CHAPTER 10

Drama Series 115110

Tidak lama setelah Zainal singgah di rumah Yuda dan Zulfa, orang-orang yang mengenal Zainal dan di selamatkan pada waktu penyerangan monster datang untuk berterima kasih dan memberikan beberapa hadiah sebagai rasa syukur atas bantuan besar Zainal.

Zainal tidak bisa menolak hadiah yang di berikan oleh warga kepadanya, karena mereka menyiapkannya secara tulus dan semua barang itu barang yang sangat berharga di rumah mereka. Zainal juga tidak lupa memberikan barang yang dibawanya dari dunia abadi.

"Caca! Cepat berikan barang yang aku bawa tadi!" Kata Zainal kepada Caca, Zainal mengambil Abigail dari Caca agar tidak menganggu pekerjaannya.

"Baiklah tuan!" Kata Caca dengan patuh langsung mengeluarkan semua barang dari ruang dimensi dan memberikannya pada warga.

"Untuk para warga silahkan di ambil hadiahnya walaupun tidak berharga!" Kata Zainal yang malu tidak memberikan barang berharga kepada warga desa.

"Tidak apa-apa dewa, suatu benda dapat tidak ternilai dari ketulusan yang memberi!" Kata salah seorang warga yang tidak ingin penyelamatnya merendahkan diri.

"Wah, sepertinya aku harus belajar dari omongan seorang manusia!" Kata Zainal dengan wajah marahnya.

Semua orang yang melihat Zainal marah, mulai menjelaskan apa yang di maksud oleh warga tersebut, semua warga ingin meluruskan ke salahpahaman bukan karena takut tetapi lebih ingin orang yang di hormatinya marah karena sebuah ucapan yang di salah artikan.

"Hahahaha" Zainal tertawa melihat tingkah para warga yang menganggap serius candaan dari Zainal.

Suasana yang begitu tegang berubah seketika menjadi hangat, tanpa disadari mengikuti arus suasana pesta diadakan secara langsung. semua warga datang termasuk pangeran mahkota yang membantu mempersiapkan pesta bersama, musik di mainkan oleh pangeran secara langsung, alunan nada seruling yang merdu memenuhi desa, seluruh warga desa mengubah pandangan mereka kepada pangeran dari yang memiliki sifat yang egois menjadi orang yang ramah.

Satu lagu telah selesai di mainkan. Zainal dan juga Kesya maju ke depan dan mengeluarkan piano dan juga biola, semua orang tidak tahu jenis alat musik itu. Bahkan guru musik yang kebetulan datang untuk menjenguk pangeran yang sedang mencari obat di desa lovely, juga penasaran dengan nama alat musik tersebut dan juga suara yang di hasilkan.

Not piano di tekan perlahan dengan gagahnya Zainal terlihat seperti seseorang yang sedang memimpin ribuan warga menuju tempat impian. Gesekan biola terdengar begitu indah dengan gerakan tangan Kesya yang elegan. Cahaya terang bergerak di antara pepohonan, semakin lama cahaya tersebut membentuk sebuah tubuh roh yang menari ke sana kemari dengan bahagianya menikmati alunan musik yang begitu elegan.

"Halo, tuan. Perkenalkan saya Raka guru musik pangeran mahkota kerajaan Morfen" kata Raka dengan bangganya mengenalkan identitas dirinya.

"Oh, oke. Namaku Zainal" kata Zainal dengan wajah datar.

Raka termenung untuk sementara karena untuk pertama kalinya, dia mendapat reaksi yang begitu datar. Zainal yang melihat Caca sulit untuk berkomunikasi dengan manusia, datang menemuinya dan meninggalkan Raka sendirian.

"Caca, apa kamu senang dengan liburannya?" Kata Zainal dengan wajah yang khawatir karena Caca susah berkomunikasi dengan manusia.

"Ya tuan, saya senang. Tapi saya agak canggung bicara dengan manusia" kata Caca dengan rasa bersalah-nya yang membuat Zainal khawatir.

Tidak beberapa, lama pangeran datang dengan prajurit yang melindunginya dan membopongnya ketika jatuh. Pangeran memperkenalkan dirinya yang bernama Fikri dan prajurit yang memiliki pangkat panglima bernama Reza, Fikri baru memperkenalkan dirinya karena tidak memiliki kesempatan di pertemuan sebelumnya.

Tanpa sadar Caca mulai akrab dengan Reza. Zainal dan Fikri melihat kedekatan mereka, perlahan menyingkir agar mereka memiliki waktu untuk berduaan. Namun, suasana menjadi canggung setelah Zainal dan Fikri menyingkir.

"HM........."

"Apa kamu mau minum?" Kata Reza yang tidak berani melihat Caca secara langsung dan wajah yang memerah.

"O....o..oke" kata Caca yang gagap menjawab.

Caca dan Reza minum hingga mabuk dan seketika Reza mengungkapkan perasaanya yang menyukai Caca pada pandangan pertama. Seketika hening untuk sementara, setelah Caca mengiyakan Reza sorakan yang begitu senang terdengar begitu keras.

"Apa kamu yakin? Menikah denganku dan meninggalkan jabatan-mu!" Kata Caca dengan tegas.

"Ya! Aku akan berusaha melakukannya" kata Reza dengan tegas dan sangat serius dengan keputusan yang di buat, hal itu tergambar jelas di wajahnya.

Caca, Zainal dan semua orang sangat senang. Namun, Pangerang khawatir dengan panglima yang mungkin di anggap penghianat oleh raja dan di buru hingga di hukum mati. Panglima mendekati Fikri dan menghiburnya yang tampak sedih, agar Fikri menikmati acara dan memikirkan masa depan perlahan-lahan.

Tidak lama setelah Reza melamar Caca pada malam itu, penjaga tersembunyi raja yang dikirim untuk melindungi Fikri memberikan kabar bahwa panglima ingin mengundurkan diri dari jabatannya hanya untuk seorang wanita. Raja yang mendengar hal itu sangat marah, panglima yang memiliki pengaruh yang sangat besar di medan perang akan pensiun dan ini akan berdampak yang memungkinkan kerajaan Morfen akan mengalami invasi dari kerajaan tetangga.

"Cepat kirim surat perintah untuk panglima, agar cepat kembali ke kerajaan" kata raja kerajaan Morfen dengan marah.

Esoknya, pagi yang cerah. Raut wajah semua orang sangat bahagia, kegiatan sehari-hari dilakukan dengan semangat. Makan bersama di ruang makan yang kebetulan Zainal dan keluarganya bertemu di sebuah restoran terkenal dengan Fikri dan rombongan yang berakhir dengan makan bersama.

Kabar tentang Reza yang melamar Caca, tersebar ke seluruh kerajaan dengan tibanya surat perintah untuk kembali ke kerajaan bersama pangeran secepatnya. Caca yang melihat muka muram Reza setelah membaca surat dari kerajaan merasa gelisah dengan keadaan Reza, tetapi Reza dapat menyakinkan Caca kalau Reza kembali hanya untuk membicarakan tentang pengunduran dirinya dan pernikahan Reza dan Caca.

Reza memaksa raut wajahnya agar terlihat semuanya baik-baik saja dan Caca yang melihat di hati merasa gelisah tapi yang di tampilkan wajah yang bahagia agar Reza tidak khawatir.

"Tenanglah, jangan khawatir! Semuanya pasti akan baik-baik saja" kata Reza yang memeluk Caca dengan hangat.

"Ya! Aku percaya padamu!" Kata Caca yang mendekap Reza dengan erat dengan perasaan yang tidak rela di tinggalkan.

Siulan terdengar begitu keras dari semua orang yang melihat kemesraan Reza dan Caca. Seketika mereka langsung saling mendorong dan saling membuang muka dengan wajah yang memerah karena sangat malu.

Hari masih pagi. Sebelum kembali, Reza meminta ijin kepada Fikri untuk kencan bersama Caca, Fikri yang tidak ingin menghalangi asmara panglima yang sudah seperti teman mengijinkannya, sedangkan Caca juga meminta ijin kepada Zainal untuk kencan bersama Reza, Zainal langsung mengijinkan tanpa basa-basi.

Reza dan Caca kencan. Dari makan bersama, belanja keliling desa sampai tak terasa waktu yang mereka lewati telah begitu lama. Awan mulai gelap dan matahari mulai terbenam, begitu sakitnya hati sepasang kekasih yang harus terpisah dan entah kapan akan di pertemukan kembali.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience