CHAPTER 4

Drama Series 115286

Zainal dan Jibran kembali ke dunia abadi, untuk melaporkan tugas yang sudah dilaksanakan, kepada raja para dewa. Sebuah kotak di bawa oleh pelayan pribadi raja para dewa, yang sekeliling kotak itu terdapat cahaya yang mengkilap dan indah.

"Apa isi kotak ini yang mulia ?" Kata Zainal dengan penasaran.

"Kotak ini berisi hadiah untuk kalian berdua, ambil dan bukalah !" Kata raja para dewa dengan begitu senang atas pencapaian Zainal dan Jibran.

Zainal dan Jibran melangkah demi langkah, sesuatu terasa aneh dengan badan Zainal dan Jibran yang merasakan kesegaran, seperti baru terlahir kembali. Dengan perasaan ragu, Zainal dan Jibran membuka kotak hadiah bersamaan, cahaya yang begitu terang muncul hingga membuat Zainal dan Jibran berpaling. Cahaya mulai redup, dua mutiara mulai terlihat, Zainal dan Jibran yang melihat mutiara tersebut, merasa sangat senang. Karena mutiara itu dapat membuat manusia hidup seperti pasangannya atau bisa dikatakan selama suami belum meninggal, istri akan tetap hidup. Dan mutiara itu dikenal dengan mutiara pasangan hidup abadi.

"Terima kasih, yang mulia" kata Jibran dan Zainal yang begitu senang mendapatkan mutiara tersebut.

Zainal dan Jibran pulang menuju orang yang mereka sukai, untuk memberikan mutiara tersebut agar di makan. Dua Minggu kemudian, Jibran melakukan upacara pernikahan dengan Maya. Upacara berjalan dengan lancar semua orang tampak bahagia dan bersenang-senang di pesta tersebut.

Esoknya. "Suamiku, aku bosan nih " kata Kesya dengan manja.

"Bagaimana kalau ke dunia abadi ? Lagi pula, kamu belum pernah melihat pemandangan menakjubkan di dunia abadi" kata Zainal dengan ekspresi bahagia.

"Oke, aku ingin sedikit mengenal dunia tempat suamiku tinggal, sekaligus beradaptasi hehehe" kata Kesya dengan girangnya.

Matahari telah terbenam, bulan sudah berada di posisinya dan langit yang gelap terkena sinar rembulan yang indah. Zainal dan Kesya berada di tengah hutan untuk melakukan perjalanan ke dunia abadi, mereka ke sana agar tidak ada manusia yang menyadari bahwa Zainal adalah seorang dewa.

Langit terlihat cerah tidak ada awan yang menghalangi sinar matahari, sentuhan tanah begitu lembut yang berwarna putih, yang ternyata itu adalah awan. Kesya berjalan dengan pelan di samping sang suami yang mendampingi, hingga terbiasa berjalan sendiri di atas awan yang lembut.

"Wah, rasanya menyenangkan ketika jatuh saja tidak sakit" kata Kesya yang kegirangan.

"Bagaimana enakan di dunia abadi" kata Zainal dengan sombong.

"Halah, walau di dunia abadi terlihat menyenangkan tapi kamu tetap ke dunia manusia untuk bermain" kata Kesya dengan nada mengejek.

Zainal yang merasa kesal mengejar Kesya, seperti kucing yang sedang mengejar tikus untuk di mangsa. Tak terasa mereka berdua berlari cukup jauh dengan adanya pemandangan yang begitu mengerikan yang seperti neraka, teriakan rintihan terdengar sangat jelas dan menakutkan. Kesya berjalan mundur dengan perlahan, wajah yang terlihat pucat dan keringat bercucuran.

"Sayang apa yang ada di sana?" Kata Kesya merangkul Zainal dengan tubuh yang gemetaran.

"Sudah tidak apa-apa, aku ada disini" kata Zainal dengan rasa khawatir.

Zainal langsung menggendong Kesya untuk meninggal tempat itu segera. Sesampainya di rumah, Kesya langsung pergi mengurung diri di kamar karena ketakutan dengan pemandangan yang sangat mengerikan.

Zainal merasa khawatir dengan keadaan Kesya dan memutuskan untuk memasak makan siang, Zainal sangat berusaha keras untuk menyenangkan istrinya. Kesya yang masih ketakutan di dalam kamar, memberanikan diri keluar karena mencium sesuatu yang terbakar. Kesya berjalan perlahan-lahan menuju dapur.

"Sayang!, Sebenarnya apa yang terjadi" kata Kesya yang terbelalak melihat keadaan dapur yang sangat kacau.

"Hhhhmmmmmm"

"Aku hanya ingin menghiburmu dengan masakan buatanku" kata Zainal yang kecewa masakannya gagal.

Kesya berjalan, dengan cepat memeluk Zainal dengan erat. Wajah Kesya tampak senang dan dengan senyum yang terlihat mempesona.

"Sudah, kamu duduk saja"

"Biar aku yang melakukannya" kata Kesya dengan tersenyum dan mendorong Zainal untuk duduk menunggu makanan.

Aroma yang sangat menggiurkan tercium yang berasal dari dapur, perut Zainal yang kosong hingga berbunyi sangat keras membuat Kesya tertawa. Zainal dan Kesya makan dengan lahap dan sangat menikmati momen makan bersama.

"Sayang aku minta maaf, karena aku kamu melihat sesuatu yang mengerikan" kata Zainal dengan wajah lesu.

"Tidak apa-apa sayang, lagi pula aku juga harus terbiasa dengan keadaan duniamu" kata Kesya dengan senyum agar Zainal tidak khawatir.

Esoknya, pagi yang cerah dan hangat. Kupu-kupu berdatangan bagaikan badai, Zainal yang melihat hal itu langsung berlari menuju Kesya untuk melindunginya, fenomena ini terlihat aneh karena di alam abadi hanya sedikit tempat yang terdapat bunga tempat tinggal para kupu-kupu.

Gerombolan kupu-kupu telah berlalu seorang Dewi yang cantik terjatuh di halaman depan rumah, Zainal dan Kesya bergegas membantu Dewi itu.

"Hmmmmm"

"Aku dimana?" Kata Dewi itu yang baru tersadar.

"Oh, kamu sudah sadar. Kamu sedang di rumah suamiku dewa permainan" kata Kesya yang baru memasuki ruangan.

"Sayang, apa Dewi itu sudah sadar" kata Zainal yang sedang menyiapkan makanan untuk Dewi itu.

"Ya, dia sudah sadar. Cepat bawakan makanannya!" Kata Kesya dengan berteriak.

Tidak lama kemudian Zainal membawa makanan dan minuman untuk di sajikan kepada Dewi itu, setelah Dewi itu selesai makan. Zainal dan Kesya mulai menanyai nama dan alasan kenapa Dewi itu terjatuh. Dewi memperkenalkan dirinya yang seorang Dewi kasih sayang, Sarah.

Sarah menjelaskan bahwa dirinya terjatuh karena tertabrak bayangan hitam yang memiliki hawa kebencian dan kematian yang begitu pekat hingga membuatnya tidak sadar untuk sementara. Zainal yang mendengar hal tersebut merasa khawatir, tiba-tiba cuaca menjadi buruk perasaan menjadi semakin tidak enak.

Zainal berpamitan kepada istrinya untuk melapor kepada raja para dewa, tentang apa yang terjadi hari ini.

"Sayang aku pergi dulu" kata Zainal yang tergesa-gesa.

"Ya, hati-hati" kata Kesya yang khawatir dengan suaminya.

Tidak lama Zainal sampai di aula para dewa, Zainal langsung menghadap raja para dewa dan menceritakan peristiwa yang dialaminya. Raja para dewa memanggil beberapa prajurit untuk menyelidiki ke tempat kejadian dan tugas Zainal hanya membawa prajurit tersebut ketempat kejadian.

Zainal dan beberapa prajurit mulai terbang menuju tempat kejadian. Namun, sebelum sampai sudah ada beberapa prajurit yang muntah hingga pingsan karena tidak kuat dengan hawa yang begitu menjijikan.

"Siapa dewa ini ?, Kenapa memiliki hawa yang begitu menjijikan dan begitu menakutkan" kata salah seorang prajurit.

Para prajurit memutuskan untuk mundur karena tidak kuat lagi dengan hawa yang begitu menjijikan yang tercium dari kejauhan walaupun itu hanyalah sebuah jejak. Para prajurit kembali dan melaporkan semua yang terjadi secara rinci. Raja para dewa langsung memperintahkan kepada para prajurit untuk melaksanakan pertahanan istana.

Yang isi dari perintah tersebut, untuk mengumpulkan seluruh penghuni dunia abadi ke istana agar mudah di lindungi dan tidak ada musuh yang dapat menyamar menjadi salah satu dewa yang di bunuhnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience