Vaksin Cinta

Romance Series 4504

Di Perusahaan Darren

Hari ini selama 3 hari ke depan seluruh pegawai perusahaan dari mulai lower management hingga top management rata mendapatkan vaksin booster.

Tentu saja sebagai upaya meningkatkan imunitas tubuh agar mencegah dari virus yang kini sedang mewabah.

"Jadi Teknisnya setiap hari akan memvaksin 500 pegawai. Masing-masing sudah ada bagiannya masing-masing." Dokter Arjuna saat kemarin memberikan arahan pelaksanaan Vaksin di perusahaan Darren.

Meski ia Direktur Rumah Sakit namun perusahaan Darren notabene adalah milik Daddy Daniel yang merupakan pasien VIP nya hingga Dokter Arjuna memastikan betul agar berjalan lancar.

"Dokter Mikha sudah sampai?" Divya yang baru datang menghampiri Mikhayla yang sudah stand by di tempatnya.

Dokter Mikha, Dokter Divya dan Dokter Kanara ditugaskan untuk menghandle para top management.

Sementara Dokter Arjuna datang karena Daniel menghubunginya langsung, sehingga Dokter Arjuna datang menghormati undangan Daddy Daniel.

"Iya Dokter Divya. Baru saja." Mikha yang sudah bersiap dengan segala perlengkapan yang dibutuhkannya.

Pukul 8 pagi semua pegawai secara urutan sudah mengantri dengan tertib.

Sebelum di vaksin, para pegawai juga diberikan layanan kesehatan berupa konsultasi kesehatan serta pengecekan tekanan darah dan gula darah serta kolestrol.

Baru saat fisik dinyatakan sehat pegawai akan diberikan vaksin sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.

"Pagi rekan - rekan semua. Semoga sehat dan hari ini lancar dalam menjalankan tugas. Tetap semangat dan jangan lupa prokesnya tetap dijaga." Pesan Dokter Arjuna sesaat sebelum di mulai.

Mikha sudah mulai melayani satu persatu pegawai yang akan di vaksin.

Dengan sabar Mikha yang pembawaannya ceria tentu saja membuat para pegawai yang mayoritas kaum Adam tampak semangat di vaksin oleh dokter-dokter cantik.

Tanpa Mikha sadari 2 orang pria menatap tajam kearahnya yang sejak tadi menjadi bahan godaan para pegawai yang mengantri vaksin.

"Tahan sebentar ya Pak, jangan ditarik." Mikha memberikan aba-aba saat akan menyuntikan jarum ke lengan pegawai yang menerima Vaksin.

"Gimana ga sakit kan?" Mikha mengusap dengan kasa steril area yang di vaksin dan menutupnya dengan plester.

"Lebih sakit kalo di tolak Dokter." gombal pegawai yanh kini memegang bekas suntikan.

Mikha hanya tersenyum setiap mendengar gombalan pegawai yang ia vaksin.

"Boss ga mau di vaksin?" Lukman asisten Darren sudah memiliki antrian untuk Vaksin.

"Kamu saja!" Darren memalingkan tatapannya tak disadari Lukman asisten Darren.

"Kalo gitu Saya antri Vaksin dulu ya Dok. Wah, sama Dokter Mikha. Rezeki asisten sholeh!" Lukman bersemangat karena nomornya berada di loket Dokter Mikha.

Suasana area Vaksin seketika dibuat terpesona oleh hadirnya Pembalap Tampan yang populer sekaligus putra dari Tuan Daniel sekaligus adik CEO mereka siapa lagi kalau bukan Devano.

Kehadiran Devano disana dengan kacamata hitamnya dan penampilan kasual membuat pegawai yang berjenis kelamin perempuan terpukau akan kedatangan Devano yang layaknya dewa turun dari langit.

"Ya ampun, ganteng banget. Lebih humble dan murah senyum. Berbeda dengan Tuan Darren meski tampan tapi auranya horor!" bisik-bisik para karyawati.

"Ngapain sih Dek! Mau Vaksin. Sini kakak yang suntik!" Divya yang sudah tahu taktik adik bungsunya sengaja meledek.

"Ogah sama kakak. Bisa-bisa aku demam kalau kakak yang vaksin. Aku mau divaksin sama Dokter Kanara aja!" Devano memang akal bulusnya terbaca Divya.

"Dokter adiknya ganteng banget!" perawat yang mendampingi Divya terpesona melihat Devano secara dekat.

"Tapi dia itu jarang mandi!" Divya malah membongkar kebiasaan buruk Devano.

Divya melet ke arah Devano sementara Devano yang rahasianya dibongkar hanya membolakan mata.

"Jarang mandi aja ganteng! Gapapa Dok, asal ganteng begitu, setahun ga mandi juga saya mau." ujar perawat masih menatap kagum pada Devano.

Sementara Kanara yang sedang sibuk melayani pegawai yang sudah antri vaksin di loketnya.

"Pagi Dokter Kanara. Aku juga antri Vaksin Loh." Devano menyerahkan nomor antriannya pada perawat yang mendampingi Dokter Kanara.

Kanara malas meladeni Devano memilih diam dan meminta suster yang memeriksa kesehatan Devano.

"Dok, aku mau konsul. Ga mungkin kan sama Mbak perawat? Iya kan Sus?" Devano memberikan kode pada suster agar sedikit minggir agar Dokter Kanara langsung yang menangani Devano.

Tentu sebagai anak pemilik perusahaan mudah bagi Devano untuk mendapatkan privilage.

Malas. Itulah perasaan Kanara.

Namun Kanara tetap melakukan tugasnya.

"Biar saya saja Sus, kamu bisa melanjutkan yang lain."

"Tangannya." Dokter Kanara meminta Devano mengulurkan tangannya.

Tentu saja itulah yang Devano harapkan.

"Jangankan tangan Dok, cinta aja kalau Dokter Kanara mau akan saya kasih!" gombalan Devano dengan senyuman manisnya.

"Sumpah. Ni orang kepedean banget! Sabar Kanara." batin Kanara.

Kanara memegang denyut nadi Devano.

Devano merasakan saat Kanara memeriksa detak jantungnya dengan stetoskop seketika bagai melompat-lompat debaran di dadanya.

Kanara mengernyitkan dahinya menyadari ritme detak jantung Devano yang sangat cepat.

"Habis olah raga?" Kanara menanyakan.

"Tidak! hanya jantungku berdebar saat dekat kamu!" Devano semakin melancarkan rayuannya.

"Ga waras!" Kanara keceplosan.

"Memang. Sejak kenal kamu aku jadi ga waras Dok." Devano sambil tersenyum.

"Buka sedikit." Kanara yang malas menanggapi Devano malah membuat Devano ambigu dengan perkataan Kanara.

"Serius Dok sedikit aja? Kalau Dokter minta saya buka semua, saya juga bersedia." Devano semakin senang menggoda Kanara yang wajahnya mulai kesal.

"Saya ga bercanda. Buka lengan baju mu!" Kanara kesal.

"Oh, bilang dong. Aku kan jadi mikir macam-macam." Devano menggulung lengan bajunya.

"Tolong tahan jangan di tarik. Ga akan sakit." intruksi Kanara.

"Aw!" Devano malah meledek Kanara padahal Kanara belum menyuntik.

"Bikin kaget saja! Saya belum suntik!" Kanara membulatkan matanya kesal dengan candaan Devano.

"Cantik kamu. Apalagi kalau kesel begitu." Devano malah semakin menjadi.

Kanara hilang kesabaran.

"Tussss!"

Suntikan Vaksin berhasil dengan lancar mendarat di lengan Devano.

Devano sedikit meringis.

"Duh, ngilu dikit sih!" Devano melirik saat jarum suntik berhasil lepas landas di lengan kirinya.

Kanara mengusapkan kasa steril dan memplester bekas suntikan.

"Kalau nanti terasa demam minum paracetamol." Kanara memberitahukan.

"Sepertinya demamku ga akan mempan kalau cuma dikasih paracetamol Dok." Devano masih belum beranjak masih senang menggoda pujaan hatinya.

"Memang Masnya demam apa?" perawat yang sejak tadi hanya bisa tertawa melihat adegan drakor secara live gatel juga untuk ikut menyahuti.

"Demam Cinta Dokter Kanara." Devano dengan senyuman yang membuat rahim kaum hawa terasa hangat.

Kanara memilih pura-pura tidak mendengar gombalan Devano.

Devano berdiri ia malah mendekat ke arah Dokter Kanara.

"Makasi ya Dok, Vaksin Cintanya. Virus Cintaku akan semakin subur karena Vaksin Cinta dari Dokter Cintaku." Devano yang berdiri di hadapan Dokter Kanara mengedipkan sebelah matanya.

"Dasar orang Gila!" Kanara yang tingkat kekesalannya semakin memuncak.

"Gila karena Mu Dokter Cintaku!" Devano tak jera masih meninggalkan gombalan sebagai penutup sesi vaksinnya.

"Panggil antrian selanjutnya Sus!" Kanara mencoba menetralkan suasana hatinya yang di obrak abrik Devano.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience