Gara-Gara Es Balok, Beruang Kutub!

Romance Series 4504

Darren menemui beberapa Kliennya yang berada di Negeri asal gingseng guna memperluas perusahaannya.

Darren yang memang berjiwa pebisnis handal kini semakin menancapkan eksistensinya dengan melakukan ekspansi ke Korea Selatan.

Daniel sudah sepenuhnya melimpahkan segala urusan perusahaan kepada Darren putra sulungnya karena Devano masih belum mau terjun mengurus perusahaan keluarga memilih menekuni hobi yang menjadi profesinya kini sebagai seorang pembalap profesional.

"Mr. Darren besok Kita akan meninjau Rumah Sakit yang yang sudah menggunakan teknologi yang merupakan hasil pengembangan perusahaan Kami." Mr. Kim sebagai partner bisnis Darren.

"Untuk hari ini Kita ke pabrik dulu. Bagaimana apakah Mr. Darren bersedia?" tawar Mr. Kim.

"Baik. Mari kita kesana Mr. Kim."

Mr. Kim dan jajarannya membawa Darren yang didampingi asisten pribadinya bergerak menuju lokasi yang mereka tuju.

Darren melihat bagaimana mekanisme pabrik yang begitu canggih.

Pabrik yang sebagian besar banyak menggunakan teknologi robot dan dijalankan secara otomatis.

Darren yakin langkahnya melakukan ekspansi di Korea Selatan tidak salah justru semakin melebarkan sayap bisnisnya di negeri gingseng tersebut.

Saat waktu makan siang, mereka diajak Mr. Kim untuk menikmati makanan khas korea.

Mr. Kim memilih restoran Korea yang halal untuk menghormati Darren.

Darren akui pribadi Mr. Kim yang humble dan senang bercerita membuat Darren banyak tahu mengenai negara gingseng ini.

Darren memang biasa berbisnis sejak dulu bersama Daniel Daddynya ke negara-negara lain.

Tapi untuk Korea Selatan baru kali pertama.

"Mr. Kim, Terima kasih makan siang nya sungguh luar biasa. Sampai berjumpa besok." Darren membungkuk sebagai salam khas negara tersebut.

Mr. Kim beserta jajarannya kembali berpisah dengan Darren yang sudah masuk mobil.

"Boss Kita mau kemana lagi?" Asisten Darren menanyakan.

"Balik ke hotel."

"Baik Boss."

Asistem Darren memberitahukan driver untuk kembali ke hotel.

Mikha baru saja selesai seminar.

Ia tak langsung ke hotel memilih berjalan-jalan sekaligus ingin membeli beberapa barang keperluannya.

Betapa bahagianya Mikha bisa menginjakan kaki di negara yang biasanya ia lihat dalam drakor favoritnya.

Mikha menenteng menenteng belanjaannya memasuki lift di lobby hotel.

Mikha menekan lift arah naik.

Menunggu sesaat.

Kemudian Lift terbuka.

Ting!

Lift tampak penuh namun masih bisa ia masuk.

Tubuh Mikha yang ramping tentu menjadi kemudahan baginya karena masih bisa ikut di dalam lift tersebut.

Saat Lift bergerak Mikha sedikit oleh ia terdorong ke belakang lift hingga punggung Mikha menabrak seseorang dan terdengar suara benda jatuh.

"Gawat!" Mikha mengernyitkan dahinya sebelum ia membalik badan melihat siapa korbannya.

"Kamu!"

Teriak Mikha dan Darren secara berbarengan.

Tentu saja membuat orang yang di dalam lift menoleh kearah mereka.

Wajah keduanya hanya tersenyum kikuk kepada orang di dalam lift.

Demi tidak mengganggu ketentraman keduanya berselisih dengan nada berbisik.

"Aku akan bertanggung jawab atas ponselmu!" Mikha menatap kearah Darren.

"Sudah seharusnya!" Darren memajukan wajahnya kini tidak hanya tubuh mereka yang berada dalam jarak dekat karena lift yang penuh tetapi wajah keduanya juga hanya berjarak beberapa senti.

"Aku akan meletakkan belanjaanku dulu." Mikha masih tetap berada di dalam lift karena belum sampai di lantai kamarnya.

"Oke!" Darren menyetujui.

Ting!

Lift terbuka keduanya keluar bersama sementara asisten Darren yang sejak tadi tertawa tertahan hanya membuntuti keduanya.

"Ngapain Lo ngikutin Gw huh!" Mikha melihat Darren berjalan searah dengan dirinya.

"Ga usah kegeeran. Ini lantai tempat Saya menginap!"

"Awas jangan kabur!"

Darren berjalan melewati Mikha dan ia membuka pintu kamarnya hotel.

"10 menit aku tunggu di depan Lift tadi! Kalau kamu ga keluar aku akan laporkan ke pihak hotel!" Darren sebelum masuk ke kamar hotel tempat ia menginap.

"Bu Dokter, ternyata menginap disini juga?" Asisten Darren yang melihat Mikha akan masuk ke kamar hotel tepat diujung kamar Darren.

"Bukan urusan Lo!" Mikha menutup pintu kamar hotel dengan keras.

Bruk!

"Sabar, Sabar, heran ga dipesawat ga di hotel kalo ketemu ribut terus. Gw sumpahin si Boss sama Bu Dokter jodoh!" asisten Darren mengusap dadanya kaget oleh kegalakan Mikha.

Sesuai kesepakatan, kini Darren dan Mikha berjalan dengan asisten Lukman di belakang mereka.

Meski berjalan berdampingan namun layaknya musuh keduanya menatap ke arah yang berbeda-beda.

Saat hendak masuk mobil tentu saja kembali keributan terjadi diantara keduanya.

"Gw mau duduk depan!" Mikha hendak membuka pintu dengan mobil.

"Baguslah kalau begitu kamu menyetir!" Darren sengaja berkata begitu agar Mikha duduk dibelakang bersamanya.

"Maaf permisi Bu Dokter," Lukman meminta izin karena ia yang duduk di depan mendampingi driver.

Wajah kesal Mikha suka tidak suka duduk di sebelah Darren.

Sampailah mereka ke sebuah Mall yang terletak di distrik gangnam.

Darren masuk ke salah satu Store berlambang buah apel memilih ponsel baru untuk ia gunakan.

"Hei, aku memang bertanggung jawab atas ponselmu, tapi bukan beli baru. Mengambil kesempatan sekali!" Mikha berbisik pada Darren.

"Lukman, urus dan segera aktifkan nomorku di ponsel baru itu." Darren menyerahkan urusan pembelian ponselnya pada asistennya tidak menghiraukan ucapan Mikha.

"Baik Boss!"

"Kamu, ikut aku!" Darren berjalan melewati Mikha.

"Loh kok jadi begini! Hei Es Balok! Beruang Kutub!" Maki Mikha keluar mengikuti Darren.

Langkah Darren yang lebar dengan cara jalan yang cepat membuat Mikha sedikit keteteran.

"Hei! tunggu Es Balok! Dasar Beruang Kutub!" Mikha berteriak semakin murka saja dibuatnya.

Darren seketika menghentikan langkahnya namun Mikha yang tak menyangka Darren berhenti dadakan malah menubruk punggung Darren.

Bruk!

Mikha yang lelah seharian seminar kini harus mengikuti orang yang menyebalkan bagi dirinya membuat konsentrasinya mulai memudar.

Darren bereaksi cepat berbalik menangkap tubuh Mikha yang oleng akibat tertabrak dirinya.

Aroma parfum Darren menyeruak masuk ke rongga hidung Mikha.

Aroma lembut namun maskulin merelaksasi indera penciuman Mikha.

Sesaat keduanya dalam posisi yang sama hingga beberapa detik kemudian sama-sama melepas.

"Lo sengaja kan peluk-peluk Gw! Dasar Es Balok! Beruang Kutub! Orang Mesum!" gerutu Mikha.

Senyum menyeringai Darren menghampiri Mikha.

"Apa bagusnya darimu?" tatapan Darren menyisir tubuh Mikha dari atas sampai bawah.

Kekesalan Mikha memuncak.

Ia berbalik meninggalkan Darren.

Eits, langkah Darren lebih lebar dari Mikha.

"Mau kemana?" Tangan Darren berhasil meraih pergelangan tangan Mikha.

"Eh ngapain Lo pegang-pegang! Lepas-lepas! Susah cari Abu disini!" Mikha melepas genggaman tangan Darren tapi tidak berhasil.

"Enak aja Lo kabur! Ikut!" Darren masih menggandeng tangan Mikha lebih tepatnya menarik membawanya ke tempat makan, sejatinya Darren lapar karena ini sudah waktunya makan malam.

"Ngapain kesini. Suruh asisten Lo cepet kesini. HP Lo udah selesai pasti! Mana nomor rekening Lo. Gw ganti! Gw mau balik!" Mikha nyerocos dengan emosi udah diubun-ubun.

"Bisa diem ga? Berisik! Saya laper. Kalo Kamu ga mau makan, tunggu saja! Saya mau makan dulu." Darren yang kini membuka menu book.

Wajah Mikha yang sudah tampak layaknya akan mengeluarkan tanduk malah membuat Darren tersenyum.

"Kalo lagi marah-marah begitu gemesin banget sih dia!" batin Darren.

Tanpa sadar Darren tersenyum.

"Ngetawain apa Lo!" Mikha melihat Darren tersenyum membuat ia semakin emosi.

"Kok Dia ganteng banget sih kalau senyum begitu! Duh, jangan bilang semangat permusuhan Gw mulai redup? Ga, Mikha, Fokus!" batin Mikha seakan mengingkari.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience