CHAPTER 1

Drama Series 115286

Di dunia abadi, semua benda melayang seperti tidak adanya gravitasi. Dimana tempat para dewa tinggal, tidak ada makhluk selain dewa kecuali makhluk itu memiliki jiwa yang sangat bersih. Raja para dewa menciptakan alam semesta salah satunya adalah bumi tempat manusia berada, raja para dewa menciptakan manusia untuk memilih kandidat dewa yang sedang kosong. Para dewa baru memiliki peranan penting, dalam mengajarkan pentingnya peraturan dan perasaan, untuk itu raja para dewa membuat ujian bagi manusia.

Karena keserakahan, haus akan aturan membuat manusia itu sendiri hancur dan hanya menyisakan seorang manusia, yang akan diangkat menjadi dewa baru. Ujian untuk manusia telah selesai, manusia yang tersisa diangkat ke dunia abadi untuk mendapatkan gelar dewa nya.

Manusia itu bernama Zainal, seorang pria yang di angkat menjadi dewa permainan yang memiliki kekuatan pembuat aturan dan pemberi emosi yang berlebih. Zainal bisa mendapatkan gelar itu, karena untuk menghindari kekacauan selama ujian dia memilih untuk bermain game.

"Hei dewa permainan, aku bosan nih" kata dewa keadilan dengan lesu.

"Sebenarnya dunia manusia memiliki banyak permainan" kata Zainal dewa permainan.

Dewa permainan dan dewa keadilan menemui raja para dewa untuk meminta, agar menciptakan manusia kembali. Raja para dewa yang mendengar permintaan dari dewa keadilan, meminta alasan untuk menciptakan para manusia.

"Rajaku, manusia memiliki ide yang kreatif untuk menghibur diri sendiri atau pun orang lain" kata dewa permainan dengan penuh harapan

"Ya itu benar, ide mereka dapat menghibur dewa yang sedang bosan" kata dewa keadilan dengan wajah yang gembira

Seluruh dewa di panggil raja para dewa untuk mendiskusikan penciptaan manusia kembali, suasana begitu penuh tekanan yang berat. Dalam rapat itu beberapa dewa ragu, tetapi dapat diyakinkan oleh dewa permainan dan dewa keadilan.

"Baiklah, besok akan ku ciptakan kembali manusia" kata raja para dewa pasrah dengan keinginan para dewa

"Terima kasih raja ku, besok kami para dewa akan menyaksikan penciptaan mu kembali" seluruh dewa mengatakannya dengan senang dan begitu menantikan, hilangnya kebosanan mereka.

Esok harinya, para dewa datang, untuk melihat di ciptakannya manusia kembali. Namun, raja para dewa membuat syarat, jika syarat itu di langgar maka manusia akan di musnahkan.

Isi syarat yang di katakan raja para dewa:

1. Para dewa tetap melaksanakan kewajibannya.

2. Suatu hari manusia akan hancur karena ulahnya sendiri dan para dewa tidak boleh ikut campur.

3. Dewa kematian dan keadilan akan menghukum jiwa manusia yang bersalah.

4. Tidak boleh mencintai manusia.

Raja para dewa, akhirnya menciptakan manusia tanpa memiliki kekuatan suci atau bisa di sebut sihir. Penciptaan manusia langsung disaksikan oleh seluruh dewa, karena penasaran dengan manusia seperti apa yang di ciptakan tanpa sihir.

Manusia telah di ciptakan, perkembangan manusia di awasi langsung oleh seluruh dewa menggunakan cermin air dewa hujan. Beberapa dewa menyesal karena menyetujui penciptaan manusia kembali, karena pada jaman itu manusia hanya tau berperang dan terus berperang tanpa memedulikan sesamanya.

Namun, tetap saja peperangan tidak berhenti, hingga raja para dewa marah dengan kerusakan yang di sebab kan dan memutuskan untuk memusnahkan manusia yang merusak ciptaannya. Dewa permainan dan dewa keadilan datang untuk meminta waktu karena manusia sangat lambat dalam berkembang, untungnya Raja dewa menyetujui untuk memberi waktu. Suasana dunia abadi begitu menakutkan, banyak dari para dewa marah karena ulah manusia.

Waktu di bumi telah berlalu, masa modern telah datang. Teknologi, pertanian, alam, lingkungan sekarang manusia memiliki pengetahuan yang baik. Para dewa yang melihat perkembangan, turun dari alam abadi untuk menikmati hasil ciptaan dari manusia, para dewa turun dengan menyamar ataupun dengan kekuatannya agar tidak terlihat oleh manusia.

"Bagaimana dewa keadilan, apa senang di dunia manusia" kata dewa permainan dengan nada sombong.

"Ya kamu memang benar, banyak hiburan dari permainan sampai makanan" kata dewa keadilan dengan wajah yang berbinar.

Dewa keadilan hampir lupa dengan tugasnya, untungnya di ingatkan oleh dewa permainan. Dewa permainan yang ditinggal sendirian, memilih menyamar menjadi anak pengusaha kaya raya yang orang tuanya meninggal dan memakai nama masa lalunya yaitu Zainal. Dengan sebuah rumah besar dan uang yang banyak, Zainal tidak mungkin di curigai oleh orang.

Zainal memiliki perawakan anak SMA, memilih untuk mendaftar di sebuah sekolah, sebagai penyamaran nya menjadi manusia selama tinggal di bumi. Di sebuah sekolah SMA negeri Wajahmati, dengan wajah nya yang rupawan, tubuh yang tinggi dengan perut yang six pack. Zainal yang menjadi perhatian para perempuan ketika masuk kelas 10, merasa kesulitan karena perempuan mengikutinya dari jam istirahat hingga selesai, bahkan ketika pulang beberapa perempuan menawarkan tumpangan kepada Zainal walaupun sudah diberitahu kan tempat tinggal nya sangat dekat.

Namun, hanya seorang perempuan culun yang tidak seperti perempuan lainnya yang mengejar-ngejar Zainal, dia lebih seperti terganggu dengan keberadaan Zainal yang di ikuti oleh banyak perempuan.

Perempuan culun itu menghampirinya dengan tergesa-gesa dan menyeretnya ketempat yang sepi.

"Hei kamu itu ke sekolah mau belajar atau pacaran" kata perempuan itu dengan marah-marah.

"Aku tidak ada niatan untuk mengganggumu, perempuan itu saja yang mengganggu ku" kata Zainal dengan polos

Di tengah-tengah perbincangan, gerombolan perempuan datang, Perempuan culun itu yang tidak ingin kerepotan berlari meninggalkan zainal. Zainal yang tidak mengetahui nama perempuan itu bertanya.

"Tunggu jangan pergi, Siapa namamu" kata Zainal dengan berteriak.

"Nanti saja aku kasih tau" kata perempuan itu yang berlari dengan cepat.

Zainal yang tidak sabar, keliling sekolah hingga bolos dari pelajaran hanya untuk mencari perempuan itu dan hanya untuk menanyakan namanya saja.

"Apa mungkin dia pindah sekolah karena aku" kata Zainal dengan sedih.

Esok di pagi hari yang cerah, Zainal bertemu kembali dengan perempuan yang dia cari-cari, Zainal langsung berlari menuju perempuan itu.

"Hei kamu kemana saja" kata Zainal rasa kesalnya

"Memangnya kamu siapa" kata perempuan itu dengan sinis.

Zainal mengikutinya dan menceritakan semua yang terjadi kemarin agar perempuan itu dapat mengingatnya, bahkan setelah bel sekolah masuk berbunyi perempuan itu tetap tidak mengingatnya. Di dalam kelas perempuan itu berpikir dengan tingkah Zainal yang sok akrab dengannya.

"Hah, memangnya siapa sih dia sok akrab" kata perempuan itu dan mulai mengingat kejadian kemarin.

Wajah perempuan itu tiba-tiba memerah karena sudah mengingat apa yang sudah terjadi dengan mereka berdua, bel istirahat berbunyi perempuan itu langsung berlarian untuk mencari Zainal. Zainal yang baru keluar dari kelas langsung di seret menuju tempat yang sepi.

"Aku minta maaf untuk yang kemarin" kata perempuan itu dengan wajah memerah karena malu dan juga rasa bersalah memarahi Zainal karena ke egoisan dirinya.

"Tidak apa-apa, itu bukan salahmu" kata Zainal dengan ramah.

Perbincangan selesai, tidak lupa Zainal menanyakan nama dari perempuan itu.

"Oh iya, siapa namamu" kata Zainal dengan malu wajah memerah.

"Oh iya aku lupa tidak memberitahu namaku, kalau begitu perkenalkan namaku Kesya" kata Kesya dengan ramah.

Tidak lama kemudian, bel masuk kelas berbunyi, Zainal dan Kesya berpisah dan saling berjanji untuk bertemu kembali di depan sekolah setelah jam pelajaran sekolah selesai. Selama pelajaran, Zainal hanya memikirkan nama Kesya di benaknya hal itu membuat Zainal merasa aneh dengan dirinya, bahkan sampai merasa sedang di permainkan oleh dewa lain.

Jam pelajaran sekolah selesai. Sesuai janji, mereka saling saling bertemu di depan sekolah untuk melanjutkan pembicaraan yang terpotong karena bel masuk berbunyi.

"Oh iya rumahmu di mana" kata Kesya dengan penasaran.

"Di samping sekolah, itu rumahku" kata Zainal dengan polos tanpa beban.

"Apa, jadi rumah yang seperti istana itu milikmu" kata Kesya dengan kaget.

"Iya, memang kenapa" kata Zainal dengan kebingungan atas sikap Kesya.

"Tidak apa-apa, aku pulang dulu" kata Kesya dengan senyum manisnya.

Zainal yang melihat senyuman dari Kesya, dadanya terasa aneh seperti ada gong yang di mainkan di dadanya, wajah Zainal memerah dan terasa hangat. Dia merasa dirinya tidak enak badan dan pergi kembali kerumah, setelah Kesya pergi kembali kerumah juga.

Pagi disambut cahaya matahari yang masuk dikamar tidur, zainal bangun dengan hidangan sarapan pagi yang sudah di sediakan oleh pembantu. Zainal pergi ke sekolah sambil menunggu Kesya datang, hari begitu cerah tidak seperti biasanya, Kesya datang terlambat yang membuatnya di hukum untuk berlari 3 putaran di lapangan.

"Kesya kamu ada masalah apa, kok bisa terlambat" kata Zainal sambil memegang tangan Kesya.

"Ayah ku tadi masuk rumah sakit" kata Kesya yang meneteskan air matanya.

"Kalau begitu aku bantu biaya rumah sakitnya" kata Zainal yang merasa kasihan dengan keadaan yang menimpa Kesya.

"Tidak usah, aku masih sanggup membayar kok" kata Kesya yang menolak pemberian.

Zainal tetap memaksanya untuk menerimanya, dan memberikan sebuah solusi "jika tetap tidak ingin menerima aku pinjami, untuk mengembalikannya kalau sudah ada uang saja" kata Zainal dan mendoakan kesembuhan ayahnya Kesya.

Hari menjelang malam, matahari mulai terbenam, sinar yang di pancarkan mewarnai awan. Zainal pergi ke rumah sakit kota menjenguk ayah Kesya yang sedang sakit.

"Kesya ayah mu ada di ruangan mana" kata Zainal yang di belakangnya ada pengawal membawa bingkisan.

"Ayahku ada di ruangan 010 lantai 1" kata Kesya yang sedang membayar administrasi rumah sakit.

Hutang Kesya dengan rumah sakit sudah lunas dibayar. Kesya mengantar Zainal menemui ayahnya di ruang 010. (Tok tok tok) Kesya mengetuk pintu.

"Ayah perkenalkan, dia temanku namanya Zainal" kata Kesya dengan riang.

"Oh jadi dia laki-laki yang kamu sukai" kata ayah Kesya yang sedang bercanda.

"Ayah, jangan begitu aku malu" kata Kesya yang wajahnya memerah karena malu.

Zainal, Kesya dan ayahnya berbincang seperti biasanya, suasana terasa begitu cair suara tawa begitu keras hingga di peringatkan oleh satpam karena mengganggu.

"Paman, saya pamit dulu" kata Zainal dengan begitu sopan.

"Iya hati-hati di jalan, dan terima kasih karena sudah membantu" kata ayah Kesya dengan wajah yang gembira.

"Kesya, kamu antar nak Zainal sampai ke parkiran" kata ayah Kesya dengan lembut.

"Baik ayah" kata Kesya yang menjawab dengan sopan.

Kesya mengantar Zainal sampai ke parkiran dan tidak lupa berterima kasih karena sudah membantunya sampai sejauh ini, padahal baru kenal beberapa hari, Kesya melambaikan tangan dengan wajah tersenyum yang mempesona. Didalam mobil wajahnya mulai memerah, Zainal merasa malu, jantung Zainal berdetak begitu kencang untuk sementara.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience