Untitled

Romance Completed 76642

Sementara itu...
Di sisi lain Vina sedang mengunjungi rumah ku di Bandung dengan alasan menjenguk ibuku.

"Assalamualaikum"

"Wa alaikum salam siapa ya?"balas Muti menuju ruang tamu.

"Kak Vina!, kok bisa ke sini?"tanya Muti penasaran.

"Cuma mau jenguk tante kok, kamu sehat kan"kata Vina langsung memberikan oleh oleh sembari memutar mata nya mencari Hendra

"Alhamdulillah semuanya sehat kok kak, mah! Ada teman kak Ran datang"panggil Muti dari kejauhan.

Mama segera menghentikan kegiatannya dan segera menghampiri Vina di ruang tamu.

"Kok datang nya malam Vina? Gak kasih kabar lagi jadi tante bisa siapin makanan yang banyak buat kamu"kata mama.

"Lupa tante, btw kak Hendra kok gak kelihatan?"tanya Vina polos

"Ohhh, dia ada di dapur bantuin tante lagi masak"jawab mama.

"Wahh... Seru tuh. Aku bantuin ya tante"bujuk Vina maksa

"Kesempatan langka aku bisa secara langsung berdekatan dengan pujaan hatiku. Pokoknya harus lengket terus sama kak Hendra"batin Vina ingin berteriak saking senang nya.

"Yasudah kalau begitu kita ke dapur saja yuk"

Mereka bersama-sama pergi ke dapur

"Hendra, ini ada Vina mau bantuin kita masak malam ini"kata mama

"Hai Vina"sapa Hendra dengan senyuman hangatnya.

"OMG!!!!!!!jantung gue mau copot lihat si jantan menggoda ini, sudah ganteng, pintar masak, sholeh lagi. Gue gak mau lepas dah biar udah punya pacar yang penting kan belum nikah"batin Vina menggeliat lagi.

"Mau aku ban...

Tuk

Tteng teng teng teng....

Belum sempat Vina menghampiri Hendra dia sudah menyenggol tempat sendok di samping nya hingga berguling-guling di bawah meja, semua sendok itu berhamburan di segala arah

Mereka yang menyaksikan itu hanya tertawa karena melihat kegugupan dan rasa bersalah pada diri Vina.

"Ma...af tante. Bii..ar saya saja yang ambilin semua sendok nya"ucap Vina terbata-bata menuju ke bawah meja.

"Gak apa apa kok Vina. Santai saja, anggap rumah sendiri"kata Mama ikut membantu.

"Mah, biar aku saja. Mama jagain ayam nya saja" ucap Hendra tidak ingin melihat mama kelelahan.

Hendra kini menggantikan mama sedang membantu Vina yang berusaha menggapai sendok yang tidak bisa diraihnya.

"Biar aku saja, kalau kesusahan tinggal minta tolong. Sudah tugas seorang lelaki membantu yang lemah apalagi kamu seorang perempuan jadi jangan segan-segan untuk minta tolong" pikir Hendra yang masuk ke bawah meja makan.

Vina tersipu dengan kata kata Hendra barusan

"Tapi gak semua laki-laki kayak gitu"cerutu Vina salah tingkah

"Berarti dia bukan laki-laki dong"jawab Hendra tersenyum.

"Kenapa gue jadi kaku begini ya, hussss Vin ayo "pikir Vina menyelesaikan tugasnya itu.

"Makasih kak"

Hendra tersenyum membalas ucapan terima kasih dari Vina dan kembali berurusan dengan makanan yang sedang di masak.

"Kak Hendra hebat ya bisa masak"puji Vina yang kini hanya menjadi penonton karena tidak tahu masak seperti aku...

"Iya dong, kan nanti buat masa depan aku kalau punya istri gak bisa masak"jawab Hendra mengiris sayuran dengan jari jemari yang terlahir sempurna itu.

Vina jadi baper ketika mendengar kata-kata itu

Dalam pendengaran Vina
"Iya dong, kan buat masa depan aku kalau kamu gak bisa masak"

"Ahh, aku juga"jawab Vina malu-malu dengan sikap aktifnya itu di meja makan.

"Kak Vina kok merona? Ngebayangin apa sih? jangan jangan......

"Gak lah"jawab Vina cepat.

"Mmmm, memangnya selera wanita kamu seperti apa sih Hendra?, mama itu gak pernah lihat kamu bawa perempuan ke rumah padahal mama udah siap kok"pikir mama.

"Aku juga sudah siap kok tante!"balas Vina semangat.

"Hah?kak Vina dari tadi gak jelas mulu, mabuk perjalanan ya?"tanya Muti keheranan

"Aku mencari wanita yang seperti Ran, pekerja keras, manja dan banyak makan. Maka nya aku belajar banyak resep hanya untuk Ran dan istriku nanti"pikir Hendra.

"Aku juga harus banyak makan, tapi nanti gemuk, beda kalau Ran banyak makan dia tetap langsing karena sering olahraga lah gue...."pikir Vina melihat perutnya penuh dengan lemak.

"Sebenarnya aku belum mengizinkan Ran untuk menikah, usianya masih sangat muda dan lagi aku ingin dia melanjutkan pendidikannya di luar negeri"pikir Rangga yang memindahkan makanannya ke piring.

"Dia mendapatkan suami yang sempurna Hendra apa lagi yang kamu sesali?"pikir mama.

"Waktuku mah, aku hampir tidak pernah menghabiskan waktu dengan dia, aku berfikir setelah Ran lulus aku bisa memberikan kasih sayang ku pada nya mengajaknya jalan-jalan tapi kini dia bersama dengan orang yang dicintainya, aku tidak bisa lagi menahannya untuk tinggal"keluh Hendra sakit hati

"Kamu bisa kan menghubungi nya setiap saat"balas mama

"Aku ingin menjadi wali nya ketika membuat masalah, aku ingin dia manja padaku, aku ingin .....

"Sudah!, jangan bahas adikmu lagi. Sekarang kita makan saja, masakannya keburu dingin"pinta mama yang kini mereka berkumpul di meja makan.

..........

Masih bisa kok, kita ke hotel saja yuk"bisik ku pada Rangga.

Dia menarik tanganku menuju ke mobil dengan sangat bahagia.

Begitu sampai di kamar hotel, baru saja Rangga menutup pintu dia langsung menerkam ku tanpa banyak bicara.

"Tidak perlu buru-buru sayang, gak ada lagi yang akan mengganggu malam kita"bisik ku.

"Aku hampir gila karena menahan diri begitu lama karena mu, jangan salahkan aku jika tidak mendengar perkataan mu atau minta berhenti di tengah jalan"kata Rangga.

"Iya, pelan pelan ya"bujuk ku manja.

"Gigit atau jambak saja aku kalau kamu tidak sanggup menahannya"pesan Rangga yang sudah kehilangan akal.

Malam itu dipenuhi dengan suara- suara yang membahagiakan diantara dua orang insan yang bersatu menjadi satu.

Air mata juga pemberian cinta yang begitu berkesan di hati mereka.

Saat mentari masuk dari jendela yang tertutupi dengan tirai, aku masih di dalam pelukan nya

Kami yang masih polos tanpa busana hanya ditutupi selimut tebal berwarna putih, mengingat kejadian semalam yang begitu menggairahkan membuatku senyum-senyum sendiri.

Aku merasa leher ku yang begitu kering mencoba meraih gelas air yang berada di sampingku.

"Akh"

Pinggang ku sepertinya mau patah ketika bergerak, gelas berisi air jatuh dari genggamanku. Rangga terbangun karena mendengar suara gelas pecah itu kaget.

"Sayang"panggil Rangga memastikan aku disekitarnya.

"Kamu mau minum"tanya Rangga lembut segera mengambil air untukku.

"Aku gak mau ngomong sama kamu"ucap ku setelah meminum air yang dia berikan.

"Kenapa sayang? Sakit ya"tanya dia polos.

"gak tahu"jawabku masuk dalam selimut.

"Kamu sih gemes banget, jadi aku lupa diri deh"kata Rangga santai dan masuk kembali ke selimut bersamaku.

"Jangan pegang-pegang. Pinggang aku sakit tau"keluh ku yang masih dalam pelukan nya.

Tanpa sadar air mataku keluar dengan sendirinya, entah ini air mata bahagia,kesal karena perbuatan nya tadi malam atau menghindari terkaman pagi ini

"Kamu nangis? Maafin aku ya. Aku janji lebih lembut lagi ke kamu"kata Rangga khawatir.

"Aku sampai lupa diri karena dirinya tadi malam hingga naluri ku sendiri tak bisa ku kontrol, apakah sesakit itu ya?"pikir Rangga yang merasa bersalah.

"Aku maafin. Kamu gak ke kantor?"tanyaku lembut padanya.

"Pengantin baru itu boleh datang terlambat apalagi saat seperti ini"kata Rangga memeluk ku lembut

"Apanya yang pengantin baru, udah pengantin lama tau"jawabku meledeknya.

"Kalau gitu kita lanjut lagi yuk manja manjaan nya"bujuk Rangga lembut.

"Gak, aku mau mandi badanku rasanya lengket semua. Kamu juga harus ke kantor pagi ini"

Aku segera bangkit perlahan dari kasur, rasanya tubuhku sudah tidak sanggup bergerak lagi.

"Biar aku bantu kamu mandi"tawar Rangga menggendong ku.

"Tapi gak boleh nakal ya, aku capek banget"pinta ku.

"Siap nyonya"jawab Rangga bahagia.

Saat berada di dalam kamar mandi...

"Gak, jangan sentuh yang itu..

"Dasar mesum!!!"teriakku yang berada di kamar mandi bersama sebuah hewan buas.

Beberapa menit kemudian wajahnya begitu berseri-seri sudah mendapatkan jatah dan seenaknya pada tubuhku.

"Kita pulang yuk"ajak ku pada Rangga yang sedang memakai kemeja.

"Aku siap siap dulu ya"kata Rangga yang sedang memasang dasi.

"Sini biar aku saja"

Aku berjalan ke arahnya dan mengambil dasi dari tas hitam dari rumah, entah siapa yang mengantarkan baju kami berdua yang sudah berada di depan pintu pagi tadi.

Sembari merapikan dasinya aku memerhatikan leher Rangga yang penuh dengan cakaran juga kissmark.

"Ini semua adalah ulah mu"bisik Rangga menarik ku

"Aku tutupin pakai foundation ya, biar gak dilihat orang"saran ku.

"Gak apa apa, biar orang tahu kalau aku sudah ada yang punya"jawab Rangga nakal.

"Kita berangkat sekarang yuk" saran ku yang sudah memakai baju yang menutupi leher juga sepatu simpel biar tidak ketahuan.

"Mau aku gendong? Masih kuat jalan nya?"tanya Rangga khawatir.

"Masih kuat kok"jawabku tersenyum manis.

"Hahh, kamu ini selalu menggodaku"ucap Rangga tergoda lagi.

Rangga menggenggam tanganku dengan erat seperti memapah ku agar berjalan stabil.

"Aku akan bertanggung jawab atas apa yang telah kulakukan pada kamu, jadi bergantung lah padaku setiap saat"bisik Rangga.

"Aku tahu kok. I love you"bisik ku bersandar di bahunya selama perjalanan.

WARNING...
untuk kita para jomblo atau yang belum nikah cukup senyum-senyum sendiri aja ngebayangin yang gak tahu jelasnya, hehehe..
honestly aku juga kesusahan untuk cerita + di atas 20 th karena masih polos dan belum nikah jadi harap mengerti yaa guys, aku cuma bisa ngejelasin sampai di situ doang selebihnya mikir sendiri....
Love you guys..

Share this novel

Taufik Hidayah Ritonga
2021-07-04 17:49:36 

lumayanlah tuk pemula


NovelPlus Premium

The best ads free experience