CHAPTER 14

Drama Series 115059

Para warga terlihat senang dengan senyum di wajah, tetapi badan tidak bisa bergerak karena sangat terkejut dengan kenyataan yang ada.

"Reza, jika para warga di tinggalkan pasti akan menderita!" Kata Zainal yang sedang beristirahat di depan rumah dengan teh di sampingnya.

"Tenang saja! Adik saya akan menjaganya!" Kata Reza dengan santai.

Semburan teh ke wajah Reza hingga basah kuyup. Wajah Zainal terlihat kaku tidak bisa berkata karena yang Zainal tahu Reza tidak memiliki adik kandung tetapi siapa sangka yang mewarisinya adalah saudara beda ibunya.

"Bagaimana? Ingin lihat cara kerja dia!" Kata Reza dengan rasa bangga terhadap adiknya.

"Oke" kata Zainal tanpa ekspresi.

Tangan Reza dia ayunkan, air keluar dari tangannya dari air tersebut muncul bayangan seorang wanita yang rupawan dengan sikap yang begitu tegas dan jujur dengan semua orang, tidak ada yang berani mempertanyakan keputusan yang di buatnya. Orang melihat sangat kagum dengan sifat kepemimpinan yang jarang di miliki oleh seorang pemimpin.

"Apakah wanita itu adikmu?" Kata Zainal yang terlihat kagum.

"Ya! Namanya Alarica!" Kata Reza dengan haru.

Kesya dan Caca yang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka juga merasa kagum dengan Alarica yang membela siapapun selama dia benar. Kesya sangat penasaran dengan Alarica hingga ingin menemuinya.

"Sayang aku ingin menemui Alarica bersama Caca!" Kata Kesya yang sedang memegang makanan di tangannya yang akan di sajikan kepada Zainal dan Reza.

"Baiklah! Hati-hatilah ketika kesana. Aku ingin kamu menyampaikan pesanku kepada para warga desa lovely yang ada di tengah lautan. Untuk melindungi kota Selin jika mengalami kesulitan yang tidak dapat mereka atasi!" Kata Zainal yang khawatir dengan kota Selin yang mungkin terancam.

Dengan peta ajaib yang menampilkan titik keberadaan desa lovely dan kota Selin di tangan Kesya. Kesya dan Caca berangkat menuju ke kota Selin terlebih dahulu untuk memuaskan rasa penasarannya dengan Alarica yang memiliki sifat yang langka di antara pemimpin. Sesampainya, semua orang memandang tajam ke arah Kesya dan Caca yang memakai pakaian yang aneh bagi tempat ibu kota Selin.

Pakaian dengan warna cerah dan berbentuk seperti ekor duyung dengan sehelai kain transparan yang di tempelkan pada pundak hingga membentuk seperti sayap peri. Semua warga menganggap mereka bangsawan dari negeri yang jauh, namun seorang prajurit yang bersama Reza ketika di desa Lovely langsung mengenalinya sebagai Dewi, istri dari Zainal dan Caca.

Dengan seketika semua orang bersujud sebagai rasa hormat. Kesya yang dan Caca yang merasa tidak enak langsung mempersilakan berdiri dan memperkenalkan diri.

"Perkenalkan namaku Dewi Kesya, istri dewa Zainal!" Kata kesya dengan penuh bangganya.

"Perkenalkan namaku dewi Caca! istri dewa Reza!" Kata Caca dengan bahagia dan sedikit rasa malu karena tidak pernah bicara dengan banyak orang.

Kesya tanpa basa-basi langsung memberitahu tujuannya datang ke kota selin. Alarica yang ternyata di tempat kejadian langsung pergi dengan cepat menunggang kuda tanpa sepatah kata, Kesya dan Caca saat itu tidak sadar dengan kehadirannya karena sibuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan para penduduk.

"Dewi! Saya bisa membantu kalian ke rumah kepala kota Alarica" kata salah seorang warga yang membawa kereta Kuda.

Kesya menyetujuinya dan langsung pergi, lewat jalan utama yang di penuhi oleh para warga yang menyambut dengan gembira dan penasaran dengan sosok Dewi yang turun. Didepan rumah Alarica, gerbang terbuka lebar dengan prajurit berderet menyambut bersama dengan Alarica yang menunggu di depan pintu rumah yang terlihat besar dan mewah.

Dengan gugup Alarica mempersilakan Kesya dan Caca masuk. Kesya dan Caca mulai masuk melihat-lihat isi rumah dan memperhatikan sikap Alarica yang terlihat imut ketika gugup. Di ruang tamu, Alarica mulai bertanya dengan tujuan kedatangan Kesya dan Caca.

"Sebenarnya, yang ingin menemui adalah kakak iparmu yaitu Caca!" Kata Kesya dengan senyum tenang.

"Aku kesini untuk meminta restu walaupun terlambat" kata Caca yang menyesal dengan sikapnya.

"He.....! Tidak perlu seperti itu, lagi pula aku hanya adiknya!" Kata Alarica yang kaget dengan kesopanan Caca untuk dirinya yang seorang manusia.

Alarica memberikan restu pernikahan Reza dan Caca, dan di perbolehkan untuk memanggil Kesya dan Caca dengan kakak, karena mereka sudah menjadi keluarga. Ditengah obrolan yang begitu menarik lonceng peringatan keamanan berbunyi yang menandakan sedang terjadi krisis, seseorang berlari ke tempat Alarica untuk memberitahukan bahwa sedang terjadi wabah yang sedang menyebar dengan cepat.

"Kak, maaf! Aku harus pergi untuk menanganinya" kata Alarica yang khawatir dengan wabah yang menyambar dan bersalah karena tidak dapat memberikan jamuan yang terbaik.

Tidak tinggal diam Kesya dan Caca ikut membantu dalam penanganan. Diduga wabah itu di tularkan lewat sentuhan keringat dengan gejala kulit memerah, sesak nafas dan panas tubuh yang terus bertambah di dalam tubuh secara bertahap, setelah tersebarnya wabah belum ada korban nyawa karena penanganan yang cepat dan baik.

"Alarica! Ambilkan setetes darah, akan kucarikan penawarnya dengan pengetahuan duniaku!" Kata Kesya yang sibuk mengeluarkan beberapa alat medis.

Dengan cepat Alarica memenuhi permintaan dan dengan pengetahuan Kesya yang di pelajari secara otodidak setelah menikah. Para petugas medis kagum melihat alat yang di keluarkan oleh Kesya, tidak butuh lama obat penawar sudah siap dan dengan bantuan Caca yang membuat obat penawarnya menjadi embun pagi yang sejuk menyelimuti seluruh desa dan warga agar lebih rata dalam pemberian. Kulit tubuh yang memerah mulai kembali ke warna awal dan beberapa gejala lainya mulai berkurang pada tubuh semua warga, anak-anak yang tadinya sakit juga mulai berlarian kesana kemari dengan senyum bahagia yang tulus di wajah.

Seorang anak perempuan mendatangi Kesya dan Caca dengan karangan bunga di tangannya yang di rangkai dengan rapi. "Dewi! Saya punya hadiah untuk Dewi" kata anak perempuan itu dengan memperlihatkan karangan bunga dengan malu-malu.

Dengan tulus Caca dan kesya memakainya di atas kepala dengan bahagia, anak perempuan itu terlihat sangat bahagia dan di susul dengan beberapa hadiah dari anak-anak yang lain sebagai ucapan terima kasih dan mengajak Kesya dan Caca bermain bersama di luar.

"Hei! Anak-anak! Biarkan Dewi untuk beristirahat" kata Alarica Yanga menasihati para anak-anak dengan tegas.

Wajah yang kecewa terlihat begitu jelas di wajah anak-anak, Kesya dan Caca tidak tega dengan mereka dan hanya menuruti saja. Walaupun Kesya dan Caca sangat berjuang keras, mereka tetap menikmati bermain bersama anak-anak tanpa mengeluh. Tawa bahagia, kepuasan dan kedamaian sangat menyentuh hati setelah perjuangan yang tidak sia-sia untuk melindungi senyum para warga dan anak-anak. Permainan itu di akhiri dengan lagu yang di mainkan oleh Kesya dan Caca yang begitu merdu yang suaranya hingga terdengar ke seluruh kerajaan, mereka yang mendengar sangat tersentuh hingga meneteskan air mata.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience