TERHENTI langkah Puan Ida bila melihat kelibat anak bongsunya bersama seorang gadis di sebuah perhentian bas.
Tanpa ditahan, dia terus melangkah laju menuju ke arah kedua - duanya yang masih lengkap berpakaian sekolah. Yang paling menyakitkan hati, selamba saja gadis itu menghulurkan sebatang rokok kepada anak bongsunya bersama gelak ketawa.
"Raymen!!"
Terhenti tingkah keduanya bila wajah menyinga Puan Ida muncul di hadapan mereka.
"Mama..." Pucat terus wajah Raymen bila wajah menyinga mamanya singgah di hadapannya matanya kini. Rokok yang berada di kepitan jarinya terus jatuh ke tanah.
Pangg!!
Tanpa sebarang amaran, wajah Maura yang berada di sebelah Raymen makan penamparnya. Terteleng wajah gadis itu ke kanan.
"Ma!!!" Jerit Raymen bila secara tiba - tiba Maura ditampar oleh mamanya. Terus dia menahan tindakan mamanya bila wanita itu mahu menampar wajah Maura untuk kali kedua.
"Apa ni Ma..." Tegur Raymen keras.
"Kamu tanya apa? Ni apa?"
Bekas rokok yang berada di tangan Maura dirampas lalu di campak ke dada anaknya.
"Kamu dah pandai ya hisap benda ni... Siapa yang mengajar kamu hisap benda ni hah? Siapa? Budak ni yang ajar kamu hisap benda ni?" Amuk Puan Ida dengan menuding jari ke arah Maura.
Tersentak Maura bila tiba - tiba wanita itu menuding jari ke arah dirinya.
" Untie tak payah ya nak tuduh - tuduh saya macam tu... " Cepat saja Maura menjawab.
Sakit hatinya bila mama Raymen menuduhnya begitu. Dahlah tampar orang sesuka hati. Tak cukup dengan menampar, dituduhnya macam - macam pula.
"Oo... Kurang ajar ya kamu dengan orang tua... Mak kamu tak ajar kamu jadi budak beradab sikit ke?" Puan Ida bersuara lagi. Kali ini dengan lebih kasar pula.
Mendidih hati Maura bila soal ibunya di bangkit oleh wanita dihadapannya ini. Satu kepantangan bagi dirinya bila orang menyebut tentang ibunya.
" Ma... Sudahlah... Malu kat orang... " Raymen meleraikan pertelingkahan itu. Hatinya makin tidak enak bila melihat Maura sudah mengepal penumbuknya.
"Mama belum habis cakap lagi..." Tengking Puan Ida. Matanya melorot memandang wajah Maura yang berdiri tegak dihadapannya.
"Kamu sebagai perempuan sepatutnya jaga kelakuan dan adab... Jaga maruah... Bukan berkeliaran dengan lelaki macam ni..." Dalam keadaan marah, sempat lagi Puan Ida berceramah.
Tapi kan, apa yang Puan Ida cakapnya kan ni ada betulnya juga. Seorang perempuan seharusnya jaga tingkah laku, pergaulan antara perempuan dan lelaki ada batasnya tapi Maura...
Argh... Orang tak tahu yang apa yang dialami oleh gadis ini. Mereka hanya tahu mencemuh dan memandang serong saja pada perlakuan gadis ini. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup gadis ini.
"Dan satu lagi saya nak ingatkan... Hari ni hari last saya tengok kamu rapat dengan Raymen... Kalau saya nampak lagi... Kamu tahulah hidup kau jadi apa..." Ugut Puan Ida.
Usai berkata, pergelangan tangan anaknya ditarik dan terus berlalu menuju ke arah kereta Vios hitamnya yang terletak di seberang jalan. Raymen tidak dapat berbuat apa - apa bila mamanya sudah membawanya pergi dari situ.
Meninggalkan Maura yang sedang merenung mereka dengan pandangan yang sukar di tafsirkan. Dan tanpa mereka menyedari, Tuan Mirul Rozai telah melihat kesemuanya sejak dari awal hingga akhir.
Share this novel