Darren Siuman

Romance Series 4504

Sudah 1 minggu Darren masih saja belum siuman.

Pria tampan berwajah blasteran itu masih terpejam dengan alat-alat medis yang melekat di tubuhnya.

Keluarga silih berganti menjaga di Rumah Sakit meski tidak bisa masuk hanya Dokter dan Perawat.

Setiap hari Mikhayla selalu mengecek kondisi Darren.

Selama seminggu, Mikhayla terus mengajak Darren berkomunikasi meski Darren tak sadarkan diri.

Sejak terakhir pembicaraannya dengan Andrew Mikhayla selalu memikirkan ucapan Andrew.

Mikhayla yang awalnya sakit akan cinta tak berbalasnya perlahan harus menerima dan ikhlas.

Namun Mikhayla masih teringat kata-kata Andrew soal Darren.

"Darren Mencintaimu, Jadi berhentilah Mencintai Kakak!"

Mikhayla menyapa Darren yang masih memejamkan mata.

"Hai Apa kabar Es Balok! Pria Ganteng! Mimpi apa hari ini? Mimpi indah ya sampai kamu tidak ingin bangun, huh!" Mikhayla layaknya berbicara dengan Darren yang sadar meski Darren masih terpejam.

"Cepat bangun! Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tapi kau harus jawab jujur! Hahaha, mana mungkin, Kau itu kan gensinya setinggi langit! Ayo cepat sadarlah, Duniaku sepi tanpa makhluk menyebalkan sepertimu!"

Mikhayla sesungguhnya merindukan kejahilan, kenarsisan dan kepercayaan diri Darren yang biasanya mampu membuat emosinya naik hingga level 50 persis bon cabe.

Langit seakan tak rela bila keduanya terpisah masih ingin menyaksikan tingkah kedua anak Adam yang cinta tapi gengsi.

Darren menggerakkan jemarinya.

Mikhayla melihat jemari Darren bergerak, ada respon dari Darren.

Segera ia mengecek kondisi Darren dan menghubungi Dokter Arjuna.

"Alhamdulillah sepertinya Darren sebentar lagi akan segera siuman. Sudah ada respon." Dokter Arjuna menjelaskan pada keluarga.

Tentu saja kabar itu melegakan.

Daddy Daniel dan Mommy Syahla tak henti-hentinya mengucapkan syukur tak lupa berterima kasih kepada Dokter Arjuna dan rekan-rekan Dokter lainnya yang sudah merawat Darren dengan baik.

"Mikha, terima kasih banyak. Berkat kamu kakakku akan segera pulih." Divya memeluk rekan sejawatnya berterima kasih.

"Sudah tugasku Div." Mikhayla menggenggam tangan Divya.

"Dokter Arjuna terima kasih telah merawat kak Darren dan mendonorkan darah Dokter. Aku tidak bisa membalas kebaikan dokter hanya Allah yang akan memberikan pahala kepada Dokter." Divya menatap Direktur Rumah Sakit yang telah menyelamatkan nyawa kakaknya.

"Sudah menjadi tugasku, jangan sungkan. Lagi pula, sudah jadi kewajibanku saling membantu sesama keluarga bukan?" Dokter Arjuna dengan senyuman penuh arti pada Divya.

Melewati tidur panjang menikmati mimpi indah yang begitu menentramkan hati.

Darren berada dalam sebuah kebun dengan bunga-bunga indah bermekaran dan hamparan rumput hijau luas membentang sepanjang mata memandang.

Aliran sungai jernih dengan suara kicau burung yang saling bersahutan bagaikan simfoni menyejukkan hati.

Darren berjalan entah menuju kemana dan mencari apa yang ia sendiri tidak ketahui.

Dibawah pohon rindang Darren melihat seorang gadis kecil sedang menikmati ayunan yang mengombang ambingkan tubuhnya sedang tersenyum riang bahagia.

"Bukankah itu gadis kecil yang memberiku lollipop?" gumam Darren.

Gadis itu melambaikan tangannya kearah Darren seolah memanggilnya untuk mendekat.

Sambil terus tersenyum lambaian tangan gadis itu seolah menarik Darren melangkah maju menuju ke arah gadis kecil yang menyambutnya dengan riang.

Darren duduk berlutut di depan gadis kecil itu.

Gadis kecil itu mengusap kepalanya.

"Kau darimana saja, aku mencarimu selama ini?" Darren bertanya pada gadis kecil di hadapannya.

Gadis kecil itu hanya tersenyum.

Kemudian ia mengambil tangan Darren dan meletakkan sebuah benda.

"Stetoskop? Ini untuk ku?" Darren bertanya.

Gadis kecil itu menganggukan kepala.

Gadis itu menunjuk saku kantung jas Darren.

"Kau ini mau apa? Aku tidak punya apa-apa?" jawab Darren.

Kembali gadis kecil itu menunjuk tempat yang sama.

Darren menuruti permintaan gadis kecil itu.

Dimasukkannya tangan kanan ke saku jasnya.

"Ini bukannya milikmu?" Darren tak percaya di saku jasnya ada ikat rambut dengan inisial M.

Gadis kecil itu mengambilnya kemudian ia pergi sambil tersenyum melambaikan tangannya semakin jauh, semakin kecil dan,

Darren membuka matanya, nafasnya tersengal, tak beraturan.

"Dokter Arjuna, Dokter Mikha, Dokter Kanara, Pasien Tuan Darren sudah siuman!" perawat segera menghubungi ketiga Dokter yang bertanggung jawab terhadap Darren.

Arjuna segera sampai disusul Mikhayla dan Kanara.

"Dar, alhamdulillah kau sudah siuman. Apa yang kau rasakan?" Dokter Arjuna dengan stetoskop nya memeriksa kondisi Darren pasca tak sadarkan diri selama 2 Minggu.

"Kepalaku sakit sekali!" Darren memegang kepalanya.

Saat akan bangun Darren kembali mengaduh kali ini kakinya pun terasa nyeri masih sulit digerakkan.

"Kamu jangan banyak bergerak dulu Dar, kondisimu masih belum pulih. Alhamdulillah kau sudah sadar. Tapi kamu masih perlu di rawat intensif di Rumah Sakit karena kondisimu masih butuh perawatan dan pengawasan." Dokter Arjuna menjelaskan.

"Dokter Mikha tolong cek kondisi organ dalamnya dan Dokter Kanara jangan lupa cek juga bagaimana pasca operasi 2 minggu lalu. Segera laporkan pada Saya. Dar aku permisi dulu." Dokter Arjuna memerintahkan kedua rekannya melakukan tugasnya masing-masing sesuai spesialisnya.

Mendengar kabar Darren yang sudah siuman Daniel seketika langsung sujud syukur.

Betapa selama 2 minggu hati dan pikirannya begitu sedih, meski ia seorang kepala keluarga tentu melihat putra sulungnya tergeletak tak sadarkan diri selama 2 minggu terasa pilu dan tersayat.

"Ayo Dad, kita segera ke Rumah Sakit. Mommy ingin cepat bertemu Darren." Mommy Syahla menghubungi Devano mengabarkan kakaknya sudah siuman.

Darren sudah dipindahkan diruang rawat sehingga keluarga sudah bisa mengunjungi.

Mommy Syahla langsung menghambur memeluk putra sulungnya menangis sesenggukan dalam dada bidang Darren.

Perasaan seorang ibu yang begitu duka melihat putra sulung kebanggaannya terbaring tak sadarkan diri membuatnya selama 2 minggu tidak bisa tidur, tak enak makan tak bisa berpikir hanya tertuju pada Darren kapan akan siuman.

"Alhamdullah, kamu sudah siuman Dar, terima kasih ya Allah!" Mommy Syahla memeluk menciumi wajah Darren berterima kasih kepada sang pencipta masih memberikan umur panjang bagi putra sulungnya.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Dar, Dad bangga padamu. Kamu kuat!" Daddy Daniel memeluk putra sulungnya kini airmata itu tak tertahan mengalir bebas dari sudut mata Daddy Daniel.

"Kak, syukurlah kakak sudah siuman. Aku takut terjadi apa-apa. Kakak tak sadar 2 minggu." Divya memeluk kakak sulungnya dengan airmata telah membasahi pipi wanita cantik itu.

"Kak, aku kesepian tanpamu. Jangan tidur lama seperti kemarin ya!" Devano memeluk Darren terlihat airmata menganak sungai disudut netranya.

"Terima kasih. Berkat keluargaku, Mom, Dad, Divya, dan kau adik nakalku Devano, aku kembali. Terima kasih!" Darren begitu haru betapa keluarganya begitu mencintainya dan khawatir akan keselamatan dirinya.

Darren yang biasanya minim ekspresi kali ini tak kuasa menahan airmatanya yang sudah mengalir melewati hidung mancungnya.

Mikhayla yang hendak masuk ingin memberikan penjelasan hasil pemeriksaan kesehatan Darren menghentikan langkahnya ikut terharu menyaksikan betapa harmonisnya keluarga Darren seperti keluarganya yang saling support satu sama lain.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience