Sebuah pesta sedang berlangsung dengan meriah di tengah keadaan yang begitu damai dan tentram. Tarian, makanan, dan minuman dapat terlihat jelas mereka yang hadir bahagia. Sepasang kekasih datang dengan pakaian yang begitu indah dan seorang bayi yang sedang di gendong oleh ibunya.
"Wah lihat, mereka seperti keluarga impian" salah seorang yang hadir berbisik.
"Ya, mereka tampak seperti keluarga yang harmonis, walaupun kabarnya mereka sempat berpisah karena sebuah misi dari raja para dewa" salah seorang yang hadir berbisik.
Keadaan seketika berisik dengan pembicaraan orang-orang tentang sepasang kekasih yang tampak begitu bahagia dan harmonis walaupun sempat berpisah selama beberapa waktu karena sebuah misi. Sepasang kekasih itu berjalan dengan anggunnya membawa seorang bayi di tangan seorang perempuan.
"Semuanya harap tenang!" Teriak dewa keadilan Jibran yang tepat di sampingnya ada seorang perempuan yang cantik.
Seketika suasana hening, tidak ada pergerakan, suara yang berbicara bahkan alunan musik ikut berhenti. Di tengah kerumunan sepasang kekasih itu mulai bersiap untuk mengumumkan sesuatu yang tampak penting dengan di perlihatkan sang perempuan yang tampak begitu gugup di hadapan semua dewa yang hadir.
"Saya ucapkan terima kasih telah datang di pesta pemberian nama anak saya, dan saya akan mengumumkan nama anak saya, yang sedang di bawa oleh istri saya bernama Abigail" kata dewa permainan Zainal dengan gugupnya.
Dengan serempak semua dewa bersorak gembira dengan kabar anggota keluarga mereka yang baru dalam keadaan sehat. Semua dewa senang dan tidak terasa merayakan hingga tengah malam baru selesai.
Matahari telah terbit, cahaya masuk ke sebuah kamar dengan sepasang kekasih yang sedang memeluk seorang anak di tengahnya. Zainal mulai membuka matanya perlahan, wajahnya terlihat bahagia dengan senyuman yang tulus dan manis, melihat istri dan anak anak yang di cintanya tertidur lelap di hadapannya.
"Hoammmmmnm" Kesya yang menguap.
"Phu....phuaaaaaaaaa" Zainal yang tertawa.
"Sayang kamu menertawakan diriku ya?" Kata Kesya dengan wajah yang cemberut.
"Ti... tidak" kata zainal yang menahan tawa dengan tangan yang mencubit pipi Kesya.
Suara bayi mulai terdengar dari pelan hingga keras, membuat Zainal dan Kesya kebingungan. Sepasang tangan mulai mengarah ke sang bayi dengan perlahan membopong agar sang bayi tidak merasakan sakit.
"Cup..cup..cup.. maaf Abigail mama dan ayah membangunkan-mu" kata Kesya memberikan susu dan membopong Abigail.
Suasana begitu damai dan tentram, keharmonisan terasa hangat, seorang pelayan yang bekerja baru-baru ini tidak berani mengganggu dan merasa terharu dengan kehangatan kasih sayang yang di pancarkan oleh keharmonisan keluarga Kesya dan Zainal.
Sedangkan di taman ada keributan yang di buat oleh pelayan yang sedang mengurus taman. Zainal, Kesya, dan Abigail yang sedang di bopong datang dengan tergesa-gesa datang ke taman untuk menghentikan keributan.
"kenapa ada keributan !" Kata Zainal dengan nada keras.
Seketika suasana hening, tubuh bergetar, tidak bisa bergerak bahkan menggerakkan jari tidak kuat. Sebatang bunga mati, di tangan pelayan. Pelayan yang melihat Zainal menatap bunga mati tersebut, langsung bersujud meminta maaf kepada Zainal. Zainal yang melihat reaksi tersebut tertawa bersama dengan Kesya, karena hanya sebatang bunga mati membuat keributan yang begitu besar.
"Sudah tidak apa-apa, hanya sebatang bunga saja" kata Zainal dengan wajah yang masih tertawa dengan reaksi pelayan tersebut.
Secercah kehangatan terasa di dalam hati pelayan. Air mulai menetes dari mata, wajah terlihat bahagia, perasaan menjadi lega. Zainal dan Kesya merangkul pelayan agar dapat melepaskan semua kesedihan dan penderitaan yang di alaminya.
"Huuuuuuu... Kenapa takdir tidak berpihak padaku. Aku juga ingin seperti dewa lainnya yang memiliki kekuatan yang dapat melindungi, kenapa aku terlahir dengan kekuatan yang hanya di gunakan untuk melayani" tangis penderitaan yang di alami pelayan tersebut yang bernama Caca.
"Caca, semua dewa memiliki peran penting! Tanpa kekuatan seperti milikmu mungkin hidup para dewa yang hanya memiliki kehidupan untuk berperang pasti sangat kacau" kata Zainal yang menghela nafas setelah mendengar keluhan dari Caca, yang merendahkan kekuatan dewa-nya.
Jam makan siang telah datang, dengan sigapnya Caca menyiapkan beraneka ragam makanan yang terlihat begitu mewah. Zainal dan Kesya senang dengan kerja keras Caca yang begitu baik.
"Pak Zainal di luar ada tamu" kata Caca yang berbisik pada Zainal yang sedang makan.
"Oh, persilahkan masuk" kata zainal yang menyelesaikan makan siang dengan cepat.
Zainal dan Kesya akan menyambut tamu sedangkan Abigail bersama dengan Caca. Pintu terbuka dengan perlahan, terlihat rambut panjang terurai karena sebuah angin, yang bersanding dengan seorang lelaki.
"Ayah! Ibu!" Kata Kesya yang memeluk Bima dan Clara.
"Bagaimana kabarmu nak dan dimana cucu kami? " Kata Clara yang sangat bahagia melihat anaknya dalam keadaan sehat.
"Kenapa ibu dan ayah bisa ke dunia abadi" kata Zainal yang kebingungan.
"Tentu saja karena kami memiliki darah keturunan dewa walaupun hanya setengah" kata Bima dengan wajah yang terlihat polos.
"Hah! Pantas saja raja para dewa membuat Kesya menjadi seorang Dewi! Ternyata hanya membangkitkan darah keturunan saja" kata Zainal yang merasa raja para dewa mempermainkan dirinya.
Hari yang menyenangkan dan damai telah di mulai, perasaan yang terlalu damai itu membuat Kesya, Zainal dan sekeluarga merasa jenuh karena kegiatan yang di lakukan hanya itu-itu saja. Yang akhirnya Zainal memutuskan mengajak keluarganya untuk berlibur ke dunia yang Zainal selamatkan ketika berperang melawan dewa jahat, selain liburan Zainal juga silaturahmi dengan orang yang Zainal kenal dan melihat keadaan mereka dan juga warga desa.
"Kita akan pergi kemana, ayah dan ibu sudah penasaran. Apalagi Abigail dan Caca, ya kan" kata Kesya yang matanya berbinar dengan rasa penuh penasaran.
"Kita akan pergi ke desa lovely yang berada di dunia lain, salah satu warga tempat itulah yang dulunya membantuku ketika hilang ingatan!" Kata Zainal yang melihat ke langit dengan membayangkan masa lalunya ketika tinggal di desa lovely.
Beberapa barang berserakan di depan rumah Zainal, yang berisikan beberapa buku pengetahuan tempat asal Kesya yang cocok dengan peradaban manusia di desa lovely dan beberapa bibit yang belum ada di desa lovely. Tidak lupa buku panduan seni beladiri agar dapat melawan para monster yang datang dari hutan.
"Sebenarnya ini semua untuk apa?" Kata Kesya yang kebingungan dan melihat-lihat barang yang berserakan.
"Semua barang ini akan aku bawa ke desa lovely, sebagai rasa terima kasih setelah membantuku satu tahun hidup di sana" kata Zainal yang merasa lega karena masih bisa membalas budi.
Zainal mengulurkan tangan, di hadapan mereka ada sebuah pusaran hitam yang disebut pecahan dimensi atau keganjilan ruang. Zainal, Kesya, Abigail, Caca dan orang tua Kesya masuk ke pecahan dimensi yang mengarah ke desa lovely.
Cahaya yang terang mendekat, sebuah pemandangan desa yang sangat indah terlihat mulai mendekat perlahan-lahan. Ketika keluar dari pecahan dimensi, cahaya yang menyilaukan menyinari mata mereka, hingga memaksa untuk menutup mata sementara. Ketika membuka mata, terlihat sebuah desa dengan pemandangan yang di sekitar tampak asri.
Share this novel