Berjumpa Dia Seperti Rasa yang Pernah Ada

Romance Series 4504

Di sebuah Cafe yang cozy Mikhayla berjalan menvari keberadaan temannya.

"Mikha!" Lambaian tangan dari seorang wanita cantik yang duduk di table nomor 9 memanggil dengan suara keras pada Mikha.

Mikha yang baru masuk segera melihat temannya yang sudah duduk manis.

Kedua wanita cantik yang berbeda profesi ini bercipika cipiki saling berpelukan melepas rindu karena lama tak bertemu.

"Ya ampun. Lo itu udah di Indonesia kenapa ga ngabarin Gue! Kangen tahu!" Hilda sahabat Mikha sejak di SMP yang kini berprofesi sebagai seorang Designer nyerocos tanpa jeda.

"Maaf deh Hil, Gue ga rencana balik ke sini, tapi nyokap nyuruh dan udah kangen katanya." Mikha yang duduk bersebelahan dengan Hilda.

"Bu Dokter makin shimmering splendid aja neh!" Hilda menggoda sahabatnya.

"Lo kali ya shimmering splendid! Siapa sih yang ga kenal Hilda Adinata, Designer muda terkenal yang rancangannya bahkan dipakai oleh Blackpink. Keren!" Mikha mengacungkan 2 jempol untuk Hilda.

"Kita sama-sama hebat deh pokoknya. Btw, gimana nih udah dapet gebetan belum? atau masih belum bisa move on dari Si Dia?"

Hilda adalah sahabat Mikha. Sejak lulus SMP Mereka hanya beberapa kali bertemu. Selebihnya via udara dan social media untuk urusan komunikasi.

Keduanya masih saling berkomunikasi dan saling curhat soal urusan pribadi.

Hilda tahu mengenai hati Mikha yang tertambat untuk pria bule senior sefrofesinya namun cinta itu tak berlabuh karena sang senior hanya menganggap adik pada Mikha.

"Apa sih Hil. Gw ga pernah ada hubungan dengan siapapun. Cintaku bertepuk sebelah tangan." Mikha memasang wajah sedih yang dibuat hiperbola.

"Uluh, Uluh, tayang, tayang, Bu Doktel ga usah cedih, pasti banyak Pak Doktel ganteng yang ngantli mau cama Kamu. Tapi pasti Camu tolak! Iya kan?" Hilda dengan pengucapan ala anak kecil baru bisa ngomong menggoda Mikha.

"Kalo udah sama Lo, ga jauh dari gosip dan cowok. Makan yuk laper Gue! Ghibah butuh energi bukan?" Mikha membuka daftar menu dan memesan makanan serta minuman.

"Oh iya Hil, btw Lo hebat ih udah wara wiri di TV nih ya. Designer langganan artis sekarang. Salut Gue!" Mikha bertepuk tangan menandakan rasa kagum pada Hilda.

"Alhamdulillah Mik, Gue juga ga pernah nyangka bisa seperti sekarang. Lo tahu sendiri, Gue sama pelajaran rada T-O-L-O-L, ga kayak Lo pinter, makanya sekarang jadi Dokter Spesialis hebat." Hilda sambil menikmati steak dengan tingkat kematangan rare.

"Tapi Hobi yang Lo asah ga sia-sia bahkan kini Lo jadi salah satu Designer papan atas. Gue sempat lihat waktu Lo jadi Juri pemilihan Putri Indonesia. Ya Allah Gue bangga banget jadi sahabat Lo. Sumpah!" Mikha memang waktu itu melihat tayangan streaming acara Pemilihan Puteri Indonesia dan Hilda salah satu jurinya.

"Wah Lo muji Gue setinggi langit, bisa terbang nabrak genteng Gue! Lo tuh yang hebat, masih muda udah jadi Dokter Spesialis apalagi penyakit yang Lo tangani itu beuh berat Mik, Daebak!" Hilda memuji Mikha dengan kosakata bahasa Korea.

"Kamsahamnida Cingu." Balas Mikha yang juga penikmat Drakor.

"Cheonmaneyo Cingu." Balas Hilda.

Kedua tampak melepas rindu dan saling bertukar cerita selama perjalanan selama ini yang mereka lalui.

"Jadi Lo sekarang udah punya cowok nih? Kapan kenalin ke Gw?" Mikha menatap wajah Hilda yang berseri-seri.

"Lo harusnya kenal Mik, Lo kan suka nonton Youtube." seakan memberikan kode pada Mikha.

"Wait, maksud Lo?" Mikha meminta Hilda ga usah kasih klu.

"Pernah denger Arkatama? Youtuber?" Hilda masih senang berteka teki.

Mikha berpikir sejenak, ia memang senang nonton youtube, tapi,..

"Arkatama! Youtuber nomor 1 di Asia. Yang Viral dengan jargonnya itu? Wait, dia yang mengakuisisi club bola timnas kan?" Mikha seolah memastikan berita yang ia lihat dari cuplikan iklan disejumlah sosial medianya.

Hilda tersenyum mengangguk membenarkan semua perkataan Mikha.

"Wah,,, asli,,, Gue berasa punya temen seleb kalo begini. Ih, cerita-cerita." Mikha yang begitu excited dengan fakta dihadapannya.

Hilda bercerita dari A sampai Z mengenai hubungannya dengan sang Youtuber terkenal itu.

Mikha tentu bahagia sahabatnya sudah menemukan orang yang bisa membahagiakan dirinya bahkan keduanya sudah saling mengenal keluarga satu sama lain.

"Makanya Mik, Lo juga harus bisa buka hati. Masih banyak cowok di Luar sana. Siapa tahu salah satunya adalah jodoh Lo. Atau sebenarnya diem-diem udah ada nih?" Hilda memancing.

"Ya Allah Hil, Gue masih jomblo. Jomblo Senior!" Mikha menyeruput Milk Shake Chocolate yang hampir setengah.

"Bisa aja Lo. Mau Gue kenalin ga sama temen Gue? Eh Maksudnya temennya Arka?" Hilda seakan berperan menjadi Mak Comblang Kini.

"Duh sejak menit keberapa Lo berubah profesi jadi Mak Comblang, huh?" Mikha tampak bosan dengan kelakuan orang disekitarnya yang senang menjodohkan dirinya.

"Dih, kenalan aja. Kalo cocok lanjut, kalo ga cari lagi! Gimana?" Hilda menaikkan kedua alisnya pada Mikha.

"Terserah Lo aja. Atur!" Mikha mencari jawaban cepat agar selesai urusan pembicaraan soal cowok.

"Bentar Gue angkat telpon dulu ya, dari Ayang Beib." Hilda mengangkat telepon dari Arka pacarnya.

"Gue ke toilet dulu ya." Mikha dengan kode pada Hilda.

"Ok." jawaban Hilda dengan memberikan kode lewat tangannya.

Mikha berjalan menuju toilet dan tentu saja ia tak sengaja melihat sebuah meja dengan seseorang yang ia kenal.

Deg!

Mikha mematung.

Kakinya lemas.

Tatapannya tertuju pada sosok yang kini berada di hadapannya.

"Kenapa bisa ada disini?" batin Mikha mencelos.

Pria itu sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita berbicara dengan hangat dan tangannya menggenggam erat tangan wanita yang duduk di hadapannya.

"Kenapa hati ini sesakit ini ya Allah." gumam Mikha.

Saat pandangan pria itu menuju ke arah Mikha cepat-cepat Mikha berbalik.

Berjalan cepat, melangkahkan kaki jauh dari meja pria yang membuat jantungnya menjadi tidak normal.

Entah mengapa, Mikha tak siap melihat Pria yang sengaja ia hindari dan tak ingin ia lihat lagi.

Seakan Mikha ingin melepas bayangan yang berhasil mengunci hati dan pikirannya.

Karena itu ia menyetujui permintaan sang Mommy untuk kembali ke tanah kelahirannya meninggalkan posisinya dan segala kariernya di Rumah Sakit milik Omanya dan bekerja di Rumah Sakit tempat ia praktek kini.

"Aku tak membencimu karena cinta itu memang hanya ada di hatiku, Aku tak menyalahkan dirimu saat hatiku salah mendefiniskan semua perlakuanmu padaku, namun bolehkah Aku memohon? bisakah Kamu tak muncul dihadapanku? Karena Aku tak bisa kendalikan hatiku jika dengan melihat wajahmu, cintaku yang belum padam bisa saja tumbuh kembali." batin Mikha seolah menjerit.

Mikha ngusap air ke wajahnya.

Mendinginkan hati dan kepalanya.

Menormalkan debaran jantung yang seakan hampir copot.

"Mik, Lo lama amat dari toilet?" Hilda yang memastikan.

"Iya Hil. Btw, maaf ya Gue harus balik nih. Nyokap telepon soalnya. Lain waktu Kita ketemu lagi ya. Sorry ya Beib." Mikha memilih segera meninggalkan Cafe tersebut agar tak bertemu langsung dengan orang yang membuat jantungnya berdebar kencang.

"Ya padahal masih kangen. Ya udah gapapa. Btw, Lo main-main ya ke butik Gue. Janji ya?" Hilda masih tak rela melepas sahabat lama yang masih ia rindukan.

"Siap Boss! Ok Gue cabut duluan ya. Bye Beib." Mikha dan Hilda bercipika cipiki sebelum ia pamit.

"Ok. Take care Ceib. See you soon." Hilda melambaikan tangan pada Mikha.

Mikha berjalan cepat, tujuannya ingin segera meninggalkan Cafe tersebut.

"Dokter Mikha!"

Mikha yang jalan terburu-buru tak mendengar hingga bahunya ditepuk dan iya terkejut.

"Dokter Arjuna!" Mikha menetralkan keterkejutannya namun masih tampak di wajahnya begitu kaget.

"Maaf Dokter Mikha kalau Saya mengagetkan. Saya lihat Dokter sangat terburu-buru." Dokter Arjuna yang melihat Mikha dengan tergesa dan raut wajah Mikha lebih waspada.

Belum sempat Mikha menjawab, dari arah berlawanan Mikha melihat Pria yang telah membuat remuk hatinya berjalan bersama seorang wanita bergandengan sambil saling melempar senyum bahagia menuju arah Mikha dan Dokter Arjuna.

Mikha reflek berbalik, memunggungi sepasang kekasih yang berjalan itu.

Mikha tak sadar ia memegang erat lengan Dokter Arjuna dengan posisi berhadapan.

Mikha berada tepat di hadapan Dokter Arjuna.

Jarak keduanya begitu dekat.

Dokter Arjuna bahkan bisa melihat wajah gugup Mikha

Mikha bisa menengar suara yang sudah lama ia rindukan tapi ingin ia lupakan lewat dibelakangnya.

"Dokter Mikha, are you ok?" Dokter Arjuna menyadarkan.

Mikha kaget akan posisi dirinya begitu dekat dengan Arjuna.

"Sorry Dok. Saya buru-buru. Sekali lagi maaf. Permisi!" Mikha melepas tangannya dari lengan Arjuna. ingin segera pergi karena tentu membuat Arjuna bingung dan salah paham.

Tangan Arjuna menahan, " Kamu sakit?" wajah Dokter Arjuna dengan khawatir.

Mikha melirik ke tangannya yang dipegang Dokter Arjuna.

"Maaf," Dokter Arjuna melepaskan.

"Saya tidak apa-apa Dok. Maaf Saya duluan. Permisi." Mikha segera pergi berlalu meninggalkan Dokter Arjuna yang bingung dengan apa yang baru saja ia alami.

"Hatiku yang tidak baik-baik saja, Mikha." batin Dokter Arjuna reflek memegang dadanya yang ia rasakan berdetak sangat kencang bahkan berdebar lebih kencang saat ia pertama kali berjumpa Mikhayla.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience