"Ini mbak bakso sama es teh nya"kata pelayan kantin itu.
"Terimakasih"ucapku dan Vina
"Gue iri deh sama lo Ran, punya suami ganteng mapan dan manjain istrinya banget!!!"puji Vina padaku.
Aku hanya tersenyum membalasnya entah apa yang harus aku katakan pada wanita singles yang berada di hadapanku.
"Ran, kenapa kamu gak kerja di perusahaan suamimu, padahal kamu itu berbakat banget kamu bisa 5 bahasa terus strategi strategi kamu itu selalu diterima dan dijadikan penelitian oleh profesor kita"tanya Vina sedang membumbui baksonya.
"Mmmmm, mimpi aku bukan berkerja di perusahaan Vin, kamu kan tahu cita cita aku mau jadi apa"jawabku
"Iya Ran aku tahu, jadi sekarang rencana kamu apa?"tanya Vina
"Mmm.....fokus ke suami dulu"jawabku berbunga-bunga.
Uhuk uhuk...
"Dasar pengantin baru! Mukanya berseri-seri terus. Apalah dayaku yang jomblo ini"keluh Vina wanita singles selera tinggi.
"Tuh. Reza aja udah punya pacar, kamu aja yang sok jual mahal sama cowok"ledek ku pada Vina.
"Dia itu bukan tipe aku Ran, mmmm...tapi kayaknya ada deh akhir akhir ini yang bikin aku gak bisa tidur"pikir Vina.
Aku hanya fokus pada bakso yang mulai dingin di hadapanku karena Vina yang tidak pernah berhenti mengajak ku berbicara.
"Siapa"tanyaku yang pura pura merespon perkataannya.
"Kak Hendra!"
"Ohhh.....hah?What!!!, are you crazy?" aku kaget mendengar nama itu dari mulutnya.
"Kok responnya gitu sih Ran"kata Vina dengan tatapan kosongnya
"Amit amit gue punya kakak ipar kayak kamu yang matanya pecicilan sama mulutnya gak bisa di rem"jawabku.
"Tega kamu Ran"kata Vina ketus menatapku dengan tajam, saking kesalnya dia berhenti memakan bakso nya yang sepotong pun belum masuk dalam mulut karena selalu terhenti dengan reaksinya ketika membahas tentang lelaki yang dia idamkan selama ini.
"Becanda Vin, aku sih ngikutin pilihan dia aja, yang penting kak Hendra bahagia itu sudah cukup buatku"
"Kak Hendra udah punya pacar gak?"tanya Vina sangat penasaran.
"Mmm kayaknya sih ada, tapi aku belum pernah ketemu sama pacarnya. Kayaknya kamu harus pindah tempat lagi deh"saran ku pada Vina.
"Ran, asalkan janur kuning belum berkibar aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan makananku"ucap Vina bersemangat dan berkobar-kobar.
"Hei, lo pikir kak Hendra itu makanan. Pokoknya jangan jadi beban untuk kak Hendra"ucapku
"Siap adik ipar ku sayang"kata Vina
Kok aku merasa gak ikhlas mengizinkan Vina bersama dengan kakak ku ya...
Sementara itu di kantor..
"Pak Rangga, ini berkas yang harus bapak tanda tangani"kata sekertaris baru Rangga
"Iya, terimakasih"jawab Rangga.
"Mmm, bapak sudah makan siang?"tanya sekertaris itu.
"Belum"jawab Rangga.
"Saya sudah membawa bekal lebih, i..ni untuk bapak"tawar wanita itu malu malu
"Jessica! sudah berapa kali aku katakan jangan seperti ini. Aku merasa terbebani"keluh Rangga yang merasa tidak enak karena kebaikan Jessica.
"Tidak apa apa Pak, ini keinginan saya untuk memberikan bekal ini kepada bapak"paksa Jessica.
"Kamu tahu kan aku sudah mempunyai istri, dan aku sudah memperingatkan kamu jangan berlebihan"ucap Rangga.
Jessica hanya diam menunduk, menyembunyikan kekesalannya dan mengambil kembali bekal itu
"Aku keluar dulu, hubungi aku jika ada hal yang penting"pinta Rangga
"Baik pak"jawab Jessica mengepal jari nya seolah merasa benci jika menyangkut hal tentang diriku.
Saat waktu berjalan begitu cepat aku merasa semua kini menjadi sesuatu yang harus aku raih untuk tidak membuang waktu.
Saat kami sedang membicarakan hal-hal yang bahagia. Tiba dimana awal masalah yang berturut turut datang menimpaku hingga aku pun tidak menyadari itu semua.
Para junior se-jurusan denganku memohon kepada Vina untuk menjadi salah satu tutor di group belajar yang baru saja dibentuk, yah tujuannya untuk lebih mengenal lebih dalam Hubungan Internasional dariku yang menurut mereka aku ahli di dalamnya.
Seperti yang kita ketahui kalau proses perkuliahan itu bukanlah waktu yang cukup untuk menggali informasi secara menyeluruh setidaknya hanya 25% kita mendapatkan informasi dari para dosen dan sisanya kita harus sering mengikuti kegiatan,organisasi dan group belajar karena di sanalah kita bisa saling share informasi dan menambah pengetahuan.
Aku merasa sangat terhormat menjadi salah satu kepercayaan mereka bisa memberikan ilmu yang tidak banyak ku miliki ini.
"Vin, berikan waktu untuk aku berfikir mengenai group belajar ini"pikirku.
"Iya, Ran. Aku juga sudah memasukkan kamu ke dalam group dan mereka adalah mahasiswa yang punya jiwa rasa ingin tahu dan pekerja keras. Kamu pasti suka"kata Vina.
Selepas itu saat kami berada di parkiran, terlihat mobil Rangga sedang parkir di depan mobil Vina, terlihat wajahnya yang lelah menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Bulu mata yang lentik terlihat jelas ketika dia tertidur menungguku. Aku mencoba mendekatinya lebih dekat, dengan perlahan aku membuka pintu mobil agar dia tidak terbangun.
Lelaki itu memang sangat keras kepala, memaksakan dirinya datang ke sini hanya untuk menjemput ku. Entah kenapa aku selalu merasa tersentuh dan luluh dengan hal hal kecil yang selalu dia lakukan membuat ku makin mencintainya, rasa ini semakin dalam sehingga aku takut kalau suatu saat nanti dia akan menjauh dariku, tentu saja aku berharap semua itu tidak akan terjadi. Dengan sekuat tenaga aku akan menjaga cinta ini selama hidupku.
Untung saja Vina peka akan situasi saat ini, dia yang pergi sambil melambaikan tangan padaku dengan senyuman hangatnya.
"Makasih beb"
Aku mengirimkan pesan pada Vina yang sudah menjauh pergi dari kami.
"Iya, aku ngerti kok"jawab Vina.
"Sebagai tanda terimakasih, ini ada hadiah buat kamu"balasku.
"OMGGGG, kamu tuh orang yang paling ngerti aku Ran"kata Vina sangat bahagia menerima pesan yang berisikan nomor seorang lelaki yang sedang mengganggu tidurnya.
"Aku serahin ke kamu sisanya Vin, good luck"kataku yang sudah hanyut dalam pesan teks bersama Vina.
Aku yang juga merasa bahagia melihat pesan yang Vina kirimkan, kalau saat ini dia ada di hadapanku sudah pasti dia akan memelukku ditambah lagi dengan gerakan gerakan aktifnya yang heboh,membayangkannya saja sudah membuatku tertawa.
"Lagi chatting sama siapa ayoo, kok senyum senyum gitu?"tanya Rangga yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.
"Sama Vina sayang"jawabku mengecup pipinya.
Dia hanya menatapku sambil menyandarkan wajahnya di stir mobil. Wajah nya nampak sangat kelelahan hingga aku pun kasihan melihatnya.
"Mau aku peluk"tawar ku membentang kan kedua tangan dengan lebar.
Tanpa berkata banyak dia segera masuk ke dalam pelukanku, pelukannya yang sangat erat membuatku makin percaya kalau dia adalah seseorang yang paling cocok menjadi pasangan hidupku.
Aku mengelus kepalanya dengan lembut sembari menunggu dia melepaskan pelukanku.
"Udah selesai?"tanyaku yang masih memeluknya
Dia hanya menggelengkan kepalanya dan masih tidak mau melepaskan pelukanku. Di dalam mobil kami hanya diam tak bersuara, untung saja kaca mobil ini adalah kaca yang tidak bisa terlihat oleh orang luar.
Beberapa menit kemudian aku menanyainya lagi karena merasa tubuhku sudah keram karena posisi ku yang sangat tidak nyaman.
"Udah cukup?"tanyaku lagi lembut
Lagi lagi Rangga menggelengkan kepalanya"aku mau mengisi daya dulu sayang"jawab Rangga yang sudah nyaman dalam pelukanku.
Tapi situasi ku yang tidak memungkinkan untuk bertahan lebih lama lagi, pinggang yang mulai nyeri karena posisi duduk yang saling menyilang dengan kaki yang lurus mengarah ke depan.
"Sayang....udah yah"ucapku lembut.
"Kamu yang nawarin ke aku, masa kamu yang nyuruh aku lepasin "pikir Rangga.
"Masalahnya pinggang aku kelelahan meluk kamu di posisi kayak gini"jawabku.
Akhirnya Rangga melepaskan pelukanku dengan lembut
"Udah makan siang?"tanyaku memastikan
"Belum, kita makan yuk"tawar Rangga padaku
"Aku udah makan sayang, aku temenin kamu aja ya" bujuk ku
"Oke. Kalau gitu kita makan di tempat biasa aja ya"kata Rangga.
"Terserah kamu aja"jawabku mengikuti pilihannya.
q
Share this novel