biru Daddy Daniel.
Alunan melodi yang tercipta dari gesekan biola menciptakan suasana syahdu dan melenakan kedua pasangan yang telah menghabiskan waktu bersama hingga kini keduanya tak lagi muda.
Setiap gesekan biola membangkitkan memori keduanya, mengingatkan Mereka masa-masa pengantin baru dengan segala romansa dan gairah yang menggebu.
"Darling, apakah Kamu ingat lagu ini?" Daddy Daniel memeluk erat pinggang sang istri sambil mengalunkan kaki mengikuti irama dansa.
"Mana mungkin Aku lupa, saat itu Aku tak bisa berdansa dan Kamu mengajakku untuk berdansa di hari pernikahan Kita." Mom Lala mengingat kembali malam dimana resepsi pernikahannya bersama Daddy Daniel.
"Kalau Aku ingat malam itu Aku harus menahan keinginanku karena tamu tak diundang Sayang." Daddy Daniel dengan tertawa mengingat malam pertamanya yang tertunda karena tamu bulanan sang istri.
"Daddy, selalu saja itu. Dasar Bule Mesum!" Mom Lala mencubit pinggang Daddy Daniel.
"Auwww! Masih pedas rasa cubitanmu Sayang. Itu membuatku selalu ingin mengurungmu dikamar seharian." Daniel mengecup bibir istrinya dengan lembut, tawanya berderai rasanya tak lelah bibir dan hatinya mengucap syukur diberikan wanita yang begitu luar biasa mendampingi hidupnya hingga kini da nanti.
Langkah perlahan Daddy Daniel mengajak Mom Lala duduk.
Mata Daddy Daniel menatap penuh cinta begitupun Mom Lala senyumannya selalu terhias dari bibirnya untuk Daddy Daniel seorang.
"Sayang, terima kasih Kamu selalu setia menemaniku hingga kini, terima kasih telah menjadi belahan jiwaku, melahirkan putra putri Kita, I Love You, Syahla." Daniel masih menggenggam tangan Syahla mendaratkan kecupan di tangan sang istri.
"Aku yang berterima kasih, Kamu memilihku untuk menjadi istrimu meski Aku bukanlah siapa-siapa dan bukti cintamu begitu nyata dan kurasakan begitu besar hingga kini, I always loving you, Darling." Mom Lala dengan senyuman dan airmata bahagianya.
"Sayang," Sebenarnya tak kuasa Daddy Daniel memulai kata yang akan ia hendak sampaikan pada Sang Istri namun Hatinya sudah yakin untuk jujur dan mengatakan yang sebenarnya kepada Sang Istri.
"Aku harap Kamu baik-baik saja dengan apa yang akan Aku katakan. Aku mau Kamu berjanji untuk tidak bersedih ya Honey." Daniel menghela nafasnya, berat hatinya menyampaikan mengenai kondisinya pada sang istri.
Setelah beberapa waktu lalu ia sudah membicarakannya dengan Darren putra sulungnya, dan memberitahukan kepada Divya dan Devano mengenai kondisinya.
Divya yang seorang Dokter biasa menangani pasien kanker tak pernah menyangka Daddy tercintanya akan mengalami hal yang sama dengan almarhumah sang oma.
Tangis Divya pecah kala itu.
Daniel telah menduga putri manjanya akan sedih bahkan sempat lemas lunglai mengetahui kondisi kesehatannya.
Devano yang biasanya cengengesan malam itu menangis memeluk erat Daddynya seakan kesedihan putra bungsu dan putri satu-satunya begitu pilu menusuk hati Daniel.
"Aku akan merawat dan memberikan pengobatan terbaik dan akan berusaha agar Daddy sembuh. Aku mohon Daddy selalu optimis karena kini pengobatan sudah semakin canggih. Masih awal dan Daddy sudah mengambil langkah tepat segera mendapatkan perawatan." sikap seorang Dokter profesional yang kini harus menerima takdir bahwa ayahnyalah salah satu pasiennya kini meski suara Divya bergetar kala mengatakannya.
"Daddy tentu akan baik-baik saja dan pasti akan sembuh. Karena putri Daddy dan timnya yang akan merawat Daddy. Jangan menangis Sayang, Daddy akan segera pulih. Daddy akan baik-baik saja. Putri Daddy yang manja ini akan merawat Daddy bukan?" Daniel memeluk Divya putrinya yang menangis dalam pelukannya.
Darren dan Devano yang ada saat itu menahan sebisa mungkin rasa kesedihannya agar sang ayah tidak semakin sedih.
"Daddy harus menyampaikan pada Mommy, bagaimanpun Mom harus mengetahuinya, meski Mom pasti akan sangat sedih." Devano dengan suara paraunya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan dan kesedihan Mommynya saat tahu Daddynya sakit.
"Dev, Dad akan memberitahukan Mom. Daddy mohon saat Daddy memberitahukan hal ini pada Mom, kalian hibur Mom dan berilah Mom kekuatan agar tak larut dalam kesedihan." Daddy Daniel merangkul ketiga putra putrinya.
Kembali ke suasana Dinner Daddy Daniel dan Mom Lala.
"Ada apa Sayang?" Mom Lala menatap penuh tanda tanya.
"Sayang," Daddy Daniel menjeda sejenak, menarik nafas, bersiap mengatur kata yang akan ia sampaikan.
"Ada Cancer di dalam tubuhku." Daddy Daniel menggenggam tangan Syahla erat memastikan tetap memandang wajah yang kini terlihat cemas.
Mom Lala menghambur dalam pelukan Daniel. Sejenak tak ada reaksi meski Daddy Daniel bisa merasakan pelukan Mom Lala semakin erat, perlahan isak tangis terdengar, bahu wanitanya berguncang dalam dekapan erat dada bidang yang kini merasa sakit dan pilu karena berbagi luka drngan bidadari surganya.
Tangan gemetar Daddy Daniel mengusap pelan, perlahan dengan kelembutan memberikan energi ketenangan pada jiwa Mom Lala yang kini terguncang.
Hati Daddy Daniel begitu teriris mendengar isak tangis istrinya dalam dekapannya. Tak pernah ia melihat Syahla terpuruk sedemikian seperti saat ini.
Daddy Daniel memberikan ruang da waktu bagu Mom Lala hanyut dalam kesedihannya tentu membuat hati Daddy Daniel sakit bahkan jauh lebih sakit saat ia pertama kali mendengar kondisi kesehatannya kala itu.
Mom Lala teringat 2 wanita yang ia cinta dan hormati telah pergi meninggalkan dunia ini dengan penyakit yang sama, Nenek dan Ibu Mertuanya membuat pikiran Mom Lala seketika tak sanggup melihat kenyataan yang kini harus dihadapi olehnya, Daniel Suami, Ayah dari Anak-Anaknya mengalami hal yang sama tentu membuat pikiran Mom Lala tak bisa berpikir sejenak.
Daddy Daniel merasakan pelukan Syahla melemas. "Sayang, Bangun. Sayang!"
Mom Lala pingsan dalam dekapan Daddy Daniel.
Daddy Daniel dengan sigap memanggil pihak hotel dan segera membawa Mom Lala ke Rumah Sakit.
"Aku tak sanggup jika Kamu seperti ini Sayang." Dalam ambulance Daddy Daniel terus menggenggam tangan sang istri dengan hati yang hancur.
Tak bisa ia bayangkan jika terjadi sesuatu dengan Syahla, wanitanya yang sangat ia cintai.
"Sayang, bangun. Aku baik-baik saja. Aku sehat. Bangun Sayang, Aku mohon." Penyesalan Daddy Daniel, menghantui perasaannya, mengapa harus memberitahukan hal ini pada Syahla.
Sampai di Rumah Sakit Mom Lala segera dibawa keruang IGD. Dokter dan perawat sudah menymbut dan memberikan penanganan dengan segera.
Divya sudah berada disana. Airmatanya yang mengalir melihat Mommynya tak sadarkan diri dengan wajah Daddy Daniel kuyu membuat Divya menahan sekuat tenaga bersikap profesional namun rasanya begitu sakit.
Melihat kondisi kedua orang tuanya yang tak baik-baik saja hati anak mana yang tak tersayat, rasanya ingin mewakili dari pada melihat keduanya menderita.
Dengan dibantu oleh rekan sejawatnya dan beberapa perawat Divya masuk menangani sang Mommy.
"Dad, tunggu disini. Insha Allah Mommy hanya syok." Divya masuk ke dalam ruangan IGD.
Darren dan Devano sudah sampai di Rumah Sakit setelah dikabari oleh Daddy Daniel.
"Mommy bagaimana Dad?" wajah panik Devano saat mengetahui Mommynya pingsan.
"Maafkan Daddy membuat Mommy kalian pingsan karena memberitahukan kondisi Dad." Daniel terduduk dikursi tunggu pasien.
"Daddy tidak salah. Dad sudah benar. Mommy hanya syok. Mommy akan baik-baik saja. Divya sedang menanganinya." Darren merangkul bahu Daddy Daniel pria yang kini berusia senja itu begitu terpukul.
"Dad, Kalian adalah harapan Kami. Kami selalu mendoakan kesehatan dan panjang umur bagi Kalian." Devano memeluk Daddy Daniel.
Daniel menerima pelukan kedua putranya dengan airmata dan rasa cemas menanti sang istri yang berada di dalam ruang IGD dalam penanganan Dokter dan salah satunya Divya putri Mereka.
Share this novel