CHAPTER 5

Drama Series 115281

Kesya yang sedang merawat Sarah tiba-tiba melihat bayangan hitam terbang dengan cepat menuju rumah, Kesya berlari menuju Sarah dan memberitahunya karena perasaan yang tidak enak, Sarah yang menyadari hal itu langsung menggendong Kesya untuk kabur dari rumah dan bayangan, menuju istana untuk berlindung.

Dalam perjalanan menuju istana, Kesya dan Sarah dikejar dan diserang oleh bayangan hitam. Tetapi hal itu hanya bertahan sementara karena tidak lama kemudian, Kesya dan Sarah bertemu dengan Zainal untuk membawa Sarah dan Kesya mengungsi.

Zainal yang melihat istrinya yang sedang hamil muda di serang merasa sangat marah. Tangan Zainal mengarah ke depan, di atas bayangan itu ada benang-benang yang mengikat dirinya.

"Akh!, Apa ini" kata bayangan itu dengan terkejut.

"Tenanglah, jika kamu bergerak, Kamu bisa mati tanpa rasa sakit" kata Zainal dengan kekuatan dan amarah yang begitu meluap.

Tubuh bayangan itu perlahan-lahan menghilang, tetesan darah berwarna hitam mengalir dengan bau yang begitu menjijikan. Teriakan orang kesakitan dan tersiksa terdengar menyeramkan, hingga membuat merinding. Hingga akhirnya lenyap tanpa jejak sekalipun.

Zainal mendekati Sarah dan Kesya dengan rasa khawatir yang terlihat di raut wajahnya.

"Sayang bagaimana denganmu dan calon bayi kita" kata Zainal yang khawatir hingga meneteskan air matanya.

"Tenang saja, aku baik-baik saja karena dilindungi oleh Sarah" kata Kesya sambil membelai rambut Zainal agar tenang.

Zainal mengambil kesya dari gendongan Sarah. "Aku berterima kasih karena sudah menolong istriku" kata Zainal yang merasa bersyukur.

"Kamu tidak perlu berterima kasih, lagi pula ini balas budi karena sudah menolongku dengan tulus" kata Sarah dengan gembira dan tersenyum manis di wajahnya.

Zainal tersenyum dan bersyukur di dalam hatinya karena ada dewa yang memiliki perasaan seperti manusia. Zainal terbang menuju istana para dewa sesuai perintah raja para dewa sekaligus untuk memeriksa keadaan Kesya dan juga bayi yang di kandungnya.

"Zainal, karena sudah sampai di istana para dewa. Aku akan mencari keluargaku dan memastikan mereka sudah aman" kata Sarah sambil membungkuk mengucapkan rasa terima kasihnya yang telah di selamatkan.

"Kamu tidak perlu seperti itu, sebagai teman harus saling menolong" kata Zainal dengan tersenyum.

Selama percakapan Zainal merasakan hawa yang begitu mencekam, bahkan lebih mengerikan dari pada musuh yang pernah Zainal lawan. Zainal menengok ke arah sumber dari aura mengerikan itu perlahan-lahan, tubuhnya bergetar, bibirnya membeku tidak bisa berkata apa-apa.

Ketika Zainal menyadari bahwa aura tersebut berasal dari istrinya. Jibran datang dari belakang dengan wajah penuh memar dan berkata "Zainal temanku! Nikmatilah waktu bersama istri yang cemburu"

"Ya, itu benar. Kita hanya bisa menikmatinya saja kalau salah bicara bisa mati aku" kata Zainal dengan perasaan pasrah menerima nasibnya.

Tidak lama setelah Zainal menenangkan istrinya agar tidak cemburu dengan Sarah, raja para dewa datang ke aula. Raja para dewa mulai menjelaskan dari mengapa seluruh penghuni dunia abadi di kumpulkan di istana para dewa dan mengapa tadi tercium bau menjijikan yang belum pernah ada di dunia abadi.

Setelah penjelasan berakhir dari raja para dewa, kondisi menjadi kacau. Namun, hal itu dapat di tangani dengan baik oleh panglima perang dunia abadi.

Zainal mengantar Kesya ke pos medis untuk pemeriksaan kesehatan Kesya dan juga kesehatan bayi yang di kandungannya. Pemeriksaan medis selesai, sepucuk surat di kirim dari raja para dewa untuk Zainal yang berisi agar Zainal mengikuti dalam peperangan yang sedang berlangsung di dunia para dewa, yaitu perang antara dewa yang memiliki sifat yang baik dan dewa yang memiliki sifat seperti iblis yang lolos dari penjara.

"Sayang kenapa kamu tampak gelisah" kata Kesya dengan rasa khawatir dan juga gelisah.

"Aku diminta untuk mengikuti perang" kata Zainal yang gelisah.

Kesya berjalan menangis memeluk Zainal "sayang apa bisa kamu menolaknya saja ?" Kata Kesya yang mendekap Zainal dengan menangis.

"Maaf aku tidak bisa" kata Zainal yang menangis.

Zainal hanya bisa menerima apa yang terjadi dan Kesya hanya bisa berdoa untuk keselamatan Zainal selama perang.

Matahari terbit dengan cerah dan betapa kejamnya matahari itu telah menandakan awal dari peperangan antar dewa. Dewa-dewa di kumpulkan untuk berperang dan dewa yang tidak memiliki kekuatan untuk menyerang, akan melindungi para Dewi di istana para dewa. Kekhawatiran, gelisah, takut menyelimuti para Dewi karena para dewa atau suami mereka. Walaupun para dewa abadi, setiap mereka mati kekuatannya akan di segel bahkan jika mereka terlalu lemah, ingatan merekalah yang menjadi taruhannya.

Para dewa menyebar memeriksa daerah-daerah terpencil yang kemungkinan menjadi tempat persembunyian sementara para dewa jahat. Suara ledakan, api, jeritan terdengar dimana-mana hingga beberapa planet menjadi korban kejamnya para dewa jahat.

Sementara itu Zainal pergi ke sebuah planet yang akan menjadi tujuan seorang dewa jahat yang bernama Juni. Planet itu awalnya sangatlah indah, banyak orang tertawa, menari, dan saling tolong menolong. Namun, hal itu tidak berlangsung lama setelah datangnya Juni yang membuat planet itu hancur dan para penduduk sengsara.

Zainal yang ingin membantu planet itu, terhalangi. Karena, pelindung yang begitu kuat di pasang oleh Juni. Zainal masuk ke planet menyelinap melalui celah ruang waktu yang di ciptakan oleh Zainal sendiri, walaupun begitu tetap ada jebakan yang diciptakan oleh Juni karena tidak dapat membuat penghalang yang ada di celah ruang waktu.

"Aaaaaahhhhhh" suara Zainal yang berteriak kesakitan karena jebakan yang di buat oleh Juni.

Hamparan rumput hijau yang luas, awan terlihat begitu lembut dan cahaya terang menyinari Zainal yang sedang jatuh tengkurap tidak sadarkan diri. Seorang anak laki-laki yang sedang mencari tanaman obat ibunya yang sedang sakit melihat Zainal yang tidak sadarkan diri.

"Pak! Pak! Bangun pak!" Kata anak kecil yang menangis tidak tega melihat seseorang berbaring sakit seperti ibunya.

Zainal mulai tersadar dengan sedikit menggerakkan tangannya. Anak kecil yang melihat berlari mencari air untuk Zainal, tidak lama setelah anak itu pergi Zainal sudah tersadar dengan keadaan dirinya yang kehilangan ingatannya. Tidak lama setelah Zainal tersadar anak kecil itu datang dengan membawa sebotol air.

"Pak kamu siapa?" Kata anak kecil itu setelah memberikan air kepada Zainal.

Zainal yang tidak ingat apa-apa hanya bisa menggelengkan kepala. Anak kecil itu yang merasa kasihan kepada Zainal yang kehilangan ingatannya menawarkan untuk tinggal bersama sampai ingatannya pulih, Zainal yang tidak mengenal siapapun langsung menyetujuinya karena anak kecil yang menolongnya terlihat polos dan baik.

Selama perjalanan menuju rumah anak kecil itu, Zainal mencoba untuk mengingat namun tetap tidak bisa dan anak kecil itu juga menceritakan dirinya yang seorang anak petani yang bernama Zulfa, yang hanya hidup dengan ayahnya yang cacat karena dewa yang jahat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience