Rival : Darren, Arjuna, dan Andrew

Romance Series 4504

"Dokter Mikha! Prof. Andrew! Kalian sedang apa?"

Mikha dan Andrew menoleh bersama menatap siapa pemilik suara.

"Dokter Arjuna ada disini juga. Silahkan Dok." Andrew mengajak Arjuna bergabung duduk bersama.

"Dok!" Mikha menganggukan kepalanya mengingat Arjuna adalah atasannya di Rumah Sakit.

"Apakah Kalian saling mengenal?" Arjuna menatap keduanya dengan wajah penasaran.

Andrew hendak angkat suara namun Mikha menjawab lebih dahulu.

"Prof. Andrew pembimbing Saya saat di Stase Bedah Dok!" jawab Mikha singkat.

Andrew pun mengiyakan apa yang dikatakan Mikha.

"Wah, kebetulan sekali ya." Arjuna tersenyum namun hatinya masih penuh tanda tanya.

"Darren! Come!" Andrew memanggil Darren.

Darren didampingi Asistennya menghampiri.

"I'm proud of you Bro!" Andrew merangkul dan memberikan tos pada Darren.

"Bagaimana kabar Uncle Richard?" Darren menanyakan sahabat Daddy Daniel yang sudah seperti saudara bagi keluarganya.

"Baik. Daddy sehat! Aku mendengar Uncle Daniel baru operasi? Bagaimana keadaannya?" Andrew antusias menanyakan Daddy Daniel yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.

"Daddy sehat, berkat kedua Dokter dihadapan kita." Darren memberikan tanda ke arah Arjuna dan Mikha.

"So, Dokter Arjuna dan Mikha, ups Dokter Mikha Kalian yang menangani Uncle Daniel?" Andrew memastikan.

"Ya Saya dan Dokter Mikha bersama Tim Dokter Rumah Sakit Kami yang menangani pengobatan dan operasi Tuan Daniel." Arjuna menjelaskan.

"Thank you so much Dokter Arjuna, terima kasih Dokter Mikha." tatapan Andrew sangat dalam saat menatap Mikhayla.

Mikhayla sudah tidak nyaman berada dalam situasi ini, ia memutuskan untuk pergi.

"Maaf semua, Saya pamit duluan, permisi Dokter Arjuna, Tuan Darren dan,,, Prof. Andrew." Kalimat Mikha terjeda kala mengucapkan nama Andrew.

Andrew sebenarnya masih merasa menggantung pembicaraannya bersama Mikha.

Arjuna sebetulnya masih penasaran dengan hubungan Mikha dan Andrew.

Sedangkan Darren, entah mengapa ada rasa tidak nyaman berada lama dalam situasi ini.

Saat Mikha pamit tanpa aba-aba ketiga pria serentak berdiri dan berkata,

"Tunggu!" ketiganya kompak seakan menahan kepergian Mikha.

Ketiganya saling tatap bingung dengan reaksi apa yang harus melakukan selanjutnya.

"Sampai berjumpa di Jakarta. Permisi!" Mikha menarik kopernya.

Arjuna dan Darren seakan hendak menahan Mikha namun bingung alasan apa yang harus Mereka gunakan.

"Mikha tunggu!" Andrew kini kembali memanggil namanya tanpa embel-embel Dokter.

Tentu saja pemandangan tersebut meninggalkan tanya besar di hati Arjuna maupun Darren.

"Ada hubungan apa Mereka? sepertinya lebih dari sekedar pembimbing." batin Arjuna.

"Baru kali ini Aku melihat sorot teduh dimatanya? Ada apa antara Mikha dengan Andrew?" dalam hati Darren bertanya-tanya.

"Iya Prof. Ada apa?" Mikha berbalik.

"Bukankah tujuan kalian sama? Mengapa tidak balik bersama? Darren come on, take them with you. Bagaimana?" Andrew tahu jika Darren pulang menggunakan PJ.

"Ya silahkan jika Dokter Arjuna dan Dokter Mikha tidak keberatan." Darren tak bisa menolak permintaan Andrew yang ia anggap sudah seperti kakak sepupunya sendiri.

"Dokter Arjuna saya harap Dokter tidak menolak. Saya senang bila Dokter Arjuna bisa nyaman selama perjalanan dan selamat sampai tujuan. Dan Mikha, Sorry I didn't come with you, but i'm promise coming to Jakarta to see you again soon." Andrew dengan tatapan hangatnya saat melihat wajah Mikha.

Mikha tak bisa berkata apa-apa. Hatinya sudah tak berbentuk saat ini.

Terlalu banyak hal mengejutkan. Otaknya lelah tak mampu lagi berpikir.

Arjuna mau tak mau menyetujui permintaan Andrew untuk ikut pulang bersama Darren.

Mereka berpamitan sebelum akhirnya bersiap menuju landasan dimana PJ Darren sudah menunggu.

"Dar, sampaikan salamku untuk Uncle Daniel, Aunty Lala, Divya dan Devano. Soon I will go to Jakarta." Andrew merangkul Darren. Menepuk punggung pria yang ia sudah anggap seperti adik.

"We are waiting for your arrival, Bro! No, Prof. Andrew!" Darren tersenyum pada Andrew.

Andrew hanya tertawa dengan panggilan Darren padanya.

"Dokter Arjuna, Thank you for coming, hopefully our cooperation will run smoothly. I promise to visit a hospital in Indonesia." Andrew menjabat tangan rekan sejawatnya sekaligus mitranya.

"I am waiting for your arrival in Jakarta, Prof. Andrew. See you later." Arjuna menyambut jabat tangan Andrew.

Kini saatnya Mikha dan Andrew.

Ada kecanggungan keduanya.

Seolah masih ada kata yang ingin terucap namun tak dapat tersampaikan.

Andrew menjabat tangan Mikha.

"Mikha, I'm glad to see you again. I hope one day I can talk more. Never go without news, however I love you. So, we will meet when I go to Jakarta. I hope we can talk for a long time. Be Careful."

Andrew menepuk punggung Mikha seakan terlihat layaknya memeluk wanita yang sejak tadi menjadi pendiam.

Mikha sesaat mematung.

Jika dulu saat Andrew memperlakukannya seperti sekarang mampu membuat hati Mikha berbunga-bunga tapi saat ini hanya sakit dan pilu yang Mikha rasakan.

Mikha sadar ada 2 orang yang menatapnya pasti mereka heran dengan apa yang dilihatnya.

Mikha menarik cepat tubuhnya menjauh dari Andrew.

"Aku pamit. Bye,,, Kak!" Tenggorokan Mikha seakan tercekat saat kata Kak terucap dari bibirnya.

Darren dan Arjuna semakin dibuat terkejut oleh sikap Andrew pada Mikha.

"Mari. Aku pamit Bro!" Darren menetralkan diri menyapa terakhir kali pada Andrew.

"Be carefull." Andrew dengan senyuman melepas ketiganya untuk kembali ke Jakarta.

Dalam PJ suasana hening, tak ada obrolan masing-masing sibuk dengan pikirannya dan tangan mengutak atik ponsel.

Mikha yang sejak awal memang tak berbicara memilih menatap langit dan hamparan awan dari jendela PJ.

Mikha tidak menyadari ada 2 pasang mata, Darren dan Arjuna yang sejak tadi menatap ke arahnya.

Hingga saat pramugari menyapa menawarkan makanan dan minuman Mikha terdengar suaranya itupun tak banyak.

"Silahkan Tuan dan Nyonya, selamat menikmati hidangannya." Pramugari mempersilahkan kepada ketiganya.

"Terima kasih." masing-masing mereka mengucapkan.

"Mari Dokter Arjuna dan Dokter Mikha, silahkan." Darren selaku pemilik PJ mempersilahkan para tamunya.

"Terima kasih." jawab Mikha dan Arjuna.

Ketiganya makan dalam hening, hanya suara pisau dan garpu yang berdenting.

Penerbangan yang melewati malam tentu membuat ketiganya dipersilahkan untuk beristirahat memejamkan mata.

"Dokter Mikha, Dokter Arjuna jika ingin beristirahat silahkan. Jangan sungkan." Darren berusaha menjamu tamunya dengan sebaik mungkin.

"Terima kasih Tuan Darren. Saya belum mengantuk. Jika Tuan Darren mau istirahat silahkan. Jangan sungkan." Arjuna malah mempersilahkan sang empunya PJ.

"Saya pun terbiasa tidur telat. Jadi masih belum mengantuk!" Darren seakan tak mau kalah.

Mikha hendak berdiri, tujuannya akan ke toilet.

"Perlu Saya antar?" reaksi keceplosan kedua pria tampan kala melihat Mikha bangkit dari kursinya.

"Untuk apa Kalian mengantarku ke toilet?" Mikha menatap aneh kepada Darren dan Arjuna.

Mikha reflek. Mulutnya Spontan. Seakan ada emosi tertahan.

Mikha lupa akan sapaan sopannya pada Arjuna dan Darren.

Melihat reaksi Mikha yang sedikit terlihat galak baik Darren dan Arjuna saling memandang dan mengangkat bahu.

Namun segera tersadar kemudian keduanya melihat kearah yang berlawanan.

"Sok perhatian!" batin Darren saat melihat reaksi Arjuna.

"Dasar Caper!" batin Arjuna saat Darren bereaksi sama dengannya.

"Bikin pusing kepala saja Mereka!" batin Mikha mengumpat kesal.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience