CHAPTER 6

Drama Series 115281

"nak, siapa pemuda yang ada di belakangmu itu?" Kata ayah Zulfa yang sedang berbaring.

"Aku menemukannya di tengah hamparan rumput, dia kehilangan ingatannya" kata Zulfa dengan cemas kalau Zainal tidak di terima.

"Oh, kalau begitu biarkanlah dia tinggal untuk sementara sampai ingatannya pulih" kata ayah Zulfa yang merasa kasihan kepada Zainal.

Karena semua ingatan Zainal hilang bahkan tidak mengingat namanya sendiri. Zulfa dan ayahnya memberinya nama Kaka, tidak lupa ayah Zulfa memperkenalkan diri yang bernama Yuda.

Mulai dari hari itu, Kaka akan tinggal bersama Zulfa dan Yuda di desa terpencil di kerajaan Morfen yang desa itu bernama Lovely. Yang dulunya ada seorang dewa turun dan jatuh cinta dengan seorang perempuan, semenjak hari itu lelaki yang belum menemukan pasangan takdir, ketika datang ke desa lovely pasti akan di berikan sebuah petunjuk dengan mimpi. Namun, hal ini hanya berlaku pada orang yang masih lajang atau belum menikah.

Satu tahun berlalu dengan damai dengan ingatan kaka yang masih hilang, belum ada petunjuk sedikitpun walaupun sudah berpetualang. Namun, di suatu hari yang tenang ada kerusuhan di balai desa yang terdapat dua orang yang memiliki luka-luka.

"Permisi, sebenarnya ada apa?" Kata Kaka yang penasaran.

"Cepat! Pergi! Gerombolan monster akan datang!" Kata salah satu orang yang terluka.

Seluruh warga langsung panik berlarian karena perkataan dari orang yang terluka itu, Kaka yang sudah merasa akrab dengan desa tersebut enggan untuk mengungsi dan menyakinkan para warga desa agar melawan para monster bersama.

Namun, para warga menolak dan lebih memilih pergi untuk menyelamatkan nyawa keluarganya. Walaupun begitu, tetap ada beberapa orang mendukung usulan dari Kaka karena mereka juga ingin melindungi rumah mereka yang berisi kenangan kelurga tercinta mereka baik yang hidup maupun tidak dan ditempat itu warga yang mendukung Kaka sekilas melihat kenangan masa lalu dengan keluarga mereka yang sudah meninggal.

Tidak lama tanah bergetar warga yang mempertahankan rumahnya berlari mengambil senjata tajam dan menuju pintu masuk desa, para warga tidak gentar sama sekali walaupun lawannya adalah gerombolan monster. Kaka tiba-tiba merasa pusing dan kesakitan di bagian kepala secercah kenangan terlintas di ingatannya.

"Apa ini, siapa dia?, Apa yang dia ucapkan " kata Kaka yang terjatuh kesakitan.

Gerombolan monster mulai mendekat dan entah mengapa Kaka maju ke depan sendirian, mengangkat tangan dan mengucapkan sesuatu yang tidak di ketahui oleh para warga. Dan seketika gerombolan monster lenyap tak tersisa.

Kaka terjatuh terbaring pingsan, Zulfa berlari menuju Kaka menopang badannya yang kekar dan besar. Semua orang mengelilingi Kaka dan berusaha untuk mengangkatnya bersama namun tidak ada yang bisa.

"Sebenarnya, siapa orang ini?" Kata hati seluruh penduduk desa.

Tidak lama Kaka tersadar dengan ingatannya yang sudah kembali. Kaka perlahan membuka matanya yang terasa berat, Kaka melihat daun-daun yang tertumpuk hingga membuat dirinya tidak terkena sinar matahari secara langsung.

"Ayah ayah, kak Kaka sudah sadar" kata Zulfa yang berteriak.

Yuda datang dengan dua tongkat yang di bawanya untuk membantu berjalan perlahan-lahan, dengan wajah yang tampak begitu senang dan berseri karena sudah menyelamatkan harta benda, nyawa, keturunan, dan seluruh kenangan manis pahit di desa itu walaupun kaka baru tinggal di desa itu selama 1 tahun.

Kaka yang sudah mengingat semua kenangan masa lalunya, Kaka tetap bersandiwara lupa ingatan, agar dapat mengetahui lokasi dan membunuh dewa jahat tanpa harus memakan korban nyawa tidak bersalah.

Namun, selama kepergian Kaka. Kesya telah melahirkan anaknya yang belum di berikan nama, karena Kesya yakin Kaka atau Zainal akan kembali dengan selamat dan memberi nama kepada bayi mereka.

Kaka yang sudah mengingat semua masa lalunya, pergi dari desa untuk mencari informasi tentang keberadaan dewa jahat dan segera menyelesaikan misi yang di berikan oleh raja para dewa kepada dirinya.

Tidak lama setelah berjalan di hutan yang begitu lebat, Kaka sampai di sebuah tempat yang besar banyak gedung-gedung bertingkat yang di buat dari kayu, tempat itu sangatlah ramai, banyak pedagang berlalu lalang. Namun, hal itu tidak tampak normal setelah Kaka Sampai di tempat itu.

Hampir semua orang memiliki aura yang aneh, tidak seperti manusia yang dia temui di desa sebelumnya dan di bumi istrinya tinggal.

Jam makan siang sudah datang. "Pak saya pesan satu satenya" kata Zainal yang sedang singgah di sebuah warung pinggir jalan.

"Baiklah" kata paman itu yang auranya terasa normal di bandingkan orang lain.

Zainal mulai menggali informasi dari pedagang sate tersebut dan mendapati beberapa prajurit informasi khusus dan umum. Tempat singgah kaka adalah ibu kota kerajaan Morfen tempat utama kultus dewa hitam, itu semua menjelaskan bahwa aura yang aneh itu karena dewa jahat telah menandai jiwa para manusia untuk di makan jika di inginkan.

Kaka sebenarnya bisa saja langsung melenyapkan dewa jahat, namun di takutkan jika dewa jahat mati maka semua manusia yang sudah di tandai dengan aura gelap akan musnah termasuk jiwa mereka yang seharusnya akan di kirim ke pengadilan jiwa.

Zainal pergi ke pasar dan tidak sengaja bertemu dengan para pemuja dewa jahat menuju kuil, Kaka yang melihat menculik salah satu pemuja dan menyamar menjadi pemuja yang di culik agar dapat masuk ke kuil. Suasana kuil itu sangatlah bagus, banyak bunga indah bermekaran dan memiliki warna berwarna putih melambangkan kesucian dan kebersihan hati.

Di depan gerbang "siapa yang harus di korbankan?" Kata penjaga gerbang sebagai pertanyaan sandi.

"Dunia ini harus di korbankan untuk kegelapan" kata para pemuja dewa jahat, masuk kuil satu persatu.

Kaki kanan melangkah, bau busuk mulai tercium, perut merasa mual dengan suasana di dalam kuil yang begitu gelap walaupun di luar kuil terlihat terang, harum bunga yang semerbak dan indah.

"Hei kamu !" Seorang penjaga menghadang Kaka.

Kaka datang menuju penjaga itu dan menjawab semua pertanyaan tanpa berbicara yang tidak di perlukan agar identitasnya tidak ketahuan. Setelah beberapa pertanyaan di lontarkan oleh penjaga, Kaka baru di persilakan masuk, namun beberapa penjaga tetap ada yang mengawasinya karena merasa aneh dengan Kaka.

Kaka sampai di tengah ruang pemujaan dewa jahat, di sana ada patung besar yang menyerupai dewa jahat dengan aura yang sangat gelap dan tulang manusia yang begitu banyak berserakan di bawah kakinya. Tubuh Kaka gemetaran dengan emosi amarah yang begitu besar atas perbuatan dewa jahat.

"Dasar keparat ! Mereka seperti hewan yang sedang memangsa" kata hati Kaka yang begitu kesal dan marah.

Tidak lama, pemimpin kultus datang dengan membawa seorang perempuan muda dengan rantai yang mengikat di leher. Semua orang yang hadir tiba-tiba berdiri dengan sorakan pujian kepada dewa jahat agar menerima persembahan mereka yaitu darah seorang gadis muda agar jiwanya melayani dewa jahat.

"Cih" ucap Kaka.

Ketika perempuan itu hampir di bunuh, cahaya terang menyinari tempat persembahan hingga semua mata tertutup tidak ada yang bisa melihat. Perempuan yang akan di jadikan persembahan menghilang, semua pemuja dan pemimpin kultus frustasi, panik, dan marah dengan apa yang terjadi. Sebilah pisau mereka ambil dari saku.

"Dewa ku, sebagai ganti persembahan kujadikan diriku tumbal !" Sorakan semua orang di tempat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience