Devano tak absen seharipun ke perusahaan sang Kakak begitu semangat hingga Mom Lala dibuat heran dengan sikap Devano yang sebelumnya paling susah untuk datang ke perusahaan.
"Dev, Mom perhatikan 3 hari ini Kamu semangat sekali ke perusahaan, apakah sudah ada hilal buat pegang salah satu bisnis Daddy?" Mom Lala yang menyiap sarapan untuk suaminya dan segala vitamin penunjang kesehatan Daddy Daniel.
"Jelas saja Mom Devano rajin ke kantor, ada Dokter Kanara. Dari kemarin modus terus Gaspoll!" Divya menjawab kelakuan sang adik sejak beberapa hari.
"Namanya juga usaha Kak!" tawa Devano mengambil sandwich dan melahapnya.
"Hari ini alasan apalagi Kamu huh!" Divya mendengus pada Devano karena hari kemarin datang dengan alasan demam pasca vaksin.
"Apapun alasannya cuma satu yang Aku tahu Kak, C-I-N-T-A!" Devano dengan puitis.
"Sa ae Playboy Cap Badak!" Divya melempar napkin pada Devano.
"Morning Dad, Mom." Darren duduk bergabung di meja makan.
Darren menyeruput tehnya mengambil lembaran roti gandum dengan telur setengah matang.
"Kak Darren sudah vaksin?" Divya yang sejak kemarin tak melihat Darren ikut serta dalam vaksin sengaja menanyakan karena ada niat terselubung.
"Sudah!" Darren menjawab asal.
Kenyataannya ia memang belum Vaksin.
Darren adalah salah satu pria gagah, tampan dan berbadan tegap namun sedikit ngeri dengan jarum suntik tentu malas melakukan hal yang ia paling hindari.
"Jangan bilang Kakak masih takut jarum ya?" Divya sengaja memprovokasi.
"Jangan asal bicara Kamu Div!" Darren dengan tatapan matanya galak pada adik perempuannya.
"Nah gitu dong! masa galak-galak takut jarum suntik! Biar Aku saja nanti yang suntik kakak." Divya sengaja mengetes Darren.
"Lebih baik Aku ga vaksin bila disuntik Kamu!" Darren menyelesaikan sarapannya memilih pamit pada kedua orang tuanya.
"Dad, Mom Darren berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Darren mencium takzim kedua tangan orang tuanya.
"Waalaikumsalam." jawab kompak keluarganya.
"Kak Darren semangat amat. Paling mau curi-curi pandang sama Dokter Mikha. Cuma gengsi aja!" Devano mencelos membuat tatapan Mommynya menyiratkan sesuatu.
"Dokter Mikha memberikan vaksin juga Div?" Mom Lala memastikan.
"Ya Kami semua Dokter kan di kerahkan Direktur Mom termasuk Dokter Mikha. Kenapa memang Mom?" Divya melihat Mommynya tersenyum penuh arti.
"Daddy hari ini akan ke perusahaan, ada kawan lama berkunjung. Apakah Mommy mau mendampingi?" Daddy Daniel seolah mengerti jalur pikiran istrinya.
Sementara Divya dan Devano tampak saling tersenyum seolah mereka paham maksud dari kedua orang tuanya.
Hari ketiga pelayanan Vaksin di Perusahaan Darren sekaligus penutupan terlihat masih antusias diikuti oleh para pegawai.
"Hari ini hari terakhir, Saya harap rekan-rekan semua masih tetap semangat dalam menjalankan tugas. Jangan Lupa Suster pendamping coba cek lagi adakah para pegawai atau management yang belum diberikan vaksin. Tetap semangat ya!" Dokter Arjuna yang masih mendampingi rekan-rekannya menjalankan tugas.
"Pagi Dokter Arjuna." sapa Divya saat akan masuk dalam loket pelayanannya.
"Pagi Dokter Divya." balas Dokter Arjuna oleh sapaan Dokter Divya.
Devano yang sejak tadi mengekori Divya matanya sibuk kesana kemari mencari wanita pujaan hatinya yang tidak terlihat.
"Dokter Kanara kok belum kelihatan ya Kak?" Devano bertanya pada Divya.
Divya juga baru sadar rekan sejawatnya yang satu belum hadir.
"Oh pantes. Dokter Kanara mobilnya mogok. Padahal sudah berada di dekat sini." Divya melihat WA Group dan disana Dokter Kanara memberikan keterangan perihal keterlambatannya.
"Ywd Gapapa Dek. Kamu gimana, perlu Mas kirim orang bengkel?" Dokter Arjuna yang sedang berbicara dengan Dokter Kanara di telp.
"Oh ya sudah kalau begitu. Tenang saja, Mas akan gantikan dulu ya. Tak apa. Yang penting kamu baik-baik saja." Dokter Arjuna menutup panggilan telp nya.
Devano yang menguping pembicaraan itu kini sudah bergegas pergi menolong sang pujaan hati.
"Pagi Dokter Mikha." Dokter Arjuna menyapa Mikha sekaligus ambil posisi di loket Dokter Kanara.
"Pagi Dok, Dokter Kanara kemana?" Mikha belum melihat WA Group karena sejak tadi ia sudah mulai sibuk pelayanan.
"Mobilnya mogok. Bagaimana Lancar?" Dokter Arjuna dengan kode menanyakan pekerjaan Mikha.
"Lancar Dok." Mikha menjawab singkat.
Tak ada lagi obrolan keduanya karena masing-masing sibuk dengan pelayanan vaksin.
Jam makan siang tiba.
Perusahaan memang betul-betul menjamu para Dokter dan staffnya yang dengan baik.
Tampak di ruang makan khusus petinggi perusahaan berkumpul para dokter dan staff sekaligus CEO dan jajarannya.
"Terima kasih Dokter Arjuna atas kesediaan pihak Rumah Sakit memberikan Vaksin kepada para pegawai kami." Darren yang kini duduk berhadapan menjamu Dokter Arjuna selaku Direktur Rumah Sakit.
"Sama-sama Tuan Darren. Saya senang para pegawai antusias mendapatkan vaksin. Btw, apakah Tuan sudah ikut di Vaksin?" Dokter Arjuna melihat rekap yang diserahkan padanya dan Darren terdata belum vaksin.
Tentu Darren tak bisa berbohong pada Dokter Arjuna karena Aplikasi telah mendeteksi dan memberikan tanda mana orang yang sudah vaksin dan belum.
"Ya, Saya memang sengaja memberikan kesempatan kepada para pegawai terlebih dahulu. Karena bagaimanapun mereka adalah keluarga kami." jawaban Darren terdengar Diplomatis meski hatinya ketir harus menghindar dengan cara apapun.
"Kalau Tuan Darren bersedia Saya yang akan langsung memberikan Vaksin. Terserah Tuan Darren mau dimana, Senyamannya." Dokter Arjuna seakan ingin mengenal lebih dalam Pria yang seusia dengannya.
"Siang Dokter Arjuna. Apa kabar?" Daddy Daniel dan Mom Lala yang baru tiba menghampiri Dokter Arjuna yang sedang lunch bersama Darren.
"Siang Tuan dan Nyonya Daniel. Bagaimana kondisi Tuan?" Dokter Arjuna bersalaman pada pasiennya.
"Ya kedatanganku kesini ingin berkonsultasi sekalian mengobrol. Dan selagi Dokter Arjuna ada disini. Bukankah kita bisa berbincang lebih santai diruangan Saya?" Daddy Daniel yang memang sudah diwanti-wanti istrinya untuk segera membawa Dokter Arjuna bersamanya karena Mom Lala akan melancarkan rencananya.
"Baik kalau begitu. Saya permisi dulu Tuan Darren. Nyonya." pamit Dokter Arjuna yang tidak akan mungkin menolak ajakan Daniel.
"Ada apa Mommy dan Daddy kesini? bukakah Daddy lusa sudah konsul pasca sebulan operasi?" Darren menatap Mommynya dengan curiga.
"Kamu tahu lah Daddy, semangat sehatnya tinggi. Kebetulan ada Dokter Arjuna disini ya sekalian."
"Oh iya, temani Mom ya, Mom juga mau ikut Vaksin." Mommy Syahla pada putranya.
"Sudah ku duga pasti Mom merencanakan sesuatu." batin Darren.
Selesai ISHOMA para medis kembali ke loketnya masing-masing melanjutkan memberikan vaksin.
"Dok, tadi bagaimana mobilnya?" Mikha berbasa basi dengan Dokter Kanara.
"Sudah diurus oleh bengkel. Dokter Kanara yang sudah ambil posisi di loket pelayanannya.
"Hai Dok, are you oke?" Divya menyapa rekan sejawatnya.
"Ya. Mobilku yang mogok. Tapi sudah diurus bengkel." Dokter Kanara menjawab pertanyaan Dokter Divya.
"Siang semuanya. Apa kabar Bu Dokter yang cantik-cantik?" Mom Lala yang di dampingi kedua putra tampannya.
Ya selepas menjemput Kanara dengan cara apa hingga sang Dokter mau tak mau naik ke motor Devano terlihat kedua anak manusia itu sedikit kikuk.
"Sekali-kali membantu percintaan anak-anakku kan ga masalah." batin Mom Lala.
"Apa kabar Dokter Mikha, Dokter Kanara?" Mom Lala serasa menyapa calon-calon menantunya.
"Baik Nyonya." kompak Mikha dan Kanara menjawab.
"Panggil Mom saja. Lebih enak gitu. Oh iya Dokter Mikha mau minta tolong agar Dokter memberikan Vaksin untuk Darren. Ayo duduk Dar, cepat!" serasa ibu yang menemani anaknya imunisasi.
"Mommy apa-apaan membuat aku malu saja!" gumam Darren di telinga sang Mommy.
"Tidak sakit kan Dok?" Mom Lala sengaja bertanya tentu membuat wajah putranya semakin kesal.
"Saya rasa tidak apalagi Tuan Darren pasti biasa kan? Tidak takut jarum suntikkan?" Mikha yang melihat gelagat Darren seolah menghindari vaksin.
Tentu saja perkataan Mikha terdengar meremehkan ditelinga Darren.
"Aku belum vaksin karena sibuk. Memang anak kecil takut jarum!" Darren meninggikan suaranya.
"Ayo Dok, cepat vaksin. Darren bilang kan ia sibuk!" Mom Lala sengaja malah menggoda sang putra.
"Sabar Mom, aku kan harus buka jas ku dulu." Darren mengulur waktu.
Divya yang sudah selesai menangani vaksin segera mendekat pada loket Mikha.
"Ayo kak Darren, Kakak pasti bisa! Ga mungkin masih takut jarum kan!" Kedatangan Divya malah meledek.
"Apa yang kamu katakan Divya. Kakak ga mau kamu vaksin karena kamu pasti jahil sama Kakak!" Darren seakan slow motion membuka jas nya mengulur waktu.
"Ah lama kamu Darren, sini Mom bantu." tak sabar Mommy Syahla membantu Darren melepas jasnya dan menggulung lengan kemeja putranya.
Kanara menengok ke arah loket Mikha yang sepertinya ada hal menarik.
"Sudah biar saja mereka. Lebih baik Dokter lihat tanganku yang masih bengkak efek vaksin." Devano malah tertawa melihat kakaknya Darren masuk dalam perangkap Mommynya.
"Relax ya Tuan. Jangan ditarik meski nyeri. Tahan sebentar. Ini tidak sakit kok!" Mikha membuka suntikan dan memastikan jarum suntiknya siap lepas landas di tangan berotot milik Darren.
"Cepat! Lama sekali kerjamu!" Darren menutupi kepanikannya dengan ucapan pedasnya.
"Oke. Kutub Es. Aku kerjain." batin Mikha.
"Saya hitung sampai tiga, baru tarik nafas dan saya suntik ya." Mikha sengaja sedikit mengulur waktu ia senang melihat wajah dingin itu terlihat panik.
"Satu!"
Tus!
"AWW!Mommy!" teriak Darren.
Tentu saja membuat semua yang berada disana tertawa melihat CEO kaku, dingin dan berwajah horornya berteriak bahkan menyebut Mommy.
Tawa Mikha mengguratkan senyuman menyejukkan melihat reaksi Darren.
Mikha dengan cepat dan tepat menyuntikan vaksin ke lengan Darren.
Tentu saja Darren yang belum siap karena baru hitungan pertama tidak sesuai janji Mikha yang sampai hitungan ketiga.
Mikha mengusap dengan kasa steril menempelkan plester menutupnya.
"Sudah! Tidak sakit kan Tuan Darren?" Mikha tersenyum bibirnya sedikit merekah melihat reaksi Darren saat disuntik.
"Aku hanya kaget! Karena Dokter berbohong dan aku belum siap sudah disuntik!" Darren kembali dengan mulut pedasnya dan wajah dingin mode Kutub Es.
"Iya maaf. Kaget Ya?" Mikha yang sejak tadi masih tersenyum karena sikap Darren.
"Sial! Kenapa senyumnya manis banget! Pasti dia sedang meledek dan menertawakan aku!" batin Darren.
"Sudah! kalau ada demam, segera minum paracetamol dan istirahat yang cukup. Bila ada bengkak cukup kompres dengan es atau oleskan Thrombopop di area yang disuntik." Mikha menjelaskan.
"Terima kasih ya Dokter Mikha. Darren ini sebenarnya takut jarum suntik. Tapi sepertinya sekarang sudah tidak." Mom Lala dengan senyuman penuh kemenangan.
"Sama-sama Nyonya. Tidak sakit kan Tuan hanya kaget!" Mikha kembali tertawa tentu saja kecantikan dan wajah manisnya semakin menyilaukan mata Darren.
Darren yang sudah terlanjur malu memilih segera pergi.
"Mom, aku ke kantor dulu. Sebentar lagi ada meeting." Darren mencium tangan Mom Lala.
Darren berbalik menatap Mikha yang sedang membereskan peralatan dibantu perawat.
"Dokter Mikha, Terima kasih." Darren segera pergi setelah mengucapkan hal itu pada Mikha.
"Sama-sama." Mikha dengan tersenyum.
Share this novel