Ruang Rawat Inap VVIP di Rumah Sakit, menjadi tempat Mom Lala pertama kali saat perlahan membuka matanya sejak di bawa ke Rumah Sakit.
Netra cantik yang tidak memperlihatkan garis penuaan meski Sang Pemilik sudah tak lagi muda, perlahan terbuka. Melihat sekeliling langit-langit dan dinding sekitarnya berwarna putih. Sejenak tak ada apapun yang terlintas karena memang baru saja siuman.
"Honey, Kamu sudah sadar? Alhamdulillah ya Allah." Daddy Daniel tak pernah lepas menggenggam tangan istrinya saat Mom Lala masih belum sadarkan diri. Betapa besar rasa khawatir Dad Daniel melihat belahan jiwanya semalaman tak sadarkan diri.
Kala Sang belahan jantung membuka Netra indah yang tak pernah bosan ia pandangi tak kuasa keharuan menyeruak hingga sudut mata pria paruh baya yang tak kehilangan pesona serta ketampanannya menghujani wajah bidadari surganya dengan kecupan bertubi-tubi.
Divya segera datang saat melihat wanita yang melahirkannya membuka mata langsung memeriksa kondisi sang Mommy.
"Mom, apa yang Mom rasakan?" Divya menanyakan pada Mommynya perasaannya campur aduk.
Mom Lala ingin bangkit dan duduk.
Darren dan Devano yang berada didekatnya bergegas membantu Mommy Mereka.
"Mommy tak apa." Wajah yang biasanya selalu ceria kini yang tampak sendu itu sedikit pucat.
Daddy Daniel mendekat duduk ditepi ranjang menatap dengan mata sendu tak tega melihat Istrinya seperti ini.
"Sayang, maafkan Aku. Aku tak bermaksud membuatmu terkejut hingga pingsan. I'm so sorry Darling," Daddy Daniel memeluk Mom Lala menangisi yang terjadi. Rasanya tak sanggup melihat separuh jiwanya bersedih hingga kini harus berbaring lemas.
Mom Lala yang kembali teringat kejadian saat sebelum pingsan.
Hatinya hancur, pilu, sedih, sesak pria yang ia cintai dan sayangi kini menderita penyakit berat.
Mengapa harus Daniel? Kenapa harus penyakit yang sama?
Segala tanya yang bertubi seolah masih meraba apakah ini kenyataan ataukah sedang bermimpi.
Mom Lala mengurai pelukannya. Ditatapkan wajah Pria yang sejak awal pertemuannya berhasil menggetarkan jiwa raganya. Pria yang luar biasa meratukan dirinya dari dulu hingga kini. Pria yanh selalu menciptakan senyum diwajahnya meski tak mudah menjadi Daniel dengan segala halangan dan rintangan.
"Sayang, Daddy, Mom, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut. Aku justru mengkhawatirkan kondisimu. Aku yakin Kamu akan sembuh, Kamu adalah Pria kuat dan hebat yang Aku punya. Aku yakin Kamu akan selalu menemaniku karena Aku tahu Aku tak akan bisa apa-apa tanpamu, Dan."
Mom Lala meraih jemari Daddy Daniel, menguatkan genggamannya, menatap netra biru yang sembab karena ia yakin semalaman Suami Tercintanya pasti sangat cemas dan khawatir akan dirinya.
"Aku akan selalu mendampingimu menjalani setiap pengobatanmu, Aku akan selalu berada disampingmu seperti janjiku dulu saat kita menikah. Jadi jangan lagi rahasiakan apapun dariku, ya?" Sekuat tenaga Mom Lala mencoba kuat dan tetap memberikan segala cinta, kasih sayangnya dan semangat kepada Suami yang telah mendampinginya selama ini.
"Ya, Aku yakin. Aku pasti sembuh. Ya, Aku pasti sembuh. Aku akan melihat Darren, Divya dan Devano menikah. Hingga kita memiliki cucu." Daddy Daniel tertawa meski airmatanya mengalir membasahi pipinya. Rasanya lidah sulit menyampaikan segala harapan besar Daddy Daniel.
"Tentu Darling. Kita akan memiliki banyak waktu, menua bersama, bermain bersama cucu-cucu kita yang lucu-lucu, Dad." Senyuman Mom Lala selalu menyejukkan hati Daddy Daniel meski airmata itu membasahi wajah cantik sang istri.
Darren, Divya dan Devano yang menyaksikan kedua orang tuanya saat ini tak kuasa menahan rasa harunya.
Betapa nyata bukti cinta keduanya begitu besar. Ketiganya tak akan kekurangan teladan bagaimana mencintai dan menghargai pasangan melihat bagaimana Daddy dan Mommynya selama ini mencerminkan bahwa cinta sejati nyata, ada dan indah.
Divya perlahan mendekat kepada kedua orang tuanya, "Mom, Dad, Aku berjanji akan berusaha memberikan pengobatan dan perawatan terbaik bagi kesembuhan Dad." Divya memeluk kedua orang tuanya. Air mata yang tak habis tumpah ruah sejak semalam kini kembali membasahi wajah cantik perpaduan Daniel dan Syahla.
"Iya. Daddy yakin putri manja Daddy adalah Dokter yang hebat. Tentu Daddy akan sehat dan pulih kembali. Darling, lihatlah! Bu Dokter kesayangan Kita rupanya bisa menangis! Princess Daddy, Manjanya Daddy, jangan menangis Sayang." Daddy Daniel memeluk putrinya yang menangis terisak dalam dekapannya.
Darren dan Devano pun tak luput dari moment emosinal ini keduanya ikut dalam pelukan dan kini dalam ruang rawat Rumah Sakit kembali cinta dan kepedulian keluarga Daniel begitu terasa.
Pagi yang cerah di ruang rawat inap Rumah Sakit dimana Mommy Lala dirawat.
"Selamat pagi, Sedang Sarapan ya Nyonya, Maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan, Saya Dokter Kanara, Saya akan memeriksa Nyonya Syahla Harold. Bagaimana Nyonya? Apakah ada keluhan? Bagaimana perasaan Anda hari ini?" Kanara rekan Divya sesama Dokter yang ditugasnya memeriksa kondisi Syahla.
"Pagi Dokter. Silahkan. Keluhannya hanya lemas saja Dok, dan sedikit pusing." Mom Lala yang sedang disuapi sarapan oleh Sang Suami yang setia mendampinginya sejak semalam.
Dokter Kanara memeriksa Mom Lala dengan lembut dan senyuman terus menghiasi wajahnya.
Mom Lala memperhatikan wajah Dokter Muda berwajah manis dihadapannya seakan familiar namun dimana ia melihat wajah itu.
"Nyonya Syahla, kondisi tekanan darah Nyonya sudah stabil, detak jantung juga normal. Hanya saja asam lambung Nyonya yang memang memiliki Maag tentu sedikit naik. Istirahat yang cukup, makan sayur dan buah dan jangan terlalu stress, rilex dan happy agar asam lambungnya terkontrol." Dokter Kanara dengan santai, lembut namun terlihat profesional.
"Terima kasih Dokter. Iya, Saya memang punya Maag. Dokter apakah pernah masuk TV?" Syahla begitu tertarik dan yakin ia pernah melihat wajah dokter yang merawatnya di TV.
Sambil tersenyum, Dokter Kanara menatap lembut Mom Lala, "Mungkin yang Nyonya lihat Saudara Kembar Saya. Baiklah kalau begitu Saya pemisi. Silahkan dilanjutkan kembali sarapannya. Jika memang sudah tidak ada yang dirasakan, Hari ini Nyonya boleh pulang." Dokter Kanara tersenyum sambil menuliskan hasil visitasinya.
"Pagi Mom, Dad!" Devano kini sudah hadir kembali diruang rawat inap sang Mommy.
Devano melihat kearah Dokter Kanara begitupun Kanara melihat Devano.
"Mari Nyonya, Tuan Saya permisi." Dokter Kanara bersama perawat pendamping pamit dari ruang rawat Mom Lala.
Devano menatap kepergian Dokter Kanara yang melangkah keluar ruang rawat Mom Lala hingga ia disadarkan oleh panggilan sang Mommy.
"Dev!" Mom Lala yang sangat paham putra bungsunya memang tak bisa melihat wanita cantik dihadapannya.
"Iya Mom!" Devano mendekat ke ranjang sang Ibu.
"Kamu ga boleh lihat yang cantik dan manis matamu langsung lupa dengan Mommy!" Mom Lala merajuk kepada putranya. Meski dalam hati berusaha keras menahan tawa.
Daddy Daniel hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan putra bungsunya.
"Itu Dokter Mommy?" Devano mencium punggung tangan Daddy dan Mommynya.
"Dasar anak ini! Bukan Mommy yang Kamu tanyakan malah Dokter Kanara." Mommy Lala tersenyum dengan tingkah putra bungsunya.
"Aku juga mau tanya kondisi Mommyku tersayang yang cantik ini? Apakah Mommyku, Belahan Jantungku, Surgaku, sudah baikan?" Jurus rayu Devano dan sikap manisnya memang selalu membuat Mom Lala senang dengan Devano.
"Kata Bu Dokter cantik yang tadi, Mommy sudah boleh pulang. Kalau Kamu ga percaya tanya saja sendiri dengan Dokter Kanara." Mom Lala sengaja menyebut nama dokter yang merawatnya.
"Sepertinya ide bagus. Aku akan menanyakannya Mom apakah benar Mommy sudah boleh pulang. Atau jangan-jangan Mommy yang minta pulang karena tidak betah di Rumah Sakit." Devano meledek sang Mommy.
"Huh Kamu Dev! Bilang saja Kamu mau lebih lama ketemu Dokter Kanara kan? Dasar genit Kamu! Dad putramu tuh!" Mom Lala menimpuk Devano dengan tisu.
"Aku lemah Mom kalau lihat yang cantik-cantik apalagi senyumnya manis begitu! Seperti melihat Mommyku yang selalu cantik hingga Devano tidak bisa membantah setiap ucapan Mommy." gombalan Devano.
"Duh Dad, putra bungsu Kita gimana ga klepek-klepek Cewek, gombalannya maut!" Mom Lala geleng kepala dengan ucapan manis Devano.
"Ya anak-anak Kita memang unik-unik, ada yang cool ada yang playboy!" Daddy Daniel meninju lengan Devano putranya.
"Morning Dad, Mom! Loh Dev? Kamu disini? Pantas sudah tak terlihat di rumah. Kakak pikir Kamu masih dikamar dan belum bangun." Darren datang dengan stelan kantor berjas mencium punggung tangan Daddy dan Mommynya.
"Darren, Kamu mau ke kantor?" Daddy Daniel menanyakan.
"Iya. Tapi Aku akan menemani Dad dulu untuk kontrol. Aku mau mendengar apa yang dokter katakan untuk tindakan medis untuk Dad." Darren menjelaskan.
"Bagaimana kondisi Mommy?" Darren menanyakan.
"Mom sudah boleh pulang. Mom juga nanti akan ikut mendengar penjelasan Dokter mengenai kondisi Daddy. Kita sama-sama akan menemani Daddy." Mom Lala menggenggam tangan Daddy Daniel dengan tatapan penuh cinta.
"Assalamualaikum. Morning Mom, Dad, Kak dan Adekku sayang." Divya yang sudah lengkap dengan snelli.
Divya yang hari ini memang ada praktek dan Ia juga melihat kondisi sang Mommy.
"Bagaimana kondisi Mommy, Dokter Kanara tadi sudah Visit?" Divya menanyakan pada sang Mom apakah rekan sejawatnya sudah memeriksa.
"Sudah Div, Dokter Kanara sudah memeriksa Mom. Oh ya, Kamu dekat dengannya?" Mom Lala seakan tahu suara hati Devano hingga ia menanyakan lebih lanjut tentang Dokter Kanara.
"Ya tentu Mom, Kami kan rekan kerja. Memang ada apa nih?" Divya melirik kearah Darren dan Devano.
Darren tidak mengerti pembicaraan adik dan Mommynya.
Sementara Devano mendengarkan acuh tak acuh tapi pasang telinga lebar-lebar. Tak mau ketinggalan informasi.
"Ada yang mau kenalan katanya, tuh yang deket Kamu." Mom Lala memberi kode pada Divya kearah Devano.
"Wah jago kalau Kamu bisa deketin dia Dek. Kakak akan dukung. Tapi Kamu harus berjuang ekstra. Dia bukan seperti cewek-cewek yang biasa Kamu ajak hangout dan having fun. Yang satu ini sangat unik! Limited Edition!" Divya dengan penuh keyakinan menepuk bahu Devano lalu mengusap pelan memberikan dukungan.
Devano seakan tertantang dengan kata-kata Divya kakaknya.
"Belum dicoba Kak. Mana tahu. Pesonaku sebagai Putra Bungsu Daniel Harold yang rampan dan rupawan sulit untuk diabaikan!" Devano mengangkat kedua tangannya bergaya menyugar rambut menampilkan pesona yang memang selalu mampu membuat lawan jenis bertekuk lutut.
"Ya, buktikan saja. Sebagai Kakakmu, Aku dukung kok! Aku malah senang kali ini matamu sehat dan normal! Karena biasanya Perempuan-Perempuan yang menempel bagai lintah padamu semuanya Spek Ani-Ani!" Divya dengan lidah setajam siletnya mulai beraksi meledek Devano.
"Mana ada ya, yang model begitu! Aku pun ounya standar Kak! Jangan asal ngomong!" Devano tak terima jika Perempuan yang memuja dirinya dikatakan Spek peliharaan Gadun.
"Bisa-bisanya Kalian meributkan hal ga penting saat ini! Kamu lagi Divya, dan Kamu Dev! Kalian betul-betul!" Darren menggerutu dengan percakapan adik-adiknya tak ketinggalan wajah jutek dengan hawa sedingin benua antartika menjadi tampilan Darren dalam kesehariannya.
"Kakakku Tersayang yang dinginnya seperti kulkas 2 pintu, gimana mau punya pacar kalo ga usaha. Ya ga Dev?" kali ini Divya kompak mengajak Devano.
"Betul itu Kak!" Devano memang selalu kompak dengan Divya kalau soal percintaan.
"Sudah! Kalian ga dimana-mana ribut saja. Oh iya Jam berapa Daddy akan bertemu Dokter?" Mom Lala menanyakan.
"Kemarin Dokter Arjuna mengatakan Daddy akan dijadwalkan konsul sekitar jam 11 dengan Dokter Mikhayla." Daddy Daniel yang memang biasanya langsung ditangani oleh sang direktur Rumah Sakit kini harus ditangani oleh Dokter lain yang memiliki spesialisasi yang sama.
"Aku juga akan mendampingi Dad, tenang saja Dad, Dokter Mikhayla orangnya asik kok. Aku dekat dengan Dia. Kami di tim yang sama dengan Dokter Arjuna." Divya dengan wajah antusias saat menjelaskan.
"Oh iya Kak Darren nanti ikut ya, biar denger langsung penjelasan Dokter mengenai kondisi Daddy." Divya mengedip kearah sang Mommy, tanpa terlihat oleh Darren kakaknya.
Mom Lala bingung dengan kode yang Divya berikan. Apakah ada hal yang terlewat oleh dirinya.
"Iya." Darren menjawab singkat.
"Kalau begitu Aku pamit ke kantor dulu Dad, Mom, nanti sebelum jam 11 Aku akan kembali kesini. Assalamualaikum." Darren mencium tangan Daddy dan Mommynya sebelum berangkat ke kantor.
"Mom, Devano mau urus administrasi Mom dulu ya." Devano dengan segudang alasan untuk bisa melihat wanita yang sudah menawan hatinya.
"Orangnya lagi praktek kali Dek. Nanti jam 10 selesai. Biasanya habis praktek Dokter Kanara suka ke coffee shop yang dilantai 1."
"Kakakku memang paling cantik dan pengertian. Dev ke bawah dulu ya Mom, Dad, mau sarapan tadi langsung kesini." Devano mencium tangan Daddy dan Mommynya.
"Sarapan Cinta Kamu Dev!"
Devano yang cengengesan membuat Daniel geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya.
"Mom, Aku juga pamit dulu ya, ada jadwal di poli."
"Lanjutkan tugasmu Sayang. Jangan khawatirkan Mom, Mommy ada Daddy ya jaga."
"Ok! Kalau ada perlu apa-apa langsung telpon saja ya Dad."
"Sudah, berangkat sana. Pasienmu sudah menunggu."
"Anak-anak Kita Dad! Sudah besar, tapi kalau sudah kumpul rasanya seperti masih kecil Mereka. Ada saja yang diributkan."
"Kita doakan saja yang terbaik untuk Darren, Divya dan Devano."
Share this novel