Cahaya rembulan bersinar terang, pohon-pohon bersinar terang yang sesosok peri muncul dari cahaya yang di hasilkan oleh pohon. Tarian yang sangat indah di lakukan para peri, lambaian tangan dan langkah kaki lemah gemulai yang terlihat sangat cantik. Satu ajakan menari dari para peri membuat semua orang melepaskan kebahagiaan mereka dengan menari sepenuh hati.
"Cahaya yang indah dan lantunan musik yang begitu merdu" kata Raka, terpesona dengan suara musik yang terdengar hingga istana kerajaan.
"Lagu yang indah dari manakah asalnya" kata raja dengan sombongnya.
Raja mendengar dari bawahannya, kalau musik tersebut dari kota Selin dan di nyanyikan oleh Dewi, istri dewa yang pernah turun. Raja sangat murka dan masih menganggap Zainal hanyalah seorang penipu, sebagai balasan murkanya, raja ingin memperistri wanita yang bermain musik dan memberikan perintah kepada para bawahannya untuk menangkap mereka.
Musik telah selesai, sorakan gembira terdengar dengan keras di seluruh kota Selin. Mereka tidak tahu bahwa raja telah menyiapkan bala tentara hanya untuk menangkap Kesya dan Caca.
"Sepertinya, kami terlalu lama di sini! Sudah waktunya kami pulang!" Kata Kesya yang puas dengan permainan yang di mainkan dan bahagia membuat orang lain senang.
"Maaf Dewi! Kami belum menyiapkan hadiah perpisahan!" Kata warga kota yang tampak sedih.
Dengan wajah cantik Caca, senyuman tulus di perlihatkan "tidak apa-apa! Kami sudah mendapat hadiah yang berharga!" Kata Caca. Semua warga terpesona dengan wajah yang begitu cantik, tidak lupa sebelum pergi Kesya dan Caca memberikan perlindungan kepada warga kota selama mereka berjalan di jalan yang benar. Di tempat yang jauh, pedalaman hutan yang begitu gelap. Bala tentara berjuang begitu keras untuk melaksanakan misi mereka, Kesya dan Caca yang sadar dengan perlakuan raja yang tidak senonoh langsung memberikan peringatan hingga membuat raja takut.
"Cepat berikan pesan kepada bala tentara untuk kembali!" Kata raja yang begitu ketakutan hingga gemetar.
Seseorang maju ke depan yang memiliki jabatan seorang menteri kesejahteraan. "Yang mulia, harap tidak mundur! Ini pasti hanyalah tipuan untuk mempermalukan yang mulia!" Kata menteri tersebut dengan tegas dan wajah yang serius.
Raja menanggapinya dengan baik dan memberikan hadiah karena saran yang bagus bagi raja. Namun, di belakang raja. Menteri tersenyum dengan rencana jahatnya membalas dendam atas pembunuhan raja terhadap adiknya yang di lecehkan oleh raja sendiri, ternyata sebelum pemberian saran kepada raja. Menteri sudah menerima informasi bahwa memang Zainal dan keluarganya yang datang, semuanya adalah dewa. Karena itu adu domba antara manusia dan dewa di lakukan walaupun semua orang di kerajaan terkena imbasnya.
"Kesya kamu pasti merasakannya!" Kata Caca yang menyadari rencana adu domba menteri.
"Tentu saja! Tapi kita tetap menghukum raja dan untuk menteri kita pertemukan dengan adiknya yang melihat semua perbuatannya" kata Kesya yang ragu dengan hukuman, yang baginya kejam.
Warga kota Selin tertidur lelap tanpa tahu bahaya sedang mengintai yang mungkin pada malam itulah hari terakhir mereka. Serbuan prajurit dari hutan begitu cepat, tetapi hal itu dapat di cegah dengan penghalang yang diberikan oleh Kesya dan Caca. Para penjaga kota yang awalanya tertidur lelap, terbangun dengan hentakan prajurit dan keributan yang di lakukan prajurit untuk memecahkan penghalang.
Lonceng peringatan perang di bunyikan, semua warga terbangun. Wanita dan anak-anak di kumpulkan di tengah kota sedangkan para lelaki membawa senjata untuk berperang demi keluarganya. Semua warga sadar bahwa prajurit tidak bisa masuk karena penghalang, tidak lama suara gemuruh datang dari dalam kota.
Teriakan seorang wanita yang keras terdengar begitu semangat. Alarica datang di pintu kota yang sudah terbuka lebar untuknya yang akan pergi berperang, wajah yang begitu senang dan semangat yang membara terlihat kepada para warga. Para prajurit dari kerajaan yang tidak bisa masuk di manfaatkan oleh Alarica untuk menyerang dari dalam pelindung hingga akhirnya, pasukan kerajaan mundur.
"Apa kita menang?" Kata salah seorang warga.
"Kemenangan untuk kita!" Suara teriakan Alarica yang begitu senang dan semangat menantikan perayaan kemenangan.
Sorakan gembira para warga di pintu kota terdengar hingga tengah kota, tangis kebahagiaan tak terbendung, rasa keamanan mulai menyelimuti para wanita dan anak-anak yang ketakutan. Kemenangan perang dengan kerajaan di rayakan. Minuman, makanan, dan musik di keluarkan untuk perayaan tanda selamat untuk para pejuang yang berani membela tanah dan keluarga.
"Aku tidak menyangka, kalau akan menang melawan prajurit kerajaan" kata salah seorang prajurit.
"Semua! Tanpa bantuan dewa kita pasti kalah! Oleh karena itu, besok akan melakukan ritual persembahan" kata Alarica dengan tegas.
Para warga menyetujuinya. Sedangkan Kesya dan Caca menyusup ke kerajaan dengan kekuatan tembus pandang milik Kesya, yang memperlihatkan kekesalan raja yang kalah dalam berperang dengan kota Selin dan kesenangan menteri yang rencananya berjalan dengan baik. Di kamar tidur menteri, menteri yang sedang tertidur di pertemukan dengan arwah adiknya yang tidak setuju dengan perilaku kakaknya.
Di dalam mimpi. Padang rumput hijau yang luas, udara yang hangat dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Dari kejauhan seorang anak berdiri dengan pakaian yang tampak indah.
"Hei! Kamu siapa?" Teriak menteri dengan marah.
"Kak" kata sang adik.
Air mata menetes begitu deras, tubuh yang gemetar, mata yang tidak percaya akan bertemu kembali. Seorang menteri yang tampak tegas sekarang hanya seorang Kakak yang sangat merindukan adiknya.
"Dik! Kemarilah! Tubuhku tidak bisa bergerak" kata menteri yang sangat kesal dengan tubuhnya yang tidak bisa bergerak hingga melukai dirinya sendiri hanya untuk memeluk sang adik.
"Maaf kak, dan tolong hentikan semua rencana kakak! Aku tidak ingin orang yang tidak bersalah menjadi korban dan kakak menjadi pembunuh" kata sang adik dari kejauhan yang tampak sedih dengan keadaan sang kakak. Tubuhnya perlahan menghilang dengan lambaian tangan dan wajah yang menangis namun tersenyum bertemu kakaknya.
Kesya dan Caca yang sudah selesai menghentikan kejahatan dari seorang kakak yang baik hati selesai dan pergi kembali ke dunia abadi. Sang menteri terbangun dari tidurnya dan mulai membuat keadaan seperti semula sesuai dengan permintaan adiknya.
Esoknya, sebuah ritual persembahan di lakukan warga kota Selin sebagai ucapan terima kasih. Barang-barang berharga milik rakyat di keluarkan dengan ikhlas, ritual dilakukan dengan tulus dari hati semua orang. Zainal, Reza, Kesya, dan Caca turun dengan wujud dewa-nya memberkati mereka semua, anak-anak, perempuan maupun laki-laki mendapatkan imbas baiknya.
Penyakit, cacat, dan luka karena perang sembuh seketika. Barang yang di persembahkan berubah menjadi emas murni dan di berikan kepada para warga dengan syarat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak lama para dewa kembali, manusia yang seharusnya serakah jika di depan ada harta yang melimpah, malah kebalikannya. Mereka langsung mendiskusikan memberikan kepada siapa harta ini, untuk mereka yang miskin terlebih dahulu atau panti asuhan. Ternyata berkat yang di berikan bukan hanya menyembuhkan luka fisik tetapi luka hati dan perlindungan hati dari sifat yang buruk.
Share this novel