Episode 31~Pulang telat~

Romance Completed 76642

Saat aku tiba di ruang tamu Rangga yang sudah memakai kaos putih duduk di sofa memandang ku dengan dingin.

Ice cream yang ku pesan pada Rangga kini mencair juga ikut meratapi keadaan mencekam saat itu.

"Dari mana?"tanya Rangga yang masih memangku kaki nya di sofa.

Aku yang seperti habis ketahuan bolos sekolah kini kedapatan oleh Rangga.

"Mmm, kan tadi udah izin mau pergi"jawabku.

"Udah selarut ini kok pulang lama banget"kata Rangga dingin menatapku.

Aku yang melihat jam dinding berpikir kalau ini memang sudah larut malam dan ternyata masih pukul 07:00.

Aku yang melihat jam keheranan apakah jamnya yang salah atau pemikiran Rangga yang terlalu on time.

Rangga yang saat ini kesal karena aku pulang lambat dari pertemuan itu.

"Wahhh, puding nya enak banget"ucapku segera mengambil puding pesanan ku di depan Rangga.

Aku langsung duduk di samping dia sambil memakan puding itu dengan lahap, ini juga agar aku tidak lagi di omeli sama Rangga

"Aku belum selesai bicara sama kamu sayang"kata Rangga serius

Melihat wajahnya yang serius, aku meletakkan puding itu dan menjadi gadis patuh di hadapan nya.

"Maaf aku kelamaan, Vina masih pengen ngumpul jadi aku nungguin dia "ucapku pelan sambil menunduk.

"Kenapa gak telfon aku biar dijemput?"

"Kan udah janjian pulang bareng Vina"balasku.

"Ohhh...gitu ya udah gak mau bebanin aku"cerutu Rangga ngambek padaku.

"Sayang....maafin aku ya, jangan ngambek dong"bujuk ku pada Rangga.

Namun dia hanya memasang wajah kesal dan tidak mempan akan ucapan ku

"Sayang....aku gak bisa makan puding dengan tenang kalau wajah kamu cemberut gitu, puding nya nanti hambar"bujuk ku lagi merangkul lengan nya.

"Yaudah, kalau kamu masih gak mau ngomong dan cemberut sama aku, mending aku ke atas aja sama puding ini"keluh ku beranjak dari sofa.

Tep

Rangga menahan ku dengan tangan nya yang masih terlihat kesal

"Makan nya di sini aja"kata Rangga ingin melihat ku makan dengan lahap

"Tapi udah gak cemberut lagi kan muka nya"ucap ku memastikan.

"Iya"jawab Rangga.

"Gitu dong"

Aku kini lega telah keluar dari musim dingin yang hampir membekukan ku.

Dengan manja aku segera membaringkan kepalaku di paha Rangga sambil memakan puding itu dengan nikmat.

"Sekarang aku mau tanya, kenapa Jessica bisa jadi sekertaris kamu?"ucapku santai pada Rangga.

"Dia minta tolong ke aku buat kerja di perusahaan, dan ternyata dia diangkat jadi sekertaris aku"jawab Rangga yang menatapku masih menyantap puding itu.

"Rangga, aku cuma mau bilang aku gak mau di poligami kecuali aku udah gak bisa melayani dan mengurus kamu"ucapku tenang tapi serius.

Aku mengatakan semuanya dengan santai agar semua itu bisa dicerna baik-baik oleh Rangga.

"Siapa juga yang mau poligami, satu aja udah susah banget dijagain"kata Rangga mencubit pipiku.

"Rangga, jangan deket-deket sama Jessica! Aku gak suka"kata ku cemburu dan masih melahap puding itu.

"Iya, sayang. Kamu juga jangan deket sama laki-laki di seluruh dunia ini ya"balas Rangga membersihkan sedikit krim di bibirku.

"Mmmm, kalau kak Hendra kamu izinin kan?"tanyaku menatapnya.

Cup

"Gak boleh!"jawab Rangga mengecup bibirku.

"Dia kan kakak aku, mau peluk,cium kak Hendra itu udah biasa. Belakangan ini kak Hendra selalu tanyain kabar, udah makan apa belum terus dia mau kasih aku hadiah"pujiku memamerkannya pada Rangga.

"Tapi aku gak suka dia manja ke kamu"keluh Rangga manja memelukku.

"Kamu tuh biar sama kakak aku aja cemburu kayak gini, gimana kalau sama kak Rizki ya?"pikirku masih dalam pelukan nya.

"Jangan sebut nama laki-laki lain selain aku di bibir kamu, aku makan baru tahu rasa"ancam Rangga.

"Apa sih, aku sama kak Rizki...

Cup

Dia mencium ku tanpa jeda sedikit pun dan menahan ku agar tidak bergerak dan agar dia bisa puas mengeksekusi ku

Mmhh...

"Sayang, jangan gini dong. Malu di lihatin orang"ucapku menahan nya.

"Gak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita"kata Rangga melanjutkan ciumannya di atas sofa bersama ku.

"Udah! Aku ngalah, kamu tuh hebat banget"

Aku memang mengakui Rangga ahlinya dalam melakukan hal yang seperti ini

"Lanjut lagi gak? Ke kamar yuk"ajak Rangga yang mulai tergoda olehku.

"Gak, yang semalam aja masih kerasa sampai sekarang"keluhku.

"Aku bakalan lembut"balas Rangga dengan jawaban yang pasti.

Dia segera beranjak dari sofa dan menggendong ku lagi menuju kamar.

"Ini belum terlalu malam Rangga"ucapku

"Biar bisa banyak ronde"jawab Rangga asalan

"Aku belum mandi!"keluhku.

"Gak apa-apa, aku suka aroma kamu"jawab Rangga

"Aku belum sikat gigi"ucapku lagi.

"Aku suka bibir kamu yang manis"jawab Rangga yang sudah menaiki tangga

"Tapii...puding nya belum habis, aku masih mau"ucapku manja menatapnya penuh harap.

Rangga menghela nafas dan berhenti di tengah tangga

"Masa suami minta jatah kamu nya gak peka, aku harus gimana sih biar kamu peka sayang.Hari ini nurut sama aku ya"bujuk Rangga mengharapkan kepastian.

Aku begitu ragu untuk mengatakan iya, apalagi wajahnya yang sudah tidak karuan dan sangat menginginkan aku membuat ku gagap dan gugup untuk berkata.

"Kalau kamu diam berarti jawaban nya IYA"kata Rangga mengambil kesimpulan.

Dan akhirnya aku pun mengikuti keinginannya

"Rangga, kenapa sekarang pikiran kamu selalu mesum ya"tanyaku yang sudah berada di ranjang bersama Rangga

"Ran sayang, semua pria yang udah nikah itu pasti mesum sama istrinya, kamu aja yang terlalu polos sayang"bisik Rangga.

"Terus gimana dong?"tanyaku yang masih mengharapkan puding coklat yang sangat enak itu.

"Lanjut dong"jawab Rangga.

Sudah mengikuti iramanya yang begitu lembut, aku pun mengalungkan jemariku di bagian saliva nya.

"Sayang, sebenarnya aku peka sama apa yang ada di pikiran kamu"ucapku.

"Mm, terus"balas Rangga yang masih sibuk menatap juga mengecup setiap inci dari tubuhku.

"Lihat aku dulu"pintaku menarik wajahnya tepat di wajah ku.

"Sayang, ini tuh bukan waktu nya untuk cerita"ucap Rangga yang terkekeh pada perlakuan ku pada nya.

"I love you"ucapku perlahan menuju bibir sempurna tepat berada di hadapanku.

Dia kaget melihat responku yang tadinya ingin menolak dan sekarang menyerang lebih dulu.

Tentu saja dengan senyuman penuh gairah dia membalas kecupan spesial ku persembahkan untuk dia suamiku.

~~~~~

Pada pukul 05:00

Pelukan yang tidak pernah lepas dariku sedang terlelap dengan senyuman hangat di wajahnya.

Aku yang subuh ini merasa perutku sedang mengaung dan menimbulkan rasa sakit yang masih bisa ku tahan hingga saat ini.

"Kenapa sayang? Kok dari tadi gerak mulu"tanya Rangga yang merasakan pergerakan tubuhku.

Karena sakitnya makin lama semakin menyiksaku aku segera menuju ke kamar mandi.

"Mmhh"keluhku dengan suara kesakitan berlari menuju kamar mandi.

Rangga segera memakai celana pendek miliknya dan beranjak menghampiri ku

"Kamu kenapa sayang?"panggil Rangga cemas menunggu di depan kamar mandi.

Begitu keluar dari kamar mandi terlihat Rangga sangat cemas melihatku begitu pucat.

"Perut aku sakit"keluh ku manja langsung masuk ke dalam pelukan Rangga

"Kok bisa sakit, semalam kamu makan apa sih?"tanya Rangga lembut.

"Gak tahu"jawabku yang masih berada dalam pelukan nya.

"Aku ambilin obat ya di bawah?"tawar Rangga menatap sekeliling mencari pakaian untuk menutupi dirinya.

Kaos semalam yang di pakai Rangga kini sudah berada di tubuhku.

"Gak usah pergi, aku mau bobo aja dipeluk sama kamu"pintaku manja sembari menyentuh posisi letak kesakitan yang ku alami.

Rangga segera membawaku menuju ke kasur dan kembali masuk ke dalam selimut yang hangat itu.

"Suaranya jangan ditahan sayang, kalau sakit keluarin aja suara kamu"kata Rangga yang masih setia menemaniku di dalam pelukan nya

Beberapa saat kemudian aku kembali lagi berlari menuju ke kamar mandi. Tidak salah lagi, aku diare di pagi yang dingin ini.

Saat kembali ke kasur, Rangga yang menyempatkan diri ke bawah mengambil kotak P3K beserta air hangat juga roti yang dipanaskan sudah berada di meja sofa dekat ranjang ku.

"Sarapan dulu ya, habis itu minum obat"perintah Rangga yang sangat sibuk mondar mandir mengurusku.

Entah bahagia atau keanehan yang aku alami saat ini, melihat Rangga mengurusku seperti seseorang yang sakit parah padahal hanya diare dia sangat cemas melihatku yang daritadi hanya diam sambil melihat dia mondar mandir.

"Sayang, aku tuh cuma diare bukan mau mati kok reaksi kamu berlebihan banget sih"kata ku menepuk sofa kosong memanggil Rangga duduk di samping ku.

"Ini pertama kalinya aku urusin orang sakit, aku gak tahu harus ngapain"keluh Rangga sudah berkeringat menghampiri ku

"Aku baik baik saja sayang, cukup aku meluk kamu kayak gini aja udah mujarab banget"pujiku merasa iba melihat Rangga.

"Aku mandi dulu ya, udah keringatan bolak balik kamar habis itu aku temenin kamu bobo lagi"kata Rangga menyelimuti ku dengan selimut di atas ranjang.

Aku mengangguk menunggu Rangga keluar dari kamar mandi, sakit perut yang aku alami juga mulai hilang berkat Rangga yang sigap menjagaku.

Cekrek

Terdengar pintu kamar mandi dibuka, aku merasa sepertinya Rangga mandi sangat cepat.

Tampak tubuh yang six pack juga celana pendek yang menutupi adik kecilnya itu begitu indah di pandang.

"Sayang, cepetan masuk sini"panggilku manja membuka selimut yang menutupi ku.

Rangga tersenyum bahagia melihatku begitu agresif pagi ini"kalau saja kamu gak sakit sepertinya aku akan kehilangan kendali lagi karena tingkah mu itu "batin Rangga menelan Saliva nya.

Dengan senang hati dia masuk ke dalam selimut tawaranku, wangi sabun yang masih melekat di tubuhnya begitu menenangkan ku

"Kok manja banget hari ini?"tanya Rangga menyentuh wajahku.

"Bentar lagi kamu berangkat kantor, terus aku sendirian di rumah gak ada temen"keluhku manja.

"Apa hari ini aku gak usah masuk?"tanya Rangga cemas menatapku.

"Gak boleh dong, kamu harus kerja. Aku cuma gak mau buang buang waktu yang sedikit ini bersama kamu"ucapku mengelus dada Rangga yang kekar.

"Atau kamu ikut aja ke kantor sama aku"ajak Rangga merasa bersemangat ingin membawaku.

"Aku di rumah aja sambil rebahan di kamar sekalian nonton Drakor nungguin kamu pulang"ucapku masih dalam pelukan nya.

Rangga merasa kecewa ketika aku menolaknya pergi bersama ke kantor tapi dia mencoba menyembunyikan nya ada diriku karena keadaan ku saat ini

"Perut nya masih sakit?"tanya Rangga memastikan keadaanku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan masuk ke dalam selimut

Menutupi seluruh tubuhku dan memeluk Rangga, aku merasa mengantuk karena efek obat yang tadi Rangga berikan.

"Huh, bahaya kalau gini terus. Bisa-bisa gunung berapi yang sudah mati aktif kembali. Pikiran bersih, pikiran bersih,pikiran bersih"batin Rangga ingin berteriak menahan sentuhan ku.

Aku akhirnya terlelap di pagi yang gerimis menerpa di luar, makin membuat kami lupa kalau matahari sudah terbit dan Rangga pun beranjak dari ranjang menuju closet mempersiapkan diri pergi ke kantor.

Yang biasanya aku membantu nya mempersiapkan peralatan untuk ke kantor kini dia membiarkan aku yang masih terlelap dengan nyenyak. Mungkin karena tadi aku kesakitan jadi dia tidak tega membangunkan aku.

Saat aku membuka mata, terlihat dia sudah sangat rapi memakai setelan jas biru tua yang membuatnya terlihat gagah.

"Tidur lagi gih, aku udah mau berangkat ke kantor"perintah Rangga mengelus kepalaku.

"Aku anterin sampai ke depan ya"paksa ku beranjak dan memperbaiki jas Rangga.

"Emang bisa jalan ke depan, masih kuat?"tanya Rangga.

"Iya, perut aku udah mendingan kok. Sebagai istri yang baik aku harus anterin suami dong biar keren gitu"ucapku tak karuan.

"Siang minum obat lagi ya, nanti biar aku suruh pembantu kita jagain kamu di kamar"pinta Rangga masih cemas padaku.

"Iya,iya. Kamu udah sarapan?"tanyaku yang lupa menyiapkan sarapan di bawah.

"Tadi aku makan roti yang gak kamu habisin juga tadi aku udah seduh teh di bawah"jawab Rangga.

Mendengar apa yang Rangga katakan membuat ku sedih, karena aku, dia sarapan seadanya saja tanpa mengeluh kepada ku.

"Maafin aku ya gak bisa buatin kamu sarapan karena gak bisa masak. Aku memang bukan istri yang sempurna buat kamu"ucapku mencoba menahan air mataku.

Aku seperti ditampar ribuan kali karena kekurangan yang aku miliki. Aku merasa sedih bahkan suamiku tidak pernah mengeluhkan hal itu.

Air mataku mulai bercucuran karena merasa bersalah pada nya.

"Kok nangis, kamu kan gak ngelakuin kesalahan"kata Rangga lembut menghapus air mataku.

"Hiks hiks, Aku... malu Rangga, aku.. sedih gak bisa hiks,hiks ngurusin kamu dengan baik"keluhku

"Sayang tugas seorang istri itu cuma tiga yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui sisanya adalah tugas kita berdua. Dengan kamu memilih ku sebagai seorang suami itu sudah sangat sangat aku syukuri. Jadi gak usah merasa bersalah ke aku, cukup kamu jadi istri yang manja itu sudah sangat cukup buatku"kata Rangga

"Beneran?"

"Iya sayang, beneran"

"Serius?"

"Duarius sayang, jangan nangis lagi ya"bujuk Rangga menghibur ku.

Aku menganggukkan kepala ku, merasa lega dengan apa yang dijelaskan nya.

Sekali lagi dan kesekian kalinya aku jatuh hati pada seseorang yang selalu menganggap ku sempurna dengan kekurangan yang aku miliki.

Kehadiranmu di kehidupan ku adalah anugrah terindah yang tuhan berikan kepadaku.

Selepas percakapan mengandung bawang itu, aku berjalan menyusuri tangga bergandengan tangan dengan Rangga menuju ke halaman rumah.

"Aku pergi ya sayang, cup"pamit Rangga dengan ciuman juga pelukan perpisahan.

"Hati-hati ya.Pulangnya jangan kemaleman"pintaku sambil mencium punggung tangan Rangga.

"Assalamualaikum"

"Wa alaikum salam"balasku melihat mobil Rangga menjauh dari pandangan ku.

Saat aku mau melangkah masuk ke rumah, mobil papa melintasi pintu gerbang masuk ke halaman rumah saat itu juga aku bergegas menghampiri mereka.

"Mama"panggilku melihat mama Rangga keluar dari mobil.

"Aku kangen sama mama"pelukku pada mama Rangga.

"Mama juga rindu sama kamu cantik"balas mama

"Mah, aku berangkat dulu ya"kata papa berpamitan

"Iya, bye pa"kata mama masuk bersama ku ke rumah.

"Gimana hasilnya? berhasil apa enggak"tanya mama menatapku penuh harap.

Aku yang masih kebingungan akan pertanyaan mama kini mulai mengerti akan pertanyaan itu.

"Berhasil mah"jawabku malu malu.

"Alhamdulillah, jadi kapan mama nimang cucu"tanya mama tidak sabaran.

"Emang langsung jadi ya mah?"tanyaku polos.

"Gak juga sih, tapi jangan absen ya tiap malam biar cepat dapat momongan"pinta mama.

Aku yang yang sudah terbiasa dengan sikap absurd mama akan hal itu, untung saja mama mengerti akan kondisi di mana aku harus konsultasi pada sesuatu yang seperti itu.

jangan lupa coment, dan support aku ya dengan cara kasih aku rate 5 bintang.
love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience