episode 32

Romance Completed 76642

Pagi ini aku bersama mama pergi ke supermarket belanja bulanan yang sudah habis di kediaman Aditya.

Tak lupa mengajak para pelayan untuk membawa beberapa troli karena bahan makanan yang sangat banyak.

"Ran, kamu gak mau beli sesuatu?"tanya mama mendorong troli bersamaku.

Tujuan ku menemani mama hanya untuk membantu nya membeli bahan makanan jadi aku hanya menempel pada mama.

"Bingung mau beli apa mah, aku nemenin mama aja"ujar ku merangkul tangan mama.

Saat kami sedang memilih sayuran tanpa sengaja mama bersenggolan dengan teman arisan nya.

"Loh, Rachel lama gak jumpa ya "sapa teman mama

"Wahh Inggit, kamu apa kabar?"tanya mama pada teman nya.

"Aku baik, kamu kok jarang banget kumpul sama kita lagi"keluh teman mama.

"Maaf, aku sibuk urusin bisnis sama suami aku. Tapi aku janji kumpul lagi sama kalian"jawab mama ramah

Aku hanya diam melihat mereka yang asik berbincang di kerumunan orang yang melintas.

"Ini siapa Rachel?"tanya teman mama.

"Dia anak mantu saya, namanya Ran"kata mama mengenalkan ku pada teman nya

"Hai tante"sapa ku tersenyum ramah

"Wahh, hebat ya kamu Rachel bisa dapat menantu secantik ini"puji teman mama menyentuh wajahku dengan centil.

"Makasih tante"ucapku malu malu. Aku berfikir sikap teman mama ini sangat familiar dengan sahabat ku.

"Iya dong, anak mantu saya ini banyak banget yang suka, Untung saja Rangga dengan sigap langsung nikahin Ran setelah lulus kuliah"kata mama merasa bangga di puji teman nya.

"Nanti kalau kita kumpul-kumpul bawa Ran ya biar anak aku bisa ketularan cepet nikah"ajak teman mama yang mempunyai masalah pada anak gadisnya.

"Kenapa dengan anak kamu git?"tanya mama penasaran.

"Itu anak perempuan aku yang pertama, aku mau jodohin dia sama teman papa nya tapi dia malah kabur dan milih tinggal sendiri di apartemen. Aku jadi kepikiran apa anak itu punya kelainan ya"pikir tante Inggit pada anaknya.

"Mungkin dia belum ada niatan pengen nikah kali. Nanti aku bawa Ran ke rumah kamu biar mereka bisa temenan"kata mama menenangkan teman nya.

"Aku sih pengennya nimang cucu secepatnya, tapi anak satu itu keras kepala banget"keluh tante Inggit lagi.

"Aku juga udah gak sabar pengen punya cucu"kata mama yang pembahasan nya mulai panjang tanpa melihat kondisi dan situasi.

Mata orang yang mulai melirik pada dua wanita yang sedang curhat satu sama lain dengan semangat di supermarket

Demi menjaga image aku hanya tersenyum melihat orang orang yang melewati kami.

Menunggu mama dan teman nya mengakhiri percakapan.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya Rachel, aku lagi buru-buru banget"kata tante Inggit.

Buru-buru tapi nyatanya kalau udah gosip lupa sama pekerjaan

"Iya, nanti kabari aku ya"balas mama.

Kami melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda karena pertemuan yang tidak disengaja.

Mama melihatku yang dari tadi hanya diam mengikuti nya dari belakang, karena penasaran mama menanyaiku.

"Bosen ya nemenin mama"tanya mama Rachel

"Gak kok ma, cuma lagi pengen santai aja"jawabku.

Aku merasa perutku tidak bersahabat lagi, jadi aku mencoba untuk berjalan lambat dan beristirahat

"Nih, kamu belanja juga biar semangat lagi"kata mama memberikan troli miliknya.

"Aku boleh beli Ice cream ma?"tanyaku yang berfikir semalam aku tidak sempat makan ice cream karena sudah meleleh akibat ulah Rangga.

"Boleh dong, ambil aja sepuas kamu biar mama yang bayarin"kata mama dengan sombong

Sakit perut yang kurasakan lenyap saat makanan kesukaan ku berada tepat di hadapanku.

Tanpa membuang waktu, aku segera memilih ice cream favorit untuk persediaan seminggu di freezer. Tidak lupa aku juga mengambil beberapa snack untuk sebentar saat aku nonton Drakor di kamar

Setelah semua yang kuambil cukup, aku segera menghampiri mama yang sudah menungguku di kasir.

Kami meninggalkan para pekerja rumah yang mengurus bahan makanan itu beserta biaya pembayaran nya.

Kami mampir untuk makan beberapa cemilan dengan mama, tak lupa aku memesan 2 boba milik mama dan juga milikku.

Cekrek..

Saat aku pergi mengambil pesanan minuman kami, aku menoleh menuju letak bunyi handphone yang kurasa sedang mengambil gambarku, aku berfikir mama yang memotretnya tapi saat aku melihat mama dia tidak sedang memakai handohone.

Ahh, mungkin hanya perasaanku saja yang kurang sehat hari ini.

Tapi kemarin saat aku berada di pertemuan group belajar, aku merasa seperti ada yang sedang mengawasi ku dari kejauhan

Saat kembali membawa dua gelas boba menuju ke meja kami

Bruk

"Maaf"ucapku menyenggol seorang pria yang tidak terlihat jelas wajahnya karena memakai topi hitam lengkap dengan maskernya

Dia tersenyum mengangguk ke arahku dengan tanda area mata yang berkerut, untung saja aku masih bisa menyeimbangi langkahku agar tidak menjatuhkan minuman yang berada di kedua tanganku.

"Kamu gak apa apa?"kata mama yang tadi melihat kejadian itu.

"Enggak apa-apa kok mah"jawabku

Drrtt,

Drrtt

Drrtt

Drrtt.......

"Mah, ada pesan"ucapku melihat banyak notifikasi masuk di handphone mama.

"Ini dari Rangga"ujar mama melihat isi pesan di handphone nya.

Reaksi mama membaca pesan Rangga sangat antusias saking banyaknya pesan yang Rangga kirim.

Aku sampai penasaran melihat mama tertawa membacanya.

"Mah aku pengen baca juga"ucapku mendekati mama dan membaca pesan itu bersama-sama.

Ternyata mama mengirimi fotoku saat sedang membawa minuman hingga membuat Rangga kesal.

"Mama ajak Ran jalan?"

"Mama"

"Kok gak di bales sih?"

"Mah!"

"Sekarang lagi di mana?"

"Kok Ran sama mama sih? mama kan lagi cidera seharusnya di rumah aja istirahat"

"Mah, balas dong"

"Mah, jangan nyusahin Ran, dia itu lagi gak enak badan"

Rangga yang khawatir pada kami berdua karena sama-sama punya keluhan.

"Kamu sakit Ran?"tanya mama khawatir.

"Cuma sakit perut biasa aja ma, udah mendingan kok"jawabku santai.

"Pantesan dari tadi kamu banyak diam, lagi gak enak badan rupanya"pikir mama.

Ddddrrrrrttttttt....

Tiba-tiba handphoneku berdering.

"Halo Rangga...

"PULANG SEKARANG JUGA!!"tegas Rangga karena khawatir.

"Dikit lagi, boba nya belum habis"keluh ku manja.

"GAK!, balik sekarang juga. Nanti aku suruh mas nya buatin sebanyak yang kamu mau di rumah. Gak ada alasan!"kata Rangga masih mempertahankan ego nya.

"Sini biar mama yang bicara"kata mama mengambil hpku karena sudah geram pada Rangga.

Dengan santai mama mengatakan
"Enak aja main suruh pulang, mending kamu urusin aja berkas yang ada di depan kamu"kata mama kesal.

"Mah, Ran itu istri aku, aku berhak mutusin apapun demi kebaikan dia. Mama sama Ran balik ya ke rumah, kalian itu lagi sakit"bujuk Rangga lembut karena tidak ingin berdebat dengan mama.

"Iya iya, kalau boba nya udah habis kita balik kok"ucapku menuruti Rangga.

"Kalau bukan demi Ran, mama pasti udah marahin kamu atur atur kita seenaknya"keluh mama sengaja mendengarkan nya pada Rangga.

Mama langsung mengembalikan Hp padaku yang masih terhubung dengan Rangga.

"30 menit lagi aku hubungi kamu, kalau seandainya kamu belum berada di kamar, awas aja!"ancam Rangga serius dengan omongan nya.

"Iya sayang, kamu jangan terlalu mikirin aku, aku baik-baik aja di sini. Fokus aja sama kerjaan kamu"pintaku lembut.

"Gimana gak mikirin, kamu selalu aja bikin aku cemas. Aku takut kamu kenapa-napa"keluh Rangga dangan nada suara yang berat.

"Maafin aku ya udah bikin kamu cemas, sekarang aku balik deh biar gak gangguin konsentrasi kamu yang lagi kerja"ucapku menenangkan Rangga.

"Aku merindukanmu sampai mau gila rasa nya"keluh Rangga lagi.

Ahhh, aku berdebar lagi mendengar kata-kata itu.

"Aku juga, cepat pulang"balasku tersipu malu di depan mama yang senyum-senyum sendiri melihatku.

"Memang ya, seganas apapun singa kalau udah ketemu sama pasangan nya pasti tunduk"kata mama

"Ma, kita pulang yuk"ucapku mengajak mama kembali ke rumah.

"Yuk"kata mama menerima ajakan ku tanpa memberikan komentar atau bertanya padaku.

Mama memang sikapnya seperti itu, lain di mulut lain di hati. Biasanya dia selalu berkata seenaknya pada Rangga tapi sebenarnya mama itu sangat menyayangi dan perhatian pada kami berdua.

Saat berada di rumah, aku segera membersihkan diri dan menjalankan kegiatanku yang sempat tertunda, yaitu rebahan sambil nonton drakor di kamar.

Snack dan ice cream juga sudah berada di genggamanku. Seharian hanya menghabiskan waktu di ranjang hingga sore tiba.

Dddrrrttt....

"Aku udah di rumah"ucapku memberitahu Rangga melalui video call kami.

"Lagi makan apa?"tanya Rangga memerhatikan snack yang berada di genggaman ku.

"Snack sama ice cream"balasku santai sambil menonton tv.

"ICE CREAM!"kata Rangga kaget.

"Em em"jawabku serius melihat adegan pemain idolaku.

"Kan lagi sakit perut, kenapa makan yang dingin sih"kata Rangga khawatir.

"Cuma makan dikit kok"jawabku memperlihatkan semua hasil makanan yang telah aku habiskan.

"Astagfirullah sayang, itu ada empat kotak ice cream dung dung ukuran large udah kamu habisin"kata Rangga tidak habis pikir.

"Udah masuk semua ke dalam perut, jadi gak bisa dikeluarin lagi"ucapku manja agar tidak terkena ocehan Rangga yang seperti ibu-ibu.

"Kamu udah selesai kerja?"tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah mau balik kok"jawab Rangga.

"Gak lembur lagi?"tanyaku.

"Gak, istri aku nakal banget jadi harus di jagain"jawab Rangga ketus.

"Hati-hati ya di jalan sayang. Bye"ucapku segera mematikan panggilan itu.

Sekarang sudah pukul 04:00 sore dan satu jam lagi Rangga akan tiba di rumah.

Sementara suasana kamarku sudah seperti kapal pecah yang dipenuhi dengan pembungkus snack dan ice cream yang sudah habis.

Aku harus segera membereskan semua ini, secepat mungkin aku memungut semua sampah itu. karena kecerobohan yang ku sebabkan, ice cream sisa yang tidak kusadari berada di atas ranjang, dengan kuat aku mengibaskan seprei itu hingga aku melihat kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri,

Astagfirullah, ice cream itu melayang tepat di atas Ranjang dan mendarat dengan indahnya hingga kasur kami dipenuhi warna pink dan coklat dari warna ice cream itu

Matilah aku, seharusnya aku mempersingkat waktu menyelesaikan ini semua tapi malah menambah masalah.

Aku berlari menuju ke bawah memanggil beberapa pelayan untuk membantuku mengganti seprei baru berserta teman-temanya seprei itu.

"Tolong ambilkan seprei baru yang berada di closet"perintahku pada mereka menuju ke walk in closet di kamarku.

Sementara itu aku meminta tolong pada mereka untuk membuang sampah yang sudah ku kumpulkan di kantong kresek.

Waktu tinggal 20 menit lagi..

Mereka membantuku untuk melepaskan seprei kotor itu bersama dengan bantal-bantal nya.

Setelah semua telah dikeluarkan, aku segera mengganti seprei berwarna abu-abu. Aku memerintahkan mereka membawa seprei kotor itu untuk dicuci.

Dan sisanya aku menyuruh mereka kembali pada urusan mereka masing-masing kini tinggal aku sendri yang mengganti seprei baru itu. Mereka menawarkan diri untuk membantuku tapi aku menolak, ini adalah kesalahan yang ku perbuat sendiri dan aku harus menyelesaikan nya juga sendiri.

Tin, tin..

Bunyi mobil Rangga masuk ke garasi, aku berlari ke bawah untuk menyambut nya di depan pintu.

"Jangan lari-lari, nanti jatuh"kata Rangga yang lebih dulu masuk ke ruang tamu daripada aku.

"Selamat datang suamiku"ucapku segera merangkul tangan nya menuju sofa di ruang keluarga.

"Tumben panggil gitu"kata Rangga tersipu.

"Sekali-kali doang kok"jawabku memijat lengan nya. Mudah-mudahan dia tidak menanyakan padaku mengapa aku mengganti seprei di kamar.

"Setiap hari...aku gak keberatan"balas Rangga memerhatikan aku dari kepala hingga kaki.

"Kamu habis ngapain?kok kamu keringatan? Pakaian kamu lusuh banget"kata Rangga melihat ku sangat berantakan.

"Tadi habis olahraga dikit"ucapku mencari alasan

"Mau aku buatin teh atau kopi?"tawar ku menuju ke dapur.

"Mmmm....kopi aja, aku tunggu di kamar ya"pesan Rangga pergi ke kamar.

Aku membawa kopi pesanan Rangga dan menuju ke kamar, sepanjang perjalanan aku berfikir mengapa beberapa waktu ini saat bersama Rangga kami lebih sering menghabiskan waktu di kamar padahal kalau di pikir rumah mewah ini begitu luas, begitu banyak ruangan tapi tidak pernah terpikirkan oleh kami untuk berkeliling melihat setiap sudut rumah ini.Makan, minum, curhat semuanya di kamar.
Seolah kami menganggap rumah ini hanya mempunyai kamar, dapur dan ruang tamu seperti rumah sederhana.

"Sayang?"panggilku tidak melihat nya di kasur maupun di sofa.

"Dia kemana ya?"pikirku.

Mumpung Rangga lagi gak ada di kamar, aku segera mengambil handuk buru-buru ke kamar mandi, jadi kalau Rangga masuk kamar aku sudah selesai mandi deh.

Jangan sampai dia mendapati ku sedang mandi, kalau kedapatan aku akan diganggu lagi oleh otak mesum nya itu.

Tak

Saat aku masuk ke kamar mandi, aku masih merasa santai santai saja saat melewati wastafel tapi pada saat membuka tirai pembatas .....

"Akkhhhh"teriak ku kaget melihat seorang pria sedang mandi tanpa busana di hadapanku.

Assalamualaikum guys, aku cuma mau bilang
"SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA" bagi yang merayakan. Jaga kesehatan ya jangan sakit sakit.

Jangan lupa vote dan coment. Love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience