"Zainal, bisakah kita ke kerajaan Morfen! Ada barang yang tertinggal!" Kata Reza yang wajahnya memerah.
"Oke" kata Zainal yang memiliki niat terselubung yang kebetulan tempatnya sama.
Di daerah kekuasaan Reza sebelum jabatan dan hukumannya di berikan. Kota Selin yang di kenang dengan pemukiman penduduk yang kumuh dan miskin sebelum Reza memimpin namun itu berubah setelah kepemimpinan Reza, yang memberikan banyak bantuan. Reza sangatlah di hormati dan di banggakan sebagai pemimpin terbaik oleh para warga, ucapan buruk tentang Reza tidak pernah terdengar di kota tersebut.
Reza masuk ke kota dengan cara menyamar yang tidak seperti biasanya. Hal ini membuat hati Reza sakit karena yang dulunya setiap kembali banyak orang menantikan, sekarang tidak ada yang menyambut sama sekali. Pada saat itu seorang utusan dari kerajaan datang dengan sebuah kabar tentang pengkhianatan Reza dan juga Reza yang sudah di anggap mati dengan wanita yang di cintai-nya.
Walaupun mereka sudah mendengar tentang penghianatan yang di lakukan oleh Reza. Para warga tetap yakin bahwa ini hanya salah paham dan Reza tidak berniat untuk berkhianat. Suara tangis terdengar dimana-mana, wajah lesu seperti cahaya tidak akan datang kembali terlukiskan di wajah mereka. Reza dan Zainal sangat terharu dengan cintanya para warga dan setianya mereka terhadap pemimpin mereka yang baik.
Upacara berkabung di adakan langsung pada malam hari, cerita tentang Reza selama masa hidup di ceritakan dimana-mana sebagai rasa kerinduan mereka. Reza yang tidak tahan dengan suara tangis mereka berjalan ke tengah-tengah kerumunan dan berteriak.
"Hei.........! Diamlah! Aku masih hidup!" Kata Reza yang tanpa sadar meneteskan air mata.
Seketika para warga berhenti dan perhatian mereka teralihkan ke sumber suara. Terdiam untuk sementara dan menyadari, Reza masihlah hidup. Rasa senang terlukiskan dan terasakan dengan hangat, pesta penyambutan di lakukan besar-besaran.
"Tuan! Apa benar kamu berkhianat?" Kata seorang warga yang ragu-ragu.
"Tidak! Aku hanya ingin menikah dan melepaskan jabatan" kata Reza yang sedang minum-minum.
Para warga yang mendengar terlihat lega karena semua yang di katakan oleh para bangsawan kerajaan sangatlah tidak benar. Reza yang sangat sibuk di tanyai oleh para warga tidak sadar telah meninggalkan Zainal sendirian.
Zainal yang sendirian memanfaatkan situasi dengan sebaiknya. Berjalan perlahan ke tempat yang sepi, di tempat yang gelap gulita tidak ada yang tahu bahwa sebuah harta terkubur di dasar. Zainal yang pernah tinggal di kerajaan Morfen pernah mendengar bahwa seekor naga pernah tinggal di kota Selin.
Sesuai dengan cerita, memang benar seekor naga pernah menghuni yang berakhir mati dikarenakan kekuatannya yang kian menipis dan juga luka yang tidak kunjung sembuh. Hanya dengan aura dewa Zainal menyentuh dunia kecil itu, keberadaan tulang dan juga sebuah mutiara yang berisikan jiwa naga di simpan.
"Wah! Ternyata benar ada disini!" Kata Zainal yang aura tubuhnya beresonansi dengan aura naga yang tertinggal di tulang naga.
Dari belakang Reza muncul dengan keadaan mabuk berat, bahkan untuk berjalan sangat pusing dan berat. Barang yang berharga di simpan oleh Zainal di ruang dimensi. Sepuluh orang datang dengan membawa senjata dan topeng yang menutupi wajah mereka. Zainal hanya menyepelekan mereka, dan lebih dulu mengurus Reza yang sedang mabuk berat.
Satu langkah kaki oleh Zainal. Todongan pedang di layangkan salah seorang bertopeng. Zainal sangat marah yang kebetulan tubuhnya sedang lelah yang membuatnya cepat marah, langsung membunuh mereka semua hanya dengan kedipan mata.
Seorang warga yang mengikuti Reza karena khawatir, melihat semua kejadian yang terjadi dari kejauhan, walaupun saat itu gelap tetapi penglihatan semua orang pada zaman itu sangatlah bagus. Tubuh gemetar, rasa takut menyelimuti dirinya, langkah kaki mundur satu persatu dengan perlahan, tidak sengaja jatuh tersandung kakinya sendiri karena ketakutan.
"Bruk!" Suara jatuh warga tersebut.
"Ah, sakitnya! UPS!" Kata warga tersebut yang berusaha menahan suara dan takut gemetar ketakutan.
Zainal yang sangat kecapekan sampai tidak menyadari keberadaan warga tersebut. Zainal baru menyadari seseorang di sekitarnya setelah suara yang di timbulkan oleh warga itu. Dengan seketika Zainal langsung di hadapannya, rasa takut membuatnya pingsan seketika. Hingga akhirnya meminta tolong pada warga yang sedang berpesta.
"Hei! Siapapun aku minta tolong!" Kata Zainal yang sangat kesusahan membawa dua orang yang tidak sadarkan diri.
Warga yang melihat langsung berlari menolong Zainal yang wajahnya tampak lelah. "Hei! Sebenarnya ada apa?" Tanya seorang warga.
Zainal belum sempat menjawab dan langsung pingsan kehabisan energi setelah di gunakan untuk memindahkan desa dan juga berpergian. Zainal terbaring lemas yang masih membopong Reza dan juga seorang warga, para warga yang mencoba mengangkat Zainal dan juga Reza hasilnya sia-sia. Sebagai keputusan akhir para warga, membangun rumah yang teduh untuk Reza dan Zainal, menggeser Reza agar tidak tumpang tindih dan tidur lebih nyaman.
Sinar matahari mengenai wajah Zainal yang membuatnya terbangun. Zainal yang baru terbangun dan disebelahnya ada Reza langsung membangunkannya, berencana langsung pulang karena sudah terlalu lama untuk pergi hanya karena sebuah ritual.
"Reza bangun!" Kata Zainal yang masih terlihat setengah sadar setelah tidur.
"Ada apa? Kata Reza yang matanya belum terbuka.
"Ayo pulang! Ini sudah terlalu lama!" Kata Zainal yang sudah mulai bersiap.
Reza hanya mengiyakannya, lagi pula Reza juga sudah merindukan Caca. Dari kejauhan terdengar hentakan kaki ketika Zainal dan Reza sedang bersiap, para warga mulai terlihat dengan membawa makanan, obat herbal dan beberapa alat pemeriksaan medis tradisional.
"Kenapa kalian kemari ramai-ramai?" Kata Reza yang kebingungan.
"Ada seorang warga yang bilang kalau tuan Reza sakit!" Kata anak dari warga kota dengan malu-malu.
Reza langsung kembali teringat dengan kejadian semalam dan menenangkan para warga kalau dirinya tidak apa-apa. Para warga yang melihat Reza sedang bersiap pergi tidak bisa mencegah, hanya pasrah dengan pilihan Reza dan mengantarkan kepergiannya dengan senyuman bahagia. Sebagai kenang-kenangan Reza memberikan patung dirinya dan warga memberikan benda yang mereka buat sendiri dengan tulus.
"Sudah saatnya kami pergi!" Kata Zainal dengan wajah yang tegas.
"Tenang! Aku akan tetap mengawasi kalian dari tempat tinggalku!" Kata Reza yang wajahnya sangat bahagia warganya dapat bertahan tanpa dirinya.
Reza dan Zainal melayang ke langit dengan retakan dimensi muncul di atasnya. Tubuh mulai bercahaya dan menghilang perlahan mengarah retakan tersebut.
"Tuan........" Teriakan para warga yang tidak rela di tinggalkan oleh pemimpin yang baik dan jujur.
"Tenang saja! Ada pemimpin yang mungkin lebih baik dariku untuk memerintah! Karena sekarang aku adalah dewa!" Kata Reza yang berteriak dan menghilang seketika.
Para warga yang mendengar tidak bisa berkata-kata dan terkejut dengan pernyataan yang di lontarkan. Bahkan semua orang secara tidak langsung berpikiran " mana mungkin ada yang lebih baik dari dewa!", Namun semua warga tetap senang karena pemimpin mereka mendapatkan tempat yang layak yaitu menjadi seorang dewa.
Share this novel