CHAPTER 11

Drama Series 115104

"aku tau kamu gelisah! Tapi, percayalah padanya" kata Kesya menasihati Caca dengan perlahan karena Kesya juga pernah merasakannya.

"Ya! Aku akan percaya pada Reza!" Kata Caca yang menyakinkan hatinya.

Sedangkan Reza yang sudah kembali ke kerajaan Morfen tidak di sambut dengan baik oleh raja, walaupun para rakyat senang dengan semua keputusan yang di ambil Reza karena itu adalah haknya, tetapi terpaksa membenci Reza yang sudah menetapkan Reza sebagai seorang penghianat.

Banyak prajurit berbaris dari gerbang kerajaan sampai kerajaan. Reza berjalan tanpa khawatir apapun karena Reza tidak pernah merugikan kerajaan Morfen. Di ruang utama kerajaan, raja dan para bangsawan sudah hadir.

"Reza! Kenapa kamu berkhianat?" Kata raja dengan marah.

"Saya, tidak pernah berkhianat!" Kata Reza dengan santai.

"Beraninya menjawab! Dasar sialan!" Kata para bangsawan yang mencari muka raja dengan mengolok-olok Reza.

"Karena kamu berkonstribusi bagi kerajaan! Hukumanmu di ringankan. Kamu di larang menginjakkan kaki di kerajaan Morfen untuk selamanya!" Kata raja yang kecewa dan sangat marah dengan penghianatan Reza.

Reza kembali ke desa lovely dengan perasaan sedih, bukan karena jabatannya hilang tetapi harta dan rumah untuk melamar dan tinggal bersama Caca telah disita oleh pihak kerajaan.

"Kamu kenapa?" Kata Zainal yang sedang asyik makan daging bersama keluarga dan warga desa.

"Aku di usir dari kerajaan dan tidak di perbolehkan kembali untuk selamanya" kata Reza dengan wajah murungnya.

"Baguslah kalau begitu, tinggal bersama kami saja. Rumah kami cukup besar" kata Kesya dengan senang karena Caca dapat hidup bahagia di dunia abadi bersama Reza.

"Sebagai seorang lelaki aku harus mencari rumah untuk keluarga ku sendiri" kata Reza dengan wajah yang begitu serius.

"Kalau begitu! Besok ikutlah kami kembali terlebih dahulu, agar kamu bisa menemui Caca kapanpun kamu mau" kata Zainal yang .mencoba meyakinkan Reza.

"Baiklah!" Kata Reza dengan pasrah.

Pagi hari yang sejuk dan pemandangan pepohonan dan bunga yang begitu memanjakan mata. Reza dan Zainal sekeluarga berpamitan dengan seluruh warga desa tidak terkecuali pangeran. Sudah menganggap Reza sebagai seorang teman, mengantar kepergiannya dengan hangat, walaupun keadaan baru saja sembuh dari penyakitnya.

"Kita akan pergi kemana?" Kata Reza yang heran, yang kata penduduk desa rumah Zainal sangat jauh tapi dapat di tempuh dengan jalan kaki.

"Ke hutan" kata Caca dengan santainya.

Reza yang sudah tahu arah pergi dan sempat mengira bahwa Zainal sekeluarga akan tinggal di hutan yang banyak monster, hingga menghalangi perjalanan ke hutan karena takut Caca akan mati di serang oleh para monster. Namun, Reza yang pasrah mengikuti tidak bertemu seekor monster yang lewat, kejadian ini membuat bingung Reza dan bertanya-tanya dengan identitas dari Zainal.

"Zainal! Bisakah kita berhenti sebentar!" Kata Reza dengan ragu-ragu.

"Ya, baiklah!" Kata Zainal dan menyadari keraguan di hati Reza.

"Apakah kalian bangsa iblis yang menyamar?" Kata Reza yang badannya gemetar.

Caca menyela "jika kami bangsa iblis, apa kamu tetap menerimaku?" Kata Caca dengan sepontan.

"Ya, aku tetap menerimanya. Tetapi aku benci kebohongan!" Kata Reza yang begitu tegasnya membuat Caca terpesona.

"Kami bukan iblis" kata Kesya dengan wajah senyum polosnya.

Reza yang mendengar hal tersebut merasa sedikit lega di dalam hatinya dan menyisakan beberapa pertanyaan tentang identitas Zainal dan keluarganya. Di tengah hutan terdapat sebuah gua yang begitu gelap ketika di lihat dari luar namun ketika masuk dinding gua bersinar dengan cahaya yang begitu mengkilap seperti bintang yang bertebaran.

Zainal melangkahkan kakinya dan mengangkat tangan dengan seketika muncul retakan di antara dimensi yang membuat Reza takjub. Sebelum masuk Zainal memberikan sebuah kalungan dan memperingatkan Reza agar tidak melepaskan kalung tersebut tanpa ijin. Zainal melangkah terlebih dahulu untuk mengecek keamanan dan dilanjutkan dengan keluarganya dan yang terakhir adalah Reza.

Reza melangkah ke pecahan dimensi, aura yang begitu menekan membuat tubuh Reza tidak bisa bergerak, dengan adanya kalung yang di berikan Zainal, membuat tubuh Reza terlindungi dari aura yang di pancarkan para dewa di dunia abadi.

"Selamat datang di dunia abadi" kata Caca dengan wajah yang bahagia.

"Tempat apa ini sebenarnya?" Kata Reza dengan wajah yang terkejut adanya pulau-pulau yang berterbangan dan semua yang terlihat memiliki kekuatan yang luar biasa yang membuat Reza sangat tertekan.

"Tempat para dewa tinggal" kata Bima dan Clara secara bersamaan dengan wajah lugu.

Seketika Reza terjatuh pingsan, karena terkejut dengan tempat yang Reza datangi adalah tempat para dewa tinggal. Dengan sigap, Bima membopong Reza yang akan terjatuh dan membawanya pulang bersama ke rumah Zainal. Tidak beberapa lama, Reza membuka mata perlahan yang di sampingnya Caca yang sedang tertidur menemani Reza selama pingsan.

Dengan jahilnya, Reza mencolek pipi Caca berulang kali hingga terbangun dengan wajah kesal yang begitu imut. Caca yang kesal keluar dengan wajah cemberut dan membanting pintu.

Reza yang sudah sadar, mulai mencerna pembicaraan sebelum dirinya pingsan. Setelah beberapa menit menerima kenyataan bahwa wanita yang di sukai ya seorang Dewi, Reza tidak bisa melakukan apapun dan mulai minder karena Reza hanyalah manusia biasa. Tidak beberapa lama Caca datang dengan membawa makanan dan memberitahu identitas sebenarnya, Reza yang sudah berpikir jernih tetap menerima apa adanya.

Wajah tersenyum terlihat di muka Reza tetapi hatinya, gelisah dengan pantas tidaknya bersama dengan Caca yang seorang Dewi. Zainal yang mengetahui kegelisahan Reza hanya dapat membantu dengan membantunya agar mendapatkan ujian menjadi dewa dari raja para dewa.

"Reza, kamu kenapa?" Kata Bima yang sedang minum teh hangat dengan menikmati makanan.

"Aku hanya minder dengan diriku yang manusia biasa" kata Reza yang sedang termenung di depan rumah.

"Kenapa minder? Kesya dulu saja seorang manusia sebelum darah keturunan bangkit!" Kata Bima dengan santai.

Reza yang mendengar sangat terkejut bahkan tidak percaya sampai bertanya kepada Zainal dan Kesya secara langsung. Reza juga ingin mengikuti ujian menjadi dewa selama dia, berkemungkinan di masa depan dapat hidup bersama dan melindungi Caca.

Zainal sangat senang dengan sikap Reza yang begitu berani dan pada saat itu juga Reza di bawa ke istana dewa saat itu juga, untuk meminta ijin kepada raja para dewa memberikan ujian menjadi dewa kepada Reza.

Ujian Reza berlangsung cukup lama tetapi tetap mendapatkan hasil yang memuaskan dan mulai dari itu Reza menjadi dewa perang yang bertugas dalam pengaturan strategi perang. Caca yang mendengar hal tersebut sangat senang, karena Caca dapat hidup bersama dengan Reza tanpa memedulikan umur.

"Caca! menikahlah Denganku!" Kata Reza dengan tegas dan wajah yang tampak malu dan memerah.

"I...iy...iya" kata Caca yang malu-malu menjawab.

Esoknya, acara pernikahan Reza dan Caca diadakan di tempat tinggal Zainal, karena mereka belum sempat mencari rumah. Sedangkan rumah Caca sudah di jual kepada dewa lain, karena setelah bekerja menjadi pelayan di rumah Zainal, Caca akan tinggal di sana agar lebih mudah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience