CHAPTER 16

Drama Series 115044

Sang menteri mengakui kesalahannya pada esoknya setelah mimpi bertemu dengan adiknya, raja marah dan langsung memenggal kepala menteri secara langsung di tempat dia mengakui kesalahannya. Kepala menteri dan badannya di bawa oleh tangan raja, di depan istana yang megah. Raja bersujud meminta ampunan kepada para dewa, yang sebagai bukti ketulusannya yaitu mempersembahkan mayat menteri yang telah membuat siasat.

Di tempat yang hampa. Tempat jiwa menteri berada dengan rasa bersalahnya, cahaya terang muncul begitu terang dengan sesosok anak kecil yang sedang melambaikan tangannya seolah mengajak menteri mendatanginya. Menteri berjalan perlahan menuju cahaya sosok anak perempuan tersebut mulai terlihat, wajah sedih terlukiskan di wajahnya, air mata yang mengalir deras, suara tangis yang begitu keras. Sebuah pelukan kebahagian yang hangat antara adik dan kakak yang sudah di pisahkan oleh ajal dan berakhir dengan pertemuan hingga para dewa yang menyaksikan sangat terharu.

Sang raja yang membuat ritual pemanggilan dewa dengan mayat menteri yang sebagai persembahan, membuat para dewa marah dan menangis dengan perbuatan pemujanya yang sangat kejam. Hujan berwarna darah memenuhi kerajaan, setiap tetesnya mewakili rasa bersalah, kesedihan dan kemarahan para dewa yang tak terbendung. Manusia yang yang terkena tetesan merah, akan merasakan perasaan yang berlebih hingga kekacauan terjadi di seluruh kerajaan.

Di kota Selin, jumlah korban akibat tetesan merah sangatlah sedikit karena lebih banyak orang yang sedang istirahat setelah melakukan ritual.

"Tuan! Tuan! Ada masalah!" Kata wakil wali kota Selin yang tampak cemas dengan keadaan warganya.

"Ya, aku tahu! Perintahkan saja! sebisa mungkin jangan sampai terkena cairan merah!" Kata Alarica dan sedang kebingungan mengatasi masalah.

Semua orang sibuk dengan urusan menyelamatkan diri dari tetesan yang berwarna seperti darah. Tidak lama lingkungan menjadi gelap gulita, jeritan orang yang ketakutan terdengar di seluruh kota. Sebuah cahaya yang berbentuk bola di tangan seseorang di atas, cahaya yang sangat cerah menyinari seluruh kota Selin. orang yang berada di atas mengatakan dengan keras "kami datang menyelamatkan kota ini, atas nama dewa Zainal yang memberikan kekuatannya"

Para warga sedikit tenang dengan perkataannya. Tidak lama langit dan kota yang bagaikan terkurung kegelapan mulai lepas, dengan langit yang biru seperti laut dan awan yang tampak sangat putih. Para warga sangat senang dan sangat berterima kasih kepada orang tersebut. Namun, penyelamat tersebut memberikan saran untuk berterima kasih kepada dewa Zainal karena kekuatan yang kedua orang itu dapatkan berasal dari Zainal.

"Hidup dewa Zainal!" Seruan para warga yang menggelegar.

Zainal sebagai dewa yang di puja tentu akan mendengarnya, wajah yang tersenyum bahagia membuat orang yang berada di sampingnya merasa aneh kepada Zainal yang tersenyum tanpa sebab yang di ketahui.

"Sayang kamu kenapa tersenyum bahagia tiba-tiba!" Kata Kesya yang bingung setelah memperhatikan Zainal.

Zainal hanya termenung diam dengan wajah aneh yang sangat bahagianya. Sedangkan kerajaan Morfen masih mengalami krisis, banyak warga dan bangsawan yang mati. Wajah raja menjadi pucat dan tubuh yang memburuk setiap harinya seperti di makan oleh parasit.

Pagi yang suram, tangisan orang-orang karena di tinggal mati oleh orang yang di cintainya. "Pangeran! Pangeran! Raja telah meninggal!" Kata seorang pelayan yang berlarian dengan keringat di sekujur tubuhnya hingga wajah dan kulit yang tampak pucat. Pangeran berlari seperti kiamat telah tiba, mata yang semulanya tampak indah mulai berwarna kemerahan dengan air yang keluar dengan derasnya dari mata.

"Hei! Kamu bilang sayang sama warga! Kenapa pergi sebelum wargamu!" Kata pangeran yang tersedia-sedu menangis di samping jasad yang tampak kurus.

Kematian sang raja menandakan kemalangan kerajaan Morfen telah berakhir. Hujan darah mulai berhenti perlahan dengan cahaya matahari yang sudah lama di rindukan akhirnya kembali, namun hal itu tidak membuat para warga senang karena orang yang mereka sayangi sudah di rebut dan tidak bisa kembali.

"Panggil semua prajurit yang tersisa! Kita kuburkan semua orang dengan layak dan setara tanpa memandang setatus!" Kata pangeran berdiri di tengah kerumunan dengan gagahnya.

Semua prajurit mengikuti arahan, para warga yang melihat prajurit yang kewalahan ikut serta membantu. Penguburan jenazah warga dari korban darah selesai dan membutuhkan selama satu hari, selama catatan sejarah kerajaan Morfen keadaan ini membuat kerajaan mengalami kerugian besar dalam hal apapun. Pangeran diangkat menjadi raja secara dadakan dan di saksikan langsung oleh semua orang.

"Dengan ini saya nyatakan pangeran pertama Elias Morfen menjadi raja yang ke-16" kata seorang pendeta yang memimpin upacara penobatan Elias.

Untuk mencegah hal ini terulang kembali pangeran menetapkan hukum yang adil dan menyuruh sejarawan agar membukukan semua peristiwa yang terjadi tanpa memandang kubu agar hal ini tidak terjadi ke anak cucu mereka. Beberapa tahun telah berlalu semuanya terkendali dengan seimbang dari desa lovely yang menjadi kerajaan yang penduduknya abadi dan kota Selin yang tampak lebih maju dalam segi apapun.

"Ayah, aku bosan!" Kata Abigail yang tampak lesu dan cemberut.

"Lalu mau kemana?" Kata Zainal yang sedang menyiapkan makanan karena Kesya sedang mendi.

"Bagaimana kalau ke rumah kakek dan nenek?, Sudah lama tidak kesana" kata Abigail dengan semangatnya

Zainal hanya bisa menurutinya, bagaimanapun tempat yang ia minta tidaklah bahaya. Zainal membuka portal langsung kerumahnya yang dahulu dan tidak di sangka semua pelayan adalah para keturunan pelayan yang melayaninya dahulu ketika masih tinggal di bumi. Dengan hormat para pelayan langsung membungkuk memberikan salam yang hangat, Zainal mengira bahwa semua hartanya akan habis di jual oleh para pelayannya terdahulu.

"Kenapa kalian bekerja di sini?" Kata Zainal yang keheranan dengan para keturunan pelayannya.

"Ini adalah permintaan terakhir tuan sebelum meninggalkan tempat ini yaitu menjaga rumah ini dan menggunakannya" kata keturunan dari kepala pelayan.

Zainal yang sudah kembali membuat mereka memilih antara tetap untuk tinggal atau pergi dengan uang bulanan yang sama dengan gaji seorang pemilik saham besar. Tapi para pelayan tetap memilih untuk tinggal karena mereka sudah terbiasa dengan tugas mereka sehari-hari. Zainal memberikan para pelayan keabadian dan sebuah harta tingkat dewa untuk melindungi keluarganya.

"Semuanya perkenalkan mereka adalah istri dan anakku" kata Zainal dengan antusias.

Para pelayan menyambut dengan ramah dan sangat berterima kasih kepada Zainal yang memberikan kehidupan kekal terhadap para pelayan. Abigail sangat senang karena dapat bertemu banyak orang baru bahkan Abigail juga menanam bunga surgawi yang berasal dari tanah dewa dengan subur hingga membuat seluruh pekarangan rumah di penuhi dengan energi dewa. Untungnya Zainal sudah membuat pembatas sehingga energi tidak bisa lepas keluar dan rumah jauh dari kota atau di tempat terpencil yang sangat luas dan di penuhi pegunungan dengan pohon penjaga yang mengusir orang luar baik berniat buruk ataupun tidak.

Share this novel

mermaid
2024-07-07 15:47:40 

i cryyyyy a riverrrr! rhett buka mata tu rhettt

ida
2024-07-07 15:08:27 

Sedihhh weyyy

Zainabzety
2024-07-06 18:41:14 

bagus dh cerai ngn jantan dayus tu kau akn menyesal rhet


NovelPlus Premium

The best ads free experience