"Apa kau menyukai Andrew?"
Tatapan mata Darren penuh selidik pada netra cokelat milik Mikhayla.
Tok,Tok,Tok!
"Permisi Dok, Maaf Tuan Darren. Dokter Mikha diminta untuk ke ruang IGD ada pasien kritis!" perawat jaga mengabari pada Mikha.
"Ayo Sus kita segera kesana!"
Mikha melupakan sejenak perkataan Darren bergegas menuju IGD hingga lupa mengucapkan sepatah kata pada Darren saat keluar dari ruangn itu.
"Sial! Kenapa harus ada yang emergency disaat hatiku juga dalam status emergency!" umpat Darren.
Tok,Tok,Tok!
"Permisi Dok bisa bicara sebentar?" Mikha masuk setelah anggukan Arjuna yang saat ini sedang menerima telpon.
Mikhayla duduk saat Arjuna memberikan kode padanya.
"Ada apa Dokter Mikha?" Arjuna yang sudah selesai dengan percakapan di telpon menanyakan kedatangan Mikha.
"Kondisi pasien anak Owen yang kemarin malam masuk IGD dalam keadaan kritis sudah selesai kita lakukan tindakan operasi, namun saat ini kondisi Owen masih belum stabil. Owen juga merupakan pasien yang selama ini Saya tangani. Bolehkan Saya untuk tetap stay san tidak ikut seminar itu? Mengingat Saya Dokter yang selama ini menangani pengobatan Owen sejak awal." Mikhayla merasa bertanggung jawab, ia takut saat ia sedang tak berada ditempat kondisi Owen pasien Mikhayla yang memang survivor cancer stadium 4 kembali menurup dan drop.
"Baiklah jika memang begitu kondisinya. Memang kita harus mengutamakan kondisi pasien kita Dokter. It's Ok. Saya akan menggantikan Dokter Mikha dengan Dokter Wisnu untuk ikut seminar bersama Saya." Arjuna sebagat Direktur harus mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
"Terima kasih Dok. Saya permisi!" Mikhayla meninggalkan ruangan Dokter Arjuna.
Arjuna meraba jantungnya,
"Tidak ada debaran seperti dulu saat berdua bersama Mikhayla."
Arjuna melihat sosial media yang memperlihatkan postingan terbaru Divya.
Kerjasama Harold Coorporation dengan SM Pharmaceutical Company.
"Kenapa kamu pergi bahkan tidak pamit?" ada rasa kehilangan saat melihat foto Divya.
Darren sudah kembali ke Rumah.
Rasanya sudah seabad ia rasakan meski kurang dari 1 bulan ia dirawat di Rumah Sakit.
"Dar, pokoknya kamu harus tetap datang terapi sampai kakimu sehat. Ok!" Mommy Syahla sangat mencemaskan kondisi Darren.
"Aku sudah sehat. Bahkan jika Mommy minta aku main bolapun aku sudah sanggup!"
Darren merasa Mommynya sedikit berlebihan.
Ya kondisi Darren sudah pulih. Dokter hanya berpesan Darren agar berhati-hati karena ia baru pulih.
"Anak ini susah sekali dinasehati! Sepertinya harus segera Momny carikan istri agar ada yang memarahimu menggantikan Mom!" Momny Syahla sengaja berbicara sedikit keras agar sang putra mendengar.
"Dar, keruang kerja sekarang. Ada hal yang ingin Daddy sampaikan."
Daniel mengajak Darren masuk keruangan kerjanya.
Daniel menyerahkan amplop putih.
"Bukalah!" Daniel meminta Darren membukanya
Sebuah informasi mengenai tewasnya Excel Thomas yang tertembak di perairan Caribia saat melakukan transaksi jual beli N*r**b*.
"Lalu apakah kita sudah bisa melacak keberadaan Matthew Thomas?" Darren mengernyitkan dahinya.
"Mereka berhasil kabur. Kini dalam pengejaran pihak yang berwajib. Kasus mereka kembali di buka. Waspadalah, Dad hanya takut mereka kembali membalas dendam dan membahayakan keluarga kita."
Daniel memang mengetahui kecelakaan Darren terjadi tidak murni karena kelalaian Darren namun Rem mobil Darren yang dibuat Bloong hasil sabotase mereka.
"Baik Dad, kita akan lebih waspada. Aku akan meminta bodyguard untuk mengawasi Mommy, Divya dan Devano. Daddy juga harus selalu di kawal saat keluar rumah." Darren juga mengkhawatirkan keselamatan keluarganya.
"Kamu berhati-hatilah. Karena mereka akan selalu mencari cara untuk mengusik kita." Daniel mengurut pelipisnya.
"Daddy jangan terlalu khawatir, pikirkan kesehatan Daddy dan Mommy. Besok aku mulai kembali ke kantor."
"Jangan terlalu memaksakan diri Dar, Kau masih butuh istirahat." Daniel mengingatkan putranya.
"Aku sudah sehat Dad. Jangan khawatir."
Sudah lama sekali rasanya Mikha tidak menikmati waktu santainya.
Berdiam dikamar, menonton drakor sambil mendengarkan lagu-lagu BTS merupakan moment mahal yang belakangan sulit Mikha lakukan.
Dering ponsel Mikha berbunyi.
"Assalamualaikum Dek, Lagi sibuk ga?"
"Waalaikumsalam. Ya Ampun Mas Raka, kirain udah lupa sama adeknya yang cantik, huh!" Mikhayla merubah dari posisi tengkurap kini duduk bersandar di ranjang.
"Hahahaha, ya inget dong, makanya sekarang telp kamu, karena Mas inget kalo punya adek dokter. Btw, Mas mau minta tolong." Raka kakak sepupu Mikha anak dari Uncle Rengga dan Aunty Dita.
"Tolong apa Mas?" Mikha kembali bertanya.
"Jadi begini Dek, RR Coorporation mau menyalurkan dana CSR kepada orang-orang khususnya para survivor cancer. Nah kamu kan memang ada dibidang itu makanya Mas, das Mas Rama meminta bantuanmu. Bisa?"
"Wah kebetulan Mas. Ada pasienku yang memang saat ini membutuhkan biaya yang cukup besar seorang anak berusia 5 tahun, ia menderita Kanker Otak stadium 4. Kemarin sudah kami lakjkan operasi namun kondisinya masih belum stabil dan masih butuh beberapa tindakan medis. Bagaimana Mas?" Mokha langsung teringat Owen.
"Boleh Mikha, kalau begitu bagaimana jika Mas dan Mas Raka ke Rumah Sakit, sekalian Mas akan melihat langsung kondisinya."
"Boleh Mas. Aku dengan senang hati. Ok aku tunggu besok kedarangan Mas Raka dan Mas Rama."
"Sampe jumpa besok ya Dek."
"Salam untuk Uncle Rengga dan Aunty Dita ya Mas."
"Mas akan sampaikan. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Eh Mommy, sejak kapan Mom disana. Mommy sini, Mikha kangen!"
Mikhayla merentangkan tangannya meminta Mommy Tasya memeluknya.
"Duh, putri cantik Mommy kalo dirumah mode manjanya ga ilang-ilang. Btw tadi Raka telepon?" Mommy Tasya.
"Iya Mom. Mas Raka bilang perusahaan Mas Raka dan Mas Rama mau menyalurkan dana CSR kebetulan ada pasien Mikha yang membutuhkannya. Besok Mas Raka dan Mas Rama mau melihat langsung datang ke Rumah Sakit." Mikha masih dalam pelukan Mommy Tasya.
"Oh iya, sudah lama kita ga ke rumah mereka? Beberapa hari lalu Aunty Vinamu kangen sama kamu." Mommy Tasya menyolek hidung putrinya.
"Ah, aku juga rindu sama Aunty Vina, dan Aunty Dita. Sudah lama juga aku ga treatment di N'beauty!" Mikha menatap wajahnya yang lama tidak tersenruh perawatan saking sibuk beberapa waktu belakangan.
"Ya sudah, kamu istirahat ya. Jangan begadang drakoran." Mommy Tasya mengecup dahi Mikhayla.
Kring!Kring!Kring!
Panggilan masuk bertuliskan "Es Balok" menyita perhatian Mommy Tasya.
"Siapa Es Balok sayang?" Mommy Tasya yang tadi hendak pergi kembali duduk diranjang Mikha.
"Duh, ngapaian si Es Balok pake acara telpon! Mommy jadi kepo kan!" batin Mikha.
"Kok ga diangkat? Biar Mommy angkat!"
Tangan Mikha kalah cepat dengan tangan Mommy Tasya yang langsung menjawab panggilan telpon dari "Es Balok"
Mikha yang berusaha merebut HP nya mendaoat kode dari Mommy Tasya untuk diam dan duduk.
Mikha tak bisa berkutik jika sang Mommy yang sudah membulatkan matanya.
"Kenapa kamu ga balas chatku!"
Darren yang tidak tahu bahwa bukan Mikha yang menjawab telpon langsung meluapkan kekesalannya karena berkali Darren chat Mikha namun diabaikannya.
Mommy Tasya sengaja meloadspeaker panggilan dari "Es Balok"
"Assalamualaikum. Maaf dengan siapa?" Momny Tasya dengan nada pelan namun terdegar tegas.
Mikha mendengar Darren yang krasak krusuk nampaknya ia kaget ternyata bukan Mikha yang menjawab.
"Wa,Waalaikumsalam, Saya Darren. Kalau boleh tahu ini dengan,?" Darren seperti sedikit tebata-bata.
"Saya ibunya Mikhayla, kamu sendiri ada apa menghubungi putri Saya malam-malam?"
Wajah Mikha sudah berusaha meminta Mommynya menyerahkan HP namjn Mommy Tasys masih menahannya.
"Maaf Tante, Saya Darren Harold, Saya menghubungi Dokter Mikhayla ingin menanyakan apakah besok Dokter Mikha praktek, karena saya pasiennya Tante."
"Pinter bener Es Balok berbohong!" batin Mikha.
Seolah Mikha mengerti tatapan Mommynya
"Betul Mom, Pasienku." Mikha dengan berbisik membenarkan kata-kata Darren.
"Oh begitu, sebentar ya, tante akan panggil Mikha. Maaf tante pikir kamu orang usil, karena namamu di ponsel Mikha tertulis Es balok."
Kejahilan Mommy Tasya membuat kedua anak Adam yang bagai layangan singit sama-sama membolakan matanya kaget dengan kata-kata Mommy Syahla.
"Mikha jangan lama-lama telponnya, segera istirahat." Mommy Tasya sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Darren.
"Iya Tante!"
"Iya Mom!
Mom Tasya menahan senyumannya mendengar jawaban kompak kedua insan muda yang sedang dilanda cinta tapi gengsi.
Share this novel