episode 41

Romance Completed 76642

"Oppa, oppa, ini Indonesia bukan di korea. Nanti orang pikir istri aku milik kakek-kakek karena gak ngerti ucapan kamu" ketus Rangga melihat Jennie kebingungan.

"Sayang, dia ini masih beradaptasi. Jangan gitu" bisikku pada Rangga.

"Habis dia ngomong gitu, aku naik darah nih" keluh Rangga merajuk

"Jennie, ambil aja punya aku. Kita nonton bareng di sini biar Jennie gak kesepian" bujuk ku lembut pada Jennie agar dia tidak marah pada Rangga.

"Terus punya kamu gimana?" tanya Rangga melihat ku memberikan minuman milikku pada Jennie.

"Kita segelas berdua aja, nanti kalau kamu mau popcorn nya biar aku ambilin" bisik ku pada Rangga.

Dia setuju dengan arahanku dan kini dia kembali ceria lagi karena aku menggenggam tangan nya.

Saat filmnya dimulai orang-orang sangat antusias melihat nya, sedangkan aku tegang pada suasana film yang selalu tiba-tiba hantu nya muncul di layar hingga membuat ku kaget.

"Ma..." teriak ku mengagetkan Jennie dan Rangga.

"Mau aku peluk?" tanya Rangga.

"Enggak usah" jawabku malu pada Jennie yang memerhatikan kami.

Hingga film selesai aku hanya menghabiskan minuman dan menyembunyikan wajahku dengan tangan ku.

"Oppa!" panggil Jennie pada kak Rizki yang berjalan menghampiri kami sudah keluar dari bioskop.

"Sudah selesai nonton nya?" tanya kak Rizki lembut pada adiknya.

"Em. Aku nonton sama eonni" jawab Jennie sangat semangat.

"Hai kak!" sapa ku ramah.

"Terimakasih sudah menemani adik ku" kata kak Rizki pada ku.

"Cuma kebetulan doang ketemu di dalam jadi bisa barengan" jawabku.

"kita pergi yuk sayang, aku laper" keluh Rangga seperti anak kecil.

"Kalau gitu, aku pergi dulu ya kak. lain kali kita ngobrol lagi ya kak. Bye Jennie" ucapku melambaikan tangan pada mereka karena Rangga sudah menarik ku menjauh.

"Enggak ada lain kali, pokoknya kamu jangan dekat-dekat sama mereka" kata Rangga kesal.

"Kalau kak Rizki sih boleh aja, tapi kalau Jennie ya gak bisa dong sayang dia kan perempuan, anaknya lembut banget" pikirku sepanjang jalan Mall.

"Gadis itu suka banget nempel sama kamu, pokoknya harus izin ke aku dulu" oceh Rangga sepanjang perjalanan di Mall

"Sayang" panggil ku.

"Kenapa?" tanya Rangga

"Pengen ke toilet" keluhku

"Ngapain?"

"Aku gerah, mau lepasin hoodie ini" jawab ku

"Aku tunggu di sini ya" pinta Rangga menjagaku di depan toilet wanita.

Aku kegerahan karena memakai baju kaos tebal ditambah lagi hoodie yang masih melekat di tubuhku di siang hari ini.

Rambut yang terurai kini ku kepang agar lebih leluasa bergerak.

"Udah selesai?" tanya Rangga memastikan.

"Udahhhh... pokoknya hari ini aku mau pulang malem. Kita mampir di festival dulu tapi sebelum itu aku mau beli skincare, boleh gak?" tanya ku menggandeng tangan nya sepanjang Mall.

"Boleh lah, apasih yang enggak buat kamu" kata Rangga.

Kami mampir membeli skincare milikku di sebuah store kosmetik yang ramai pengunjung.

"Saya mau yang Ini, ini dan ini" pinta Rangga pada karyawan itu.

Rangga membeli sepaket peralatan make up yang sangat bermerek untukku belum lagi dengan produk yang sudah biasa ku pakai semuanya Rangga beli.

"Rangga, ini semua kebanyakan" ucapku pada Rangga.

"Biar aja kebanyakan, nanti kita kasih juga buat Muti di Bandung" tutur Rangga mengajak ku lagi menuju ke sebuah store pakaian terkenal

Aku memilih pakaian yang sesuai dengan selera ku tetapi untuk seseorang

"Sayang, keren gak?" tanyaku pada Rangga menunjukkan baju pria yang seukuran dengan nya.

"Keren, aku suka" jawab Rangga berharap.

"Saya mau setelan yang ini ya mbak" pintaku pada karyawan penjaga toko itu.

"Makasih ya sayang" ucap Rangga tersenyum bahagia.

"Baju ini untuk kak Hendra" ucapku menuju ke loker pembayaran dan mengeluarkan ATM milikku.

"Pakai ini saja mba" kata Rangga memberikan ATM milik nya dan mengambil ATM milikku.

"Kan aku belinya buat kak Hendra, ya harus pakai uang aku dong. Sini ATM aku" pintaku pada Rangga.

"Mulai sekarang ATM kamu khusus buat aku aja dan ATM aku terserah kamu mau ngapain" pinta Rangga.

"Duit aku gak sebanyak isi ATM kamu loh" jawabku pada Rangga.

"Makanya uang kamu itu sangat berharga buat aku, jadi setiap kali belanja pakai ATM aku aja. Milik kamu aku sita" kata Rangga.

"Mba, jadi bayarnya pakai ATM yang mana?" tanya karyawan kasir itu di depan kami yang masih berdebat.

"Yang ini mba" jawab Rangga memberikan ATM miliknya.

Karyawan itu sudah kesal menunggu kami membayar tagihan baju pesanan kami.

"Memangnya kak Hendra ngasih hadiah apa sih ke kamu sampai adiknya ini udah gak perhatiin aku sama sekali" keluh Rangga saat kami melangkah keluar dari store itu.

"Ada dong, hadiahnya cantik banget" jawabku tidak ingin memberitahu Rangga

"pokoknya kamu gak usah...

loh sayang kok berhenti sih. Sini..." panggil ku pada Rangga yang tanpa sadar sudah kutinggalkan.

Ku pikir dia mengikuti ku saat berjalan tadi ternyata dia sedang kesal padaku.

"Gak mau!" ketus Rangga

Astagfirullah...

Kenapa suamiku seperti ini, aku harus membujuk nya setiap kali dia cemburu atau kesal.

Cup

Aku mengecup pipi Rangga lembut

"Hadiah yang kak Hendra kasih itu gelang ini" ucapku pada Rangga sembari menunjukkan gelang pemberian kak Hendra yang sudah ku pakai.

"Cantik kan, kamu sih tidak menyadari gelang cantik aku" keluhku manja agar membuat Rangga luluh.

"Karena yang paling cantik di dunia ini itu kamu, jadi yang lain itu gak ada artinya" gombal Rangga.

"Dasar anak kecil!" ledek ku mengajaknya menyusuri setiap toko yang selalu ramai karena hari libur.

"Kalau gitu aku mau kasih hadiah kamu juga" kata Rangga mengajakku masuk ke toko perhiasan.

"Mmm, saya mau yang ini" tunjuk Rangga pada sebuah lemari kaca mewah yang di dalamnya sepaket perhiasan yaitu kalung, gelang, anting dan cincin.

"Ini produk yang baru saja launching di toko kami dan sangat populer di kalangan para lelaki untuk kekasih mereka. Perhiasan ini adalah yang terakhir di seluruh pasaran" kata karyawan itu.

"Gak ada penolakan, ini kan hadiah" kata Rangga mengancam ku

"Iyaaaa" jawabku tergiur pada perhiasan yang gemerlapan itu.

"Selanjutnya kita beli pakaian buat kamu" kata Rangga yang lebih bersemangat membawaku menghabiskan uang nya.

Semua keinginan Rangga adalah perintah untuk ku jadi tidak akan pernah ada penolakan.

"Tunggu dulu" tolak ku menahan Rangga.

"Kenapa?" tanya Rangga.

"Ice cream" bujuk ku pada Rangga.

"daritadi kamu pengen makan ice cream kan?" tanya Rangga.

"Em em, yuk beli ice cream" jawabku memaksa Rangga menuju ke tempat ice cream.

"Kamu pesan aja dulu, aku mau simpan barang belanjaan di mobil" pinta Rangga.

"Ikutttttt, aku gak mau sendiri di sini" ucapku ingin membantu Rangga membawa barang yang sangat banyak.

"Gak usah, kamu pesan aja. Nanti kamu kecapean bolak balik. Biar aku aja" kata Rangga meninggalkan ku di keramaian sendirian.

"Jangan lama-lama" ucapku lantang melihat Rangga sudah menjauh.

Beberapa menit kemudian aku menunggu Rangga sembari memegang dua ice cream milikku juga untuk Rangga.

Aku menatap ice cream yang mulai meleleh dan harus segera di lahap, tapi Rangga masih juga belum terlihat.

"Rangga... ice creamnya udah meleleh" keluh ku lemah sangat ingin menyantap nya, tapi aku sangat ingin menyantap nya bersama Rangga. Dan intinya aku harus menunggu Rangga.

"Kok gak dimakan?" tanya Rangga menghampiri ku.

"Aku nungguin kamu biar bisa makan bareng" jawabku memberikan bagian Rangga.

"Kamu tuh... bikin aku terharu" kata Rangga memelukku.

"Ihh... kita diliatin orang tuh. Aku malu tahu" ucapku tersipu malu.

"Kamu selalu bikin aku berdebar" kata Rangga.

"Kalau gitu ice cream kamu buat aku aja ya" bujuk ku pada Rangga.

"eeiittttt tidak bisa, nanti sakit perut lagi. Ini kan punya aku" ledek Rangga.

"Kalau punya aku habis gimana?" tanyaku berharap miliknya.

"Tetap aku gak kasih sayanggggg" jawab Rangga merangkul ku

"Ihhh, Rangga jahat" keluhku.

"Pokoknya gak bolehhhh" jawab Rangga bercanda dengan ku

Seperti inilah jika kami berkencan, tujuannya selalu bioskop, Mall, belanja dan bermain seperti pasangan lainnya. Tidak ada kata bosan meskipun selalu itu saja tujuannya asalkan bersama Rangga itu sudah sangat membuat ku bahagia. Candaan juga sikap manjanya selalu membuat ku terkekeh dan salah tingkah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience