episode 45

Romance Completed 76642

Aku berjalan dengan keadaan tidak punya tenaga lagi, air mata kebebasan mengalir deras membasahi wajahku.

Mereka berlari ke arahku dengan tatapan sangat cemas.

Belum sempat aku terjatuh kerena sudah tidak ada tenaga lagi akhirnya aku masuk ke dalam pelukan seseorang yang sangat aku nantikan

"Maafkan aku terlambat menemukanmu" kata Rangga mendekapku erat.

Dia melepaskan tali yang mengikat tanganku dengan hati hati karena sudah melekat dengan kulitku.

Ketika dia melihat Darah terus mengalir di kepalaku, bibir yang terluka akibat tamparan, tangan dan kaki yang sudah lebam, keadaanku yang sudah gemetar membuat Rangga menatap tajam Dirga yang mencoba melarikan diri tetapi dia sudah dikepung dari segala arah.

"Bajingan!!!" teriak kak Hendra menghampiri Dirga yang berada di hadapan kami sejauh 15 meter.

"Aku tahu hiks hiks kamu pasti datang hiks hiks" ucapku tersenyum lega bisa melihat mereka lagi.

Saat kak Hendra mendekati Dirga yang sudah mengeluarkan pisau dari tas milik nya. Tapi kak Hendra bisa mengalah nya karena bela diri yang dikuasai nya

Kak Hendra memukulnya hingga babak belur, ketika kak Hendra puas dia segera menghampiri ku yang kini berada di pelukan Rangga.

"Ran"panggil kak Hendra melihatku dari kaki hingga kepala dengan keadaan yang sangat menghawatirkan.

"Kak Hendra"ucapku ditarik masuk ke dalam pelukan nya.

"Aku akan membunuh mu!!" seru Rangga yang memberikan ku pada kak Hendra yang menghampiri ku.

Kini giliran Rangga yang melepaskan amarahnya pada Dirga

"Aku rela kamu memukul ku asalkan berikan Ran padaku. Aku sangat mencintainya" kata Dirga yang masih bisa tersenyum.

"Aku tidak perduli akan dosa yang kulakukan padamu, aku akan membunuh mu!" teriak Rangga yang sudah hilang kesadaran hingga ingin membunuh Dirga.

Polisi kini bergerak menahan Rangga yang masih memukuli Dirga yang sudah tidak sadarkan diri

"Jangan menahan ku! Biarkan aku membunuh pria Bajingan Brengsek ini"kata Rangga di luar kendali

"Kak, aku.....

Belum sempat aku mengatakan apa yang ada di pikiran ku penglihatan ku mulai gelap dan aku tak sadarkan diri

"Ran!!!!" teriakan terakhir kak Hendra yang kudengar saat aku sudah tidak sadarkan diri

Kini mereka membawaku ke rumah sakit tanpa sepengetahuan ku.

Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit di ruang VIP.

"Ran... dadaku begitu sesak melihat mu seperti ini" batin Rangga berada di sebelah ku

Rangga yang menggenggam tanganku dengan erat juga mama Rachel, papa Aditya kak Hendra yang sedang duduk di sofa ruangan itu menanti ku sadar kembali.
Dan yang lainnya menunggu di luar

"Rangga" panggilku lemah.

Rangga yang mata nya berkaca-kaca menatapku penuh kekhawatiran.

Sementara mereka yang menghawatirkan aku hanya bisa melihat dari kejauhan karena takut nanti membuat ku terganggu

Mama Rachel yang juga berlinang air mata karena tidak sanggup melihat keadaanku

"Aku mau pulang" pintaku menatapnya.

"Kamu masih butuh perawatan di sini Sayang" jawab Rangga lembut.

"Aku takut di sini Rangga, aku takut" ucapku melihat sekeliling yang hampir sama dengan ruangan ku disekap.

"Aku mau pulang" keluhku lagi dengan air mata yang perlahan mengalir

"Oke, kita pulang ya. Aku panggil dokter dulu ya" pinta Rangga melepaskan tanganku

"Gak!, jangan ninggalin aku Rangga aku takut!" ucapku segera bangkit dan memeluknya erat, tidak ingin membiarkan dia jauh dariku.

"Biar aku saja Rangga" kata kak Hendra keluar ruangan tidak tega melihatku.

Tangisan ku memecah di ruangan itu, Rangga yang juga ikut menangis melihat keadaanku yang tidak stabil sedangkan mama hanya bisa bersandar di bahu papa di sofa

Sahabatku hanya bisa menatapku melalui kaca pintu dari kejauhan

Pikiran ku mengarah kemana-mana aku tidak bisa berfikir dengan tenang, kejadian itu selalu berputar mengitari kepalaku. Aku merasa selalu dihantui dengan kejadian itu.

Aku hanya merasa aman ketika berada di dekat Rangga, itu sebabnya aku selalu memeluknya dan tidak ingin jauh dari nya.

"Rangga, segera bawa Ran kembali ke rumah dia akan mendapatkan perawatan di tempat yang membuat nya tenang" kata kak Hendra.

"Kita balik yuk" kata Rangga yang mengambil infus dan segera menggendong ku menuju ke mobil.

"Tante, om. Dokter ingin bertemu dengan kalian" tutur kak Hendra menghentikan mereka saat ingin kembali ke rumah mengikuti kami.

Aku memeluknya erat dengan nafas yang masih tersedu-sedu, semua orang yang melewati kami sepanjang jalan rumah sakit terharu melihat kami berdua.

"Aku janji akan jaga kamu dan gak akan membiarkan kamu di sentuh oleh orang lain" kata Rangga menyentuh pergelangan tanganku yang lebam dan mencoba untuk mengecupnya.

Apa yang Rangga sedang lakukan padaku saat ini kembali mengingatkan ku pada kejadian itu, aku menarik tangan ku kembali hingga membuat Rangga terkejut.

"Jangan menyentuh ku seperti itu, aku takut" pintaku yang membuat Rangga berfikir keras.

"Apa yang telah bajingan itu lakukan padamu hingga jadi seperti ini" pikir Rangga sangat sangat marah.

Aku hanya menutup mataku sepanjang perjalanan, menyandarkan kepalaku di bahu Rangga.

Setibanya aku di halaman rumah, Rangga kembali menggendong ku dengan hati hati, aku masih memakai baju pasien langsung masuk ke dalam kamar.

"Akhh" keluhku kesakitan saat Rangga menurunkan ku ketika mencoba menurunkan ku berdiri tegak.

"Maaf"kata Rangga membantu ku duduk di atas kasur.

Saat Rangga mencoba memeriksa kakiku yang tertutupi celana pasien, wajahnya berubah menjadi sangat marah tapi dia mencoba menyembunyikan nya padaku.

"Entah pada siapa aku ingin melampiaskan amarahku saat ini" batin Rangga melihat kakiku yang lebam nya sangat parah hingga membuatku tidak bisa berdiri sendiri.

Lebam itu di dampingi dengan luka akibat ikatan tali yang sangat ketat hingga menggerakkan kaki pun aku merasa sakit.

"Rangga?"panggilku melihat nya sedang menatap kakiku dengan serius.

"Kamu baring lagi ya, aku akan menemani kamu di sini" pinta Rangga perlahan menyandarkan kepalaku di bantal yang sudah tersusun rapi.

"Aku hampir saja kehilangan kamu Ran, ini semua karena kelalaian ku menjagamu" keluh Rangga duduk disampingku

"Aku lapar Rangga" keluhku pada dia.

"Aku ambilin ya" kata Rangga ingin meninggalkanku.

"Aku ikut" ucapku segera bangkit hingga membuat infus nya terlepas saking takutnya ditinggal sendiri.

"Maaf, aku lupa kalau kamu takut ditinggal" kata Rangga selalu meminta maaf ketika melakukan sesuatu yang melukai ku.

Dia hanya menelfon pelayan untuk membawakan makanan untuk kami.

Saat makanannya sudah tiba, dengan hati-hati Rangga menyuapiku agar tidak terkena sudut bibirku yang terluka.

Bubur berserta sup hangat masuk dengan lahap ke mulut ku,

Saat memberiku minum dengan segelas air tanpa sengaja menyentuh luka di bibirku hingga membuatku mengeluh sakit.

Mmm!

"Maaf, ini salahku"kata Rangga merasa bersalah.

Rangga merawat ku dengan lembut dan serba hati-hati agar tidak melukai perasaan ku.

Hingga kini dia memelukku di ranjang yang saat ini kami tiduri.

"Kamu tidur ya, aku gak akan ninggalin kamu dan gak akan pernah lepas dari kamu" kata Rangga menenangkan aku.

"Janji?" tanyaku memberikan nya janji kelingking.

"Iya, janji" balas Rangga mengaitkan kelingkingnya.

Aku segera menutup mataku di dalam pelukan hangat Rangga yang tidak pernah mengalihkan pandangannya dariku.

"Mata sembab ini, bibir yang manis ini dan rambut yang biasanya ku belai hingga membuat mu tertidur" kata Rangga pelan tapi masih bisa ku dengar dengan jelas.

Suara Rangga mulai samar dari pendengaran ku, setiap kata yang keluar dari bibirnya menjadikan ku damai hingga membuatku tertidur.

Saat ingatan itu mulai mengusik dalam tidurku hingga memberikan reaksi pada mereka yang menyaksikan psikis ku yang tidak stabil.

"Rangga!!

"Aku takut...

"Kenapa kamu tidak datang...

"Tolong aku...

"Pa, ma, kak Hendra...

Hiks hiks hikss

Teriakan ku membangunkan mereka yang masih terjaga di kamarku apalagi Rangga yang 24 jam siap sedia.

"Ini aku sayang, kamu tenang ya" kata Rangga menahan ku bergerak tidak karuan karena mimpi buruk yang selalu mengintai ku.

"Apa yang harus aku lakukan agar membuatmu tenang dan tidak menangis lagi" kata Rangga yang sudah tidak tahu harus berbuat apa.

"Rangga, kita harus bicara" panggil mama dari luar.

"Biar aku yang menjaganya" kata kak Hendra menghampiri ku.

"Lelaki itu selalu ada dalam pikirkan ku kak, apa aku akan baik-baik saja?" tanyaku ketakutan setengah mati.

"Dia tidak akan pernah menyentuh mu lagi Ran, aku akan menjagamu" kata kak Hendra menyembunyikan air matanya.

"Rangga, saat ini psikis Ran sedang kacau, trauma yang dialaminya kini hanya bisa disembuhkan oleh orang-orang yang dicintainya yaitu kamu" kata mama.

"Dengan cara apa aku menyembuhkan dia mah, sentuhan ku saja membuatnya takut dan membuat nya teringat akan hal itu"keluh Rangga pasrah.

"Apa kamu melihat ketakutan di wajah nya, saat ini dia berada di sebuah ruangan gelap yang tidak ada seorang pun di dalamnya. Hanya kamu yang bisa membuat ruangan itu menjadi terang Rangga. Mama sama papa percaya kamu pasti bisa, aku tahu saat ini kamu juga terpukul akan kejadian ini tapi yang merasakan dampak lebih adalah Ran dia tidak akan bisa sembuh kalau kamu lemah seperti ini Rangga, kami akan membantu mu" kata mama menguatkan Rangga.

"Aku percaya kamu pasti bisa melewati ini semua Rangga" kata papa memberikan semangat pada Rangga

"Aku akan berusaha sekuat tenaga demi membuat Ran kembali seperti dulu lagi" kata Rangga.

Saat Rangga kembali ke kamar dia melihatku sedang dalam pelukan kak Hendra dengan nafas yang tersedu-sedu tanpa tangisan

"Dia sudah tertidur Rangga" kata Kak Hendra perlahan membaringkan ku.

Entah mengapa ketika aku menutup mataku tetap saja aku masih mendengar suara mereka yang masih berinteraksi.

"Biar aku saja kak yang menjaganya, kak Hendra istirahat saja di kamar sebelah agar mudah saat ingin melihat kondisi Ran kalau kakak cemas. Sekarang sudah pukul sebelas malam" pinta Rangga pada Kak Hendra.

"Panggil aku kalau butuh sesuatu" pinta kak Hendra meninggalkan kamar kami.

"Aku akan membuat mu melupakan kejadian itu hingga aku bisa melihat senyuman mu menatapku dengan bahagia" kata Rangga yang ikut terlelap memelukku malam itu.

menurut kalian ceritanya happy ending atau sad ending? Comment dan beri Rating yaa

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience