Penjelasan

Romance Completed 76642

Setibanya Rangga di perusahaan, setiap kali dia melintasi para pegawai yang berkerja mereka keheranan akan penampakan rupa leher Rangga yang menimbulkan tanda tanya.

Yang mereka ketahui adalah Rangga masih single dan sedang menjalin hubungan dengan sekertaris nya. Yah, itu semua gosip yang disebarkan oleh Jessica demi mendapatkan simpati dari Rangga juga agar tidak ada pegawai yang mendekati nya

"Pagi pak Rangga"sapa setiap pegawai yang melintasi Rangga.

"Pagi, semangat ya bekerjanya"kata Rangga dengan wajah yang berseri-seri.

"Apa mereka melakukan itu..."pikir seorang pegawai yang melintas.

"Mungkin, sekarang kan zaman nya hamil dulu baru nikah"balas teman nya.

Kini Rangga dan Jessica menjadi bahan gosip di perusahaan itu, tentu saja tidak sampai pada telinga dan mata Rangga, jikalau gosip itu sampai ketahuan pasti akan redup dengan sendirinya.

"Jessica, jadwal hari ini apa saja"tanya Rangga yang sudah sampai di ruangan nya.

"Pada pukul 08:45 kita ada rapat divisi strategi & perencanaan, pukul 10:00 bertemu dengan klien dan pukul 02:00 rapat umum kepala tim ini semua adalah laporan juga berkas yang harus ditandatangani pak"jawab Jessica.

"Oke, tolong buatkan saya kopi dan beberapa cemilan untuk menemani pagi saya"pinta Rangga.

"Baik pak"

Saat Rangga sedang memeriksa beberapa dokumen, handphonenya berdering...

"Assalamualaikum sayang"

"Wa alaikum salam"jawab Rangga.

"Mmm, kamu lagi ngapain"tanyaku

"Memeriksa dokumen yang harus ditandatangani"jawab Rangga sembari melihat berkas nya.

"Mmmm aku boleh minta tolong"tanyaku manja

"Minta tolong apa?"tanya Rangga lembut

"Vina....mau kerja di perusahaan kamu"balasku nada kecil.

"Boleh, tapi ada syaratnya"kata Rangga

"Apa?"tanyaku

"Bawain aku bekal siang ini"pinta Rangga.

"Oke, aku anterin sama resepsionis kamu saja ya"tawar ku malu kalau sampai masuk ke sana.

"Gak, langsung ke ruangan aku saja"kata Rangga langsung mematikan telepon dariku.

Rangga keras kepala kalau menyangkut tentang diriku, aku juga merasa bahagia memanjakan dia, setiap keinginan nya adalah kewajiban untuk ku.

Aku menuju ke dapur menemui pembantu yang memasak hari ini.

"Halo chef, aku boleh bantu masak gak?"tawarku menemui chef Idah yang sudah mengabdikan dirinya di rumah ini.

"Boleh dong, hari ini mau bawakan Rangga bekal ya"pikir Chef Idah yang keheranan melihat ku begitu ingin menyiapkan makanan

"Ketahuan benget ya?"balasku tersipu malu.

"Kamu bisa masak?"tanya chef padaku.

Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku, memasak adalah salah satu kekurangan yang aku miliki, tapi sampai saat ini pun belum ada keluhan terhadap ku karena tidak bisa masak.

"Kalau begitu kita buat menu yang sederhana saja untuk Rangga yaitu omelet dan bakwan"saran chef Idah padaku.

"Iya, aku suka semuanya"jawabku.

Aku membantu chef Idah menyiapkan semuanya meskipun selama proses pembuatan tentu saja mengalami sedikit masalah karena keteledoran ku.

Tangan tergores, juga terbakar karena memegang panci panas dan terlebih lagi aku menggoreng omelet menggunakan 1 liter minyak itu semua membuat chef hanya memegang kepala nya entah karena pusing atau melihat kecerobohan ku di dapur. Tentu saja aku melakukan semuanya semauku, chef membiarkan aku melakukan apapun semauku

"Untung saja kamu tidak membakar dapur ini"oceh chef Idah padaku ketika mencoba hasil jerih payahku pagi ini.

"Rasanya gimana chef?"tanyaku penuh harap

Dia hanya tersenyum setelah memasukkan sepotong omelet masuk ke mulutnya

Chef segera menaruh masakan ku ke dalam bekal "rasanya tidaklah penting tapi usahamu dalam membuat makanan ini, itu saja sudah cukup"kata chef Idah menyerahkan bekalnya padaku.

"Kalau begitu saya pergi dulu ya chef, terima kasih sudah membantu ku pagi ini" ucapku menuju bagasi mobil.

"Gadis seperti kamu cukup tersenyum saja itu membuat orang-orang sangat menyayangi dan menerima kamu apa adanya"gumam chef Idah melihat ku melangkah pergi

Tangan ku yang di penuhi dengan plester tak kuhiraukan saking senangnya bisa menyiapkan bekal untuk suami tercinta.

Sekarang pun masih pukul 11:00, aku sudah berada di depan perusahaan dan siap untuk keluar menuju resepsionis.

Aku gugup dan ini pertama kalinya buatku. Ditambah lagi rasa percaya diriku yang memakai baju santai,celana jeans pendek dan hanya lipstik yang menjadi riasan wajahku. Untung saja aku menemukan kacamata di dalam mobil jadi aku masih bisa menghindari tatapan mata mereka nantinya.

"Ada yang bisa saya bantu mba?"tanya resepsionis itu melihat ku.

"Mmm saya mau ketemu sama pak Rangga"bisik ku pada karyawan itu.

"Mba sudah buat janji?"tanya karyawan itu.

"Belum, saya cuma mengantarkan bekal ini pada Pak Rangga"balasku.

"Sepertinya mba ini pembantu pak Rangga, ahhh tapi wanita ini cantik meskipun tanpa riasan, apa mungkin wanita ini pacarnya"pikir karyawan itu sambil menatap ku.

"Biar saya antarkan saja bekalnya mba"tawar wanita itu.

"Gak bisa mba"ucapku memeluk erat bekal ini.

Aku hanya berharap resepsionis ini mengerti dan mau membantu ku

Rangga pasti akan marah dan minta sesuatu lagi jika aku hanya mengantarkan bekal ini lewat resepsionis nya.

"Kalau begitu mba tunggu di sofa itu saja mba, saya akan menghubungi sekertaris pak Rangga"kata karyawan itu menyuruh ku menunggu di sofa.

"terimakasih ya mba"ucapku dengan tenang menuju ke sofa ruang tunggu.

"Halo bu Jessica, ada seorang wanita ingin bertemu dengan pak Rangga"kata karyawan itu melalui telepon.

"Katakan saja pak Rangga sibuk. Kalau dia masih keras kepala menunggu, biarkan saja"kata Jessica kesal. Dia pasti tahu kalau wanita yang menunggu di bawah itu adalah aku.

Sementara aku menunggu sudah 30 menit di sofa tanpa ada yang mengabari ku, Hingga aku kembali menanyakan resepsionis itu.

"Apa pak Rangga sudah bisa dihubungi"tanya ku sopan

"Maaf mba, pak Rangga sibuk dan tidak bisa diganggu"jawab karyawan itu yang merasa kalau aku sangat keras kepala.

Aku kembali ke sofa menunggu dengan sabar, mencoba untuk menghubungi dia tapi aku tidak ingin mengganggu nya. Sudah sejam aku menunggu tanpa informasi yang pasti dari resepsionis itu, aku juga merasa tidak enak kalau bertanya terus dan akhirnya aku pasrah dan melanjutkan penantian ku.

Aku mencoba menyandarkan kepalaku yang mulai mengantuk karena kebosanan yang saat ini menimpaku, tidak ada teman ngobrol juga hp yang tinggal 1% sungguh membuat ku kesal.

Mereka yang tidak memperdulikan aku yang sudah tertidur di sofa dengan posisi yang sangat nyaman. Aku yang baring di atas sofa empuk ditambah lagi semua bantal sofa berada di kepala juga dalam pelukan ku.

Hingga tiba waktu istirahat untuk semua karyawan, aku yang masih melakukan pose sempurna saat tidur kini menjadi pusat perhatian setiap karyawan yang melintas.

"Siapa wanita ini?"

"Dengan nyaman nya dia tertidur di tempat seperti ini"

"Seksi banget"

"Cantik lagi"

Begitu banyak komentar yang masuk ke dalam telinga ku, tapi tetap saja aku tak mau menghiraukan nya dan masuk ke dalam mimpi yang indah.

Tiba saat Rangga keluar dari lift dia melihat beberapa orang sedang berkumpul di ruang tunggu.

Saat dia menghampiri mereka bersama dengan Jessica yang selalu mengekor meski waktu istirahat.

"Pacar siapa sih, tega banget bikin pacarnya nunggu sampai ketiduran di sofa"

"Dapat pacar kayak gini itu, langka banget cantik lagi"

"Kasihan kalau dibangunin, kayaknya dia ngantuk banget deh

Kata para karyawan itu hingga terdengar di telinga Rangga.

"Ada apa ini"tanya Rangga penasaran juga.

"Ada wanita cantik tertidur di atas sofa pak"jawab mereka

Ketika pandangan Rangga menuju ke sofa itu

Rambut ku yang sudah menjulur ke lantai, kaos yang sudah acakan juga betis mulus ku yang nampak membuat Rangga kesal.

"Biar aku saja yang mengurusnya, kalian pergi saja"kata Jessica yang melihat wajah Rangga yang kesal

Mereka pun pergi dan kini tinggal resepsionis itu yang segera menghampiri mereka karena melihat Rangga.

"Maaf pak, wanita ini menunggu bapak dari tadi hingga tertidur. Saya memberitahukan kalau bapak sibuk tapi wanita ini menunggu dan saya lupa untuk membangunkan nya"kata resepsionis itu.

"Sudahlah, lain kali kalau wanita ini datang langsung saja hubungi saya meskipun sedang sibuk. Mengerti!"kata Rangga.

"Baik pak" jawab resepsionis itu.

Rangga segera melepaskan jasnya dan menaruhnya dengan perlahan di tubuhku agar tidak terbangun.

Dengan hati-hati Rangga menggendong ku menuju ke ruangannya.

"Tolong bawakan bekal itu"perintah Rangga pada resepsionis tadi. Jessica pun kini tak dihiraukan karena telah membuat masalah lagi.

Saat berada di dalam lift aku terbangun dan kini lagi lagi dalam pelukannya.

"Kamu kok gak telfon aku sih"keluh Rangga kesal

"Hp aku mati, gak mau gangguin kamu"jawabku.

"Turunin aku, nanti diliatin orang"bisik ku yang belum menyadari kalau ada karyawan yang menemani kami di lift.

"Gak mau, kamu pasti lelah kan karena semalam kita habis olahraga"kata Rangga blak-blakan.

"Apaan sih"ucapku malu mencubit pipinya.

Saat aku melihat seseorang di belakang Rangga, aku menjadi batu
"ada karyawan kamu ngikutin kita"bisik ku pelan.

"Aku yang suruh"kata Rangga yang tidak mau melepaskan aku.

"Turunin gak?"ancam ku kesal.

"Gak, kamu kan suka kalau aku gendong di depan kayak gini"kata Rangga yang masih kesal.

Pegawai itu hanya diam melihat kami berdua.

Saat kami sudah berada di ruangan Rangga, Resepsionis itu segera pergi dan meninggalkan kami.

"Aku pikir kamu gak jadi anterin bakal"kata Rangga memeluk ku.

"Jadi dong,kan udah janji"ucapku.

"Aku cuma mikirin kamu dan aku gak tahan jauh dari kamu"kata Rangga yang sangat manja.

"Kok tiba-tiba manja banget sih, big baby satu ini"ucapku melihat wajahnya.

"Untung saja kamu datang hari ini kalau tidak, aku cemas gak lihat kamu"keluh Rangga manja

"Kamu habis ke timpuk apa sih, bikin aku merinding dengerin gombalan maut kamu itu"ucapku sudah termakan rayuan Rangga.

"Kamu pasti lapar banget belum makan, tadi aku belajar masak sama chef Idah"Ucapku sudah membuka bekal bawaanku.

"Ini bisa dimakan kan?"ucap Rangga ragu pada pemandangan bekal milikku.

"Iya dong, aku suapin ya"jawabku pede karena melihat reaksi chef tersenyum saat mencoba masakan ku.

"Ini kenapa!?"tanya Rangga kaget melihat tangan ku

"Tadi lagi masak terus luka deh"ucapku asalan

Rangga dengan sangat teliti melihat tangan ku yang terluka"mulai sekarang gak usah masak lagi!,biar aku saja"ucap Rangga tegas.

"Tapi...

"Gak ada tapi-tapian, kalau kamu masak hanya buat tangan kamu terluka, lebih baik kamu gak bisa masak selamanya"kata Rangga mengecup setiap luka di tangan ku.

"Tapi aku pengen belajar masak"keluhku manja pada Rangga.

"Aku cari uang buat kamu habisin beliin kebutuhan kamu, juga biar kamu gak kelelahan karena pekerjaan rumah"kata Rangga menatap ku penuh cinta.

"Iya iya. Aku nurutin kemauan kamu. "jawabku patuh

"Sekarang kita makan bareng yuk"ajak ku pada Rangga.

Saat suapan pertama masuk ke mulut Rangga, wajahnya berubah dan berusaha keras menelan omelet buatan ku.

"Kok muka kamu gitu...,aku cobain ya"ucapku mengambil sepotong omelet dengan ringan nya.

Rasanya seperti makan garam dan ketika aku mencoba menggigit omelet itu minyak nya keluar dari pori-pori saking banyaknya.

"Jangan dimakan lagi"

Tangan ku mencoba menahan tangan Rangga yang mau meraih bakwan buatan ku juga.

"Aku penasaran rasanya sayang"kata Rangga memelas melihat ku.

"Satu aja ya"ucapku melepas tangan nya.

"Enak"kata Rangga sudah mencoba bakwan buatan ku.

Begitulah keseharian yang aku lakukan bersama dengan orang yang aku cintai, Dia yang selalu memperlakukan aku seperti ratu membuat ku lupa akan mimpiku untuk sementara.

waktu pun berlalu begitu cepat, aku yang tanpa sadar merasa kalau hanya ada aku dan dia di dunia ini.

Tok tok..

"Pak waktunya kita rapat"kata seorang wanita yang tidak ingin aku temui, aku baru menyadari satu hal kalau Jessica berkerja di perusahaan ini dan lebih mengagetkanku adalah dia bekerja sebagai sekertaris Rangga.

Mataku langsung mengarah pada Rangga berharap dia mengerti apa yang aku inginkan saat ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience