Tom and Jerry

Romance Series 4504

"Sayang, Kamu seminar berapa hari?" Mommy Tasya menanyakan Mikha sambil menyiapkan sarapan Daddy Abimana.

"3 hari Mommyku Tersayang. Aku minta selai kacang dong Mom!" Mikha yang duduk menikmati sarapannya sebelum berangkat ke bandara.

"Kenapa sih, Kamu ga pake jet pribadi Daddy saja?" Abimana sambil menikmati sarapan yang disiapkan Mom Tasya.

"Lebih seru naik pesawat biasa Dad, banyak yang menarik!" Mikhayla meski terlahir dari kedua orang tua yang berkecukupan ia senang hidup biasa saja meski bergelimang harta.

"Baiklah kalau Kamu nyaman begity. Nanti kabari Dad, kalau sudah selesai. Daddy siapkan jet pribadi buat jemput ya?" Abimana masih saja merayu agar Mikha mau.

"Terima kasih Dad. Tapi Aku sudah terlanjur pesan tiketnya pulang pergi. Gapapa ya Daddyku Sayang, yang paling tampan seantero jagat raya?" Mikha balik merayu Abimana agar Daddynya tak perlu terlalu khawatir.

"Ya baiklah Sayang. Tapi kalau ada apa-apa segera kabari Dad!" Abimana memang harus mulai belajar melepas putrinya toh kelak jika Mikha menikah tentu ia akan ikut kemanapun suaminya membawanya.

"Sayang, Kamu bisa ikut ke acara Uncle Bhaskara? Kakak-kakakmu yang lain juga pasti hadir." Mommy Tasya menanyakan kesediaan putrinya.

"Acaranya hari Sabtu ini ya Mom? Mikha ga janji, tapi kalau sempat Mikha ikut kok Mom dan Dad." Mikha menjelaskan.

"Oh iya Dad, kemarin saat Mom menemani Dad teman Dad siapa namanya?" Mommy Tasya mengingatkan Abimana.

"Oh itu Tuan Satya bersama istrinya. Ada apa Mom?" Abimana bertanya.

"Tak ada apa-apa. Kemarin Mom berbincang dengan istri Tuan Satya. Ternyata Mereka punya putri kembar loh Dad." Mommy Tasya begitu berbinar.

Abimana seakan mengerti arah pembicaraan istrinya. Abimana menatap Mom Tasya seakan menyiratkan " So?"

"Ya Mom pikir sepertinya tidak ada salahnya jika kita mengenalkan Mainaka dengan salah satu putri Tuan Satya.

"Mommy ini memang luar biasa!" Mikha geleng kepala mendengar penuturan Mommynya seperti Mak Comblang.

"Biarlah Naka mencari sendiri mana yang ia inginkan untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Dad paham perasaan Mommy, tapi kita juga harus menghargai perasaan Naka Mom." Abimana mengingatkan Tasya.

Mikha memilih untuk segera berangkat melihat Daddy dan Mommynya butuh ruang lebih banyak saat membahas soal kakaknya Mainaka.

"Dad, Mom Mikha berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Mikha mencium tangan kedua orang tuanya dengan takzim.

"Hati-hati dijalan Sayang. Hubungi Mom and Dad bila sudah sampai." Tasya mengecup pipi putrinya begitupun Abimana.

"Ok Mom, Dad!"

Di Bandara Lounge Bussiness Class.

Darren dengan stelan jas rapi dan kacamata hitamnya begitu mempesona menunggu jadwal penerbangan yang delay 1 jam.

"Kalau saja PJ tidak dipakai Mom and Dad, aku malas menunggu seperti ini!" gerutu Darren.

"Boss, Saya sudah mengabarkan Klien Kita bahwa penerbangan Kita delay 1 jam." Lukman memberi tahu Darren.

Anggukan Darren cukup dimengerti oleh Lukman.

"Duh memang ya jalan dimana-mana macet. Aku udah ketar-ketir agar ga ketinggalan pesawat. Sampai bandara pesawatnya delay!" Mikha menggerutu karena dijalan ia seperti di kejar setan takut tertinggal pesawat malah pesawatnya delay.

"Sepertinya minum kopi enak! Mari Kita beli!" Mikha memasuki gerai kopi kenamaan favorit banyak orang.

"Seperti itu musuhnya si Boss!" Lukman dengan menyipitkan matanya memastikan.

Darren duduk nyaman di pesawat sementara Lukman Assistennya duduk dibelakang Darren.

Lukman memang sengaja memesan tiket tidak bersebelahan dengan Darren.

Bagi Lukman selama ada kesempatan sedikit jauh dari Darren ia memilih untuk menjauhi Boss Killernya.

"Terima kasih." Mikha mengucapkan pada pramugari telah memberitahukan dimana tempat duduknya.

"Permisi!" Mikha yang melihat kursi sebelahnya sudah ditempati oleh Pria berkacamata hitam sedang membaca majalah.

Dua orang yang oleh semesta ditakdirkan untuk meramaikan dunia kini kembali dipertemukan agar dunia lebih berwarna oleh tingkah keduanya.

"Es Balok!"

"Si Bar - Bar!"

Lukman yang sejak tadi asik mendengarkan musik mencari ketentramannya sendiri selagi si Boss Killernya berada di depan tersentak saat mendengar suara teriakan Bossnya.

"Waduh! alamat perang dunia ketiga deh!" Lukman yang melihat dengan siapa Darren akan kembali menabuh genderang perang menepuk dahinya.

"Permisi Bapak, Ibu mohon tenang. Silahkan duduk dan pasang seat belt nya." Pramugari menghampiri kedua Tom and Jerry yang membuat gaduh.

Mikha membolakan matanya, memalingkan wajahnya. Malas harus duduk bersebelahan dengan Darren.

Darren pun tak kalah ia menekan tombol pembatas agar keduanya tak bisa melihat satu sama lain.

"Bagus deh kalo sadar. Ga perlu repot jadinya lihat Es Balok!" Mikha saat melihat pembatas menutup celah keduanya.

"Berisik!" Darren membalas.

Tak lama pesawat yang membawa mereka lepas landas.

Selama perjalanan tak ada interaksi saat keduanya duduk bersebelahan.

"Selamat siang. Ibu mau minum apa? Dingin atau Hangat?" tawar pramugari pada Mikha.

"Saya ga suka minum Es Mbak. Bisa batuk! Teh saja." jawab Mikha.

Sementara saat pramugari menawarkan hal yang pada Darren Sarren yang tak mau kalah tentu membalas sindiran Mikha.

"Saya mau minuman yang dingin ya. Jus jambu! Soalnya disini udaranya panas!"

Kedua Pramugari yang melayani keduanya hanya tersenyum.

Mikha menuju toilet karena ingin pipis.

Tak sedikitpun ia menoleh ke kursi sebelahnya.

"Lega!" Mikha menuntaskan rasa ingin buang air kecil.

Mikha berjalan kembali menuju kursinya.

"Kalo jalan pake mata!" Mikha yang tertabrak Darren yang hendak ke toilet.

Darren hanya melotot menanggapi omelan Mikha karena ia segera ingin ke toilet.

"Dasar! Es Balok! dari sekian banyak maskapai, hari dan waktu kenapa mesti ketemu Dia!" kesal Mikha.

"Leganya!" Darren menuntaskan kebelet pipisnya.

"Kalau Aku naik PJ ga bakal keremu Si Bar - Bar!" Gerutu Darren.

Saat Darren kembali menuju tempat duduk nya mata mereka saling beradu.

"Apa!"

Kompak Mikha dan Darren dengan tatapan saling melotot.

"Kenapa lama sampenya sih!" Mikha merasakan waktu terasa lama.

Perkataan Mikha terdengar oleh Darren.

"Makanya kalo biasa naek ojek jangan naik pesawat!" Jawab Darren.

"Kalo tahu bakal ada Es Balok mending naek ojek!" Mikha membalas.

Darren membuka pembatas diantara mereka.

"Kamu ga usah deh cari perhatian sama Saya! Maaf Saya ga tertarik!" Darren dengan senyum meledek.

"Dengarnya Tuan yang takut jarum suntik, Saya ga suka juga sama Cowok Pengecut!" Mikha mendekatkan wajahnya pada Darren dengan tatapan mengintimidasi.

Bisa dipastikan wajah Darren yang kesal berubah menjadi merah menahan kesal dengan kata-kata Mikha yang meledeknya.

Melihat Darren yang kesal Mikha tertawa menang, kemudian Mikha hendak menutup pembatas diantara mereka namun tangan Darren lebih sigap mencegahnya.

Darren mendekatkan tubuhnya pada Mikha.

Wajah kedua kini berjarak begitu dekat.

Darren menatap netra Mikha yang bulat dengan retina cokelat.

Sementara Mikha dengan jelas melihat manik biru milik Darren.

"Yakin kamu ga suka sama Saya! Saya bisa bikin Kamu cinta sama Saya!" bisik Darren ditelinga Mikha.

Sepersekian detik posisi keduanya tetap dalam jarak yang dekat.

"Ga kebalik? Awas!" Mikha mendorong dada Darren hingga Darren tersandar di kursinya.

"Matanya cantik! Wajahnya manis! Stop! Kenapa malah Aku terbayang lagi! Apa-apaan ini jantungku ga beres!" Darren memegang dadanya yang berdetak ada rasa gemuruh.

"Es Balok kurang ajar! Kenapa aku suka lihat matanya. Ga Boleh! Es Balok tetap Es Balok!" Mikha merutuki dirinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience