Memasuki kantor Darren tersenyum sumringah tentu saja membuat karyawan diperusahaannya merasa aneh dengan sikap CEO mereka yang selama ini terkenal cuek, kaku sedingin kulkas.
Tak terkecuali Lukman, asisten Darren yang sudah siap membacakan agenda sang big boss untuk hari ini.
"Kecuali schedule untuk sore dan malam, selebihnya Ok." masih dengan senyuman yang menghiasi wajah tampan Darren.
"Boss ga salah makan atau semalam langsung kawin ga cuma lamaran ya?"
Darren tidak menjawab pertanyaan asistennya memilih menandatangai beberapa dokumen tang dibawa Lukman.
Ketenangan dan Kebahagiaan Darren tampaknya harus segera berakhir dengan datangnya Ulet Keket.
"Morning Darling!"
Tentu saja Chaterine yang kini sudah duduk dihadapan Darren dengan menawarkan pemandangan yang sangat menggoda iman dan imin tentunya.
"Mau apa lagi kau kesini. Lukman panggil keamanan. Bawa dia keluar!"
"Eits, kau tak bisa memutuskan kontrak kerjasama kita secara sepihak Darling!"
"Segera keluar selagi Saya masih bersikap sopan!" bentak Darren.
"Ok, tapi jangan salahkan aku jika, jika sedikit bermain-main dengan tunanganmu!" geliat manja dengan penuh ancaman begitu lihai meluncur dari bibir chaterine.
"Kau! Jangan berani sedikitpun menyentuh tunanganku, atau aku tak segan untuk melaporkan aib perusahaanmu!" Darren fak kalah sengit dan serius dengan perkataannya.
"Kita lihat saja siapa yang akan menang!"
Chaterine meninggalkan kantor Darren dengan senyuman penuh aroma kelicikan.
Darren menelpon seseorang.
"Tolong ikuti wanita yang aku kirim fotonya, laporkan semua yang ia lakukan!"
"Jangan harap aku akan diam saat semua bukti ada ditanganku!"
Tatapan mata Darren geram.
Di RS Mikhayla seperti biasa melaksanakan kewajibannya memeriksa pasien, visit pasien rawap inap dan beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Perawat yang mendampingi Mikhayla melihat ada yang berbeda dari Mikhayla.
Cincin yang melingkar di jari manis Mikhayla seolah menjelaskan bahwa ia sudah dilamar oleh seseorang.
"Dokter habis tunangan ya?" perawat yang mendampingi Mikha memberanikan diri menanyakannya.
Mikhayla paham saat ini melihat cincin dari Darren yang kini melingkar di jari manisnya.
Anggukan Mikha disertai senyuman cukup menjawab rasa penasaran perawat.
"Selamat ya Dok, wah kapan nih dok hari H nya?"
"Doakan saja semua berjalan lancar."
"Aamiin Dok. Saya doakan semoga lancar sampai pelaminan. Jangan lupa undang-undang ya Dok!"
"Aamiin. Insha Allah Saya akan undang."
Saat akan melakukan konsultasi dan terapi salah satu pasiennya Mikhayla berpapasan dengan Dokter Kanara yang sedang berjalan menuju ruangan Dokter Arjuna.
Namun melihat Dokter Kanara yang begitu tergesa Mikhayla mengurungkan niat menegur memilih melanjutkan langkahnya.
"Kenapa tiba-tiba Dek?" Dokter Arjuna mengernyitkan dahinya saat menerima surat pengunduran diri Kanara.
"Aku hanya ingin menemani Mbah. Ayah dan Bunda kan sibuk, Kak Naya juga juga sama."
"Ga ada yang kamu sembunyikan dari Mas kan?" Arjuna coba melihat mata Kanara mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Tidak ada Mas. Aku harap Mas menerima pengunduran diriku. "
"Mas pikir-pikir dulu."
"Kalau begitu aku permisi Mas."
Tanpa kata Arjuna hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.
"Aku akan bicara dengan Uncle Jo!" Arjuna meraih ponselnya dan menghubungi pamannya.
Di kantornya, Mainaka tampak gusar sejak tadi bolak balik tak jelas pikirannya berputar bagaimana ia harus berpikir dan mencari solusi.
"Semua ini gara-gara Kanaya! Andai malam itu aku tak melihat perbuatan sampahnya, malam itu tidak akan terjadi!" Naka memukul dinding dengan keras hingga ruas jari tangan kanannya berdarah.
Mainaka mencari ponselnya di saku jas.
"Angkat Kanara!"
Berkali-kali Naka menghubungi Kanara tak ada jawaban dan kini Kanara memblokir nomor Mainaka.
"RS! Ya aku akan kesana!"
Di benua yang berbeda Devano sedang dalam masa persiapan pertandingannya aat ini sedang melakukan uji mesin dan lainnya.
Rekan sesama pebalap sekaligus sahabat Devano memperhatikan gerak gerik Devano yang sedikit berbeda.
"Ada apa kau Dev? Kau seperti hilang fokus!"
"Begitu ya?"
"Tidak biasanya. Ada apa Bro?"
"Tidak ada. Mungkin tubuhku hanya lelah."
"Sebaiknya kita santai saja malam ini. Kudengar nanti malam di club ada tamu istimewa. Bergabunglah!"
Devano bukan lelah fisik, namun sejak malam dimana ia melihat Kanaya-Mainaka-Kanara semua terasa memusingkan baginya terlebih sejak itu Devano tak bisa menghubungi Kanara dan ia pun sulit menemukan Kanara sekalipun di RS.
"Kanara, ada apa sebenarnya? Kau membuatku sakit kepala!"
Devano mengusap kasar wajahnya.
Banyaknya pasien yang ditangani membuat jadwal istirahat Mikhayla jadi molor hingga kini ia baru bisa merehatkan sejenak tubuhnya di kursi sambil membuka ponselnya yang baru sempat ia buka.
Mikha mengecek chat yang masuk terlihat beberapa daei group dan teman-temannya.
Tak terkecuali dari calon imamnya Darren yang sudah berkali-kali mengirim chat terlihat banyaknya pesan dan panggilan telp yang masuk di aplikasi hijau.
"Jangan lupa makan siang"
"Sudah makan?"
"Kau sibuk?"
"Balas pesanku."
"Angkat telponku."
"Kamu dimana Sayang?"
"Jangan lupa kabari aku jika sudah selesai."
"I Love You, Sayang ❤️."
Begitulah rentetan chat daei Darren.
Rona merah terlukis indah di raut wajah Mikha membaca chat daei Darren.
"Kenapa si Es balok jadi sweet begini sih! Bisa jatuh cinta aku!"
Bagai ABG yang baru mengenal cinta Mikhayla tersenyum dan terlihat ia memeluk HP hingga tak sadar perawat masuk membawakan report pasien yang Mikhayla tangani.
"Maaf Dok, Saya mau minta tanda tangan, ada pasien yang hari ini akan keluar RS, ini Dok."
Tentu saja Mikhayla sedikit kikuk cemas jika perawat melihat ulah malu malu meong dirinya saat tersipu membaca chat di ponselnya.
"Terima kasih Dok!"
"Iya!"
"Duh! Pasti tadi suster melihat aku lagi mesam mesam nih! Ah gara-gara es balok aku jadi malu kan!"
Selesai meeting Darren masih melanjutkan pekerjaannya namun rasa kesal karena chat bertubi-tubi pada Mikhayla tak ada satupun yang dibalas oleh wanita yang kini bergelar calon istri.
"Kemana sih dia!"
Ponsel Darren berdering.
Melirik siapa yang menghubungi siapa tahu Mikhayla namun ternyata panggilan dari Mommy Syahla.
"Assalamualaikum Mom, ada apa?"
"Mommy mau mengingatkan, nanti sore kamu jadi ajak Mikha lihat cincin pernikahan kalian? Mau mau bilang sekalian kamu pilihkan juga set perhiasan lainnya, biarkan Mikha memilih sesuai yang diinginkannya. Mom juga sudah hubungi pemiliknya untuk menyediakan koleksi terbaru mereka karena Mom ingin yang terbaik untuk calon menantu Mom. Dar, kau dengar Mommy kan?"
"Iya Mom. Aku mendengarkan."
"Oh ya katakan pada Mikhayla kapan ia sempat, ajak kerumah kita, karena Mom ingin ngobrol."
"Ya nanti Darren tanyakan kapan Mikhayla senggang."
"Ok. Mom tunggu ya. Dar, jangan seperti kanebo kering, Mom saja bosan melihatmu jika seperti itu, apalagi calon istrimu. Kau harus lebih romantis dan bersikap manis ya."
"Ok Mom. Sudah dulu ya. Aku masih ada pekerjaan."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Share this novel