Hari ini aktivitas Darren cukup padat.
Meeting dengan beberapa Klien kemudian dilanjutkan mengunjungi beberapa cabang perusahaannya.
"Setelah ini apalagi jadwalku?" Darren yang kini duduk menyandarkan tubuhnya di jok mobil sejenak memejamkan mata.
"Boss ada undangan bersama Tuan Daniel." Asisten Darren membacakan jadwal kegiatan Darren.
Seolah ada ikatan batin ponsel Darren berdering.
"Assalamualaikum Dad"
"Iya Aku tak lupa."
"Ok. Take care Dad."
Darren mengakhiri perbincangannya dengan Daddy Daniel.
"Kita ke kantor dulu."
Darren memerintahkan drivernya.
Kembali ke kantor segudang dokumen sudah menunggu untuk Darren tanda tangani.
Darren akan membaca secara cermat setiao dokumen yang ia tanda tangani.
Bukan tidak percaya hanya waspada dan teliti perlu agar tidak ada kesalahn fatal di kemudian hari.
Suara ketukan pintu terdengar.
"Permisi Boss ada paket untuk Boss." Sekretaris Darren memberitahukan sambil membawa kotak.
"Letakkan di meja saja." tanpa menatap Darren sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
"Saya permisi Boss."
"Ehm."
Darren tak sekalipun melirik kotak tersebut karena apa yang ia lakukan lebih penting.
3 jam berlalu Darren telah menyelesaikan pekerjaannya diselingi menjawab telp dari kliennya terkait bisnis.
Darren melirik jam tangannya.
"Masih ada 2 jam."
Darren memilih menyandarkan punggungnya di kursi yang ia duduki sambil memejamkan mata.
Kilasan kejadian saat perjalanan bisnisnya kemaren ke Korea Selatan silih berganti bagaikan cuplikan film.
Tanpa ia sadari wajahnya menciptakan berbagai ekspresi.
Saat Darren teringat adu mulut dan saling sindir di pesawat dengan Mikha rona wajahnya bahagia senyumnya tersungging.
Jantung Darren berdebar kencang kala ia teringat kejadian di Lift saat mereka berada dengan jarak yang begitu dekat hingga berujung drama rusaknya HP Darren.
"Lucu sekali Dia!"
Namun wajah Darren seolah siratkan tanya dan penasaran di kala moment perjumpaan mereka dengan Andrew.
Tak ada lagi sifat Galak, Jutek dan Ceplas Ceplos Mikha.
Sejak itu gadis yang belakang mengobrak abrik emosi Darren menjadi pendiam dan teduh seolah ada yang ia sembunyikan.
"Ada apa antara Dia dan Andrew?"
"Aku tahu semua perempuan yang dekat dengan Andrew termasuk cinta pertamanya. Tapi tak pernah sekalipun ku dengar nama Mikhayla."
"Pacar? Teman? Ah, membingungkan!"
Darren menyugar rambutnya kasar.
"Kamu tahu ga, Kamu tuh cewek galak, jutek, ga sopan yang bikin emosi ku naik turun."
Darren menatap foto Mikhayla yang ia ambil secara diam - diam saat kejadian ponsel baru Darren memfoto Mikha yang kala itu sedang duduk menemani Darren makan.
"Kamu tuh manis, tapi kenapa kalau sama Aku galak banget!" Darren dengan wajah kesal namun seketika bibirnya tersenyum.
"Boss."
"Boss."
"Boss!"
Asisten Darren yang sejak tadi sudah mengetuk pintu tidak di respon memilih masuk keruangan Darren dan melihat wajah Boss killernya sedang mesam mesem sendiri menatap layar HP.
"Wah gini nih kalo Boss Killer bin Jomblo Akut. Agak-Agak kureng!" batin Lukman Asisten Darren.
Darren terkejut mendengar Asistennya berteriak.
"Kalo masuk ketuk dulu, bukannya teriak. Mau saya pecat, huh!" Darren dengan mata melototnya mengintimidasi Lukman.
"Maaf Boss, Saya sudah lakukan yang Boss barusan katakan, tapi sampai berkali-kali ga ada jawaban dari Boss, ya Saya masuk, eh Boss lagi senyum-senyum sendiri, Kenapa Boss kangen Bu Dokter ya?" Lukman yang asal jeplak.
"Kurang ajar anak buah satu ini. Tapi kok Dia tahu ya aku lagi kepikiran Mikha!" batin Darren.
"Sembarangan! Jangan sok tahu Kamu! Ada apa?" Darren menaikkan nada suaranya ciri khas orang ke GAP agar tidak terselamatkan harga dirinya.
"Saya bawakan suit yang akan Boss pakai." Lukman menyerahkan suit Darren.
"Letakkan di ruang pribadiku."
"Saya permisi dulu Boss."
"Ehm."
Ruang kerja Darren memang terdapar ruang pribadi untuk ia beristirahat.
Sebetulnya Darren malas datang ke acara seperti yang akan ia hadiri bersama Daddy Daniel.
Hanya saja sejak kejadian Daddy Daniel sakit dan sembuh, Darren seakan lebih mentoleransi permintaan kedua orang tuanya.
Bagaimanapun Juga ia menyayangi Daddy dan Mommynya.
Walaupun Darren bukan tipikal anak yang ekspresif dalam menyampaikan rasa sayang dan cintanya pada orang tua hal itu berbeda dengan kedua adiknya Divya dan Devano.
Darren membuka instagram Mikhayla.
Sebelumnya Darren buka orang yang aktif di sosial media bahkan terkesan cuek.
Namun sejak kejadian kemarin,.ia memutuskan memiliki akun instagram tetap dengan identitas palsu.
Ia tidak menggunakan jati dirinya hingga Mikha pasti tidak akan tahu bahwa Darren menjadi salah satu followernya.
"Banyak sekali foto-foto nya. Dasar Narsis!" Darren mengumpat tapi bibirnya tersenyum melihat satu-satu postingan di feed Mikha.
"Tapi ga ada satupun foto Andrew? Apa dia menghapusnya?"
Kini waktu senggang Darren ia sempatkan untuk melihat update posting terbaru instagram Mikha.
Padahal saat Devano komplain pada Darren yang tidak ada dalam daftar followernya Darren tak memperdulikan ocehan adik bungsunya yang akun instagramnya bahkan telah bercentang biru.
Maklum profesi Devano yang seorang pembalap profesional dan menjadi BA untuk beberapa Brand besar menjadikan ia selebrity yang cukup di kenal.
Sementara Divya meski belum bercentang biru namun followernya tidak sedikit karena paras cantik dan tampilan modis Divya menjadi daya tariknya bagi oara follower.
Kini, karena seorang Mikhayla Zalindra Permana bisa membuat Darren Harold punya akun Instagram meski dengan fake account.
Akun Instagram Mikha memposting sebuah gambar.
"Cantik!"
Darren menatap postingan terbaru Instagram Mikha.
"Tapi galak!"
Darren gemas hingga ia mengetuk layar ponselnya sendiri.
"Boss."
"Boss."
"Bossss!"
Kembali terjadi Lukman untuk kedua kalinya mengejutkan Darren yang ia lihat kini gemes menatap layar HPnya sendiri.
"Ya Allah kasian amat Boss Killer Gw, padahal ganteng, kaya, punya segalanya, tapi mulai korslet!" batin Lukman.
"Sekali lagi Kamu ngagetin Saya, Saya pecat Kamu Lukman!" Darren menutupi kagetnya dengan ancaman yang membuat Lukman tidak berkutik.
"Jangan dong Boss, nanti Saya ga bisa nabung buat nikah! Saya kan ga mau jadi jomblo senior kayak," Lukman segera menutup mulutnya.
"Untung ga keceplosan! Bisa berabe!" Bodoh Lo Luk!" batin Lukman mengumpat dirinya sendiri.
"Kayak siapa maksud Kamu, huh!" Darren kini dengan mata melotot pada Lukman.
"Kayak tetangga Saya Boss!" Iya tetangga Saya!" Lukman dengan wajah yang dibuat meyakinkan.
Darren sebenarnya tahu Lukman akan keceplosan namanya namu ia kali ini beruntung masih bisa menyelamatkan dirinya dari amukan Darren.
"Ada apa? Ganggu saja Kamu!" Darren menurunkan suaranya.
"Sudah waktunya berangkat Boss. Mari Boss!"
"Ehm." Darren beranjak dari kursinya.
Dengan suit rancangan designer ternama ditunjang bentuk tubuh Darren yang athletis dan body goals tentu saja penampilan Darren begitu mempesona.
Lukman saja asistennya selalu kagum dengan pesona Boss Killernya padahal Lukman Asisten Darren 100% normal.
"Coba Si Boss senyum, pasti tambah ganteng, tapi si Boss jutek aja ganteng sih!" gerutu Lukman di belakang Darren mengikuti langkah Darren yang berjalan cepat di depan.
"Jangan berisik Lukman!" sentak Darren tentu berhasil membuat asistennya diam.
Share this novel