Berita Duka

Romance Completed 76642

Tiba dihalaman rumahku, orang orang sudah berkumpul dengan berpakaian serba hitam dan putih. Aku berlari tanpa menghiraukan orang orang yang melihatku. Aku terhenti di depan pintu melihat sebuah titik pusat perhatian semua orang. Mama yang berada di pelukan kakakku sedang kan Muti adikku sedang menangis dihadapan Ayah yang sudah dibungkus dengan kain kafan. Mereka menunggu ku untuk segera menguburkan Ayah.

"Mama! " Panggil ku dengan nada suara yang tak karuan. Mama melihat ku dan segera memelukku dengan erat.

"Kamu jaga mama dulu ya Ran, aku mau urusin sesuatu" Kata Hendra yaitu kakak kandungku.

Kak Hendra meninggalkan kami kemudian dia mengobrol dengan suamiku membahas tentang semua proses penguburan.

Aku hanya menangis sambil memeluk mama dan adikku. Aku tidak berani melihat jasad ayahku yang berada di sampingku.

Pada pukul 4 sore Ayah akan segera dikuburkan, sedangkan pada sekarang sudah pukul 03:40 berarti tinggal 20 menit lagi Ayah akan meninggalkan rumah ini.

Aku memberanikan diri untuk mendekati jasadnya, aku gemetar dan sangat syok melihat orang yang sangat aku sayangi pergi tanpa mengatakan sepatah kata pada ku.

"Ayah, maafin Ran ya kalau selama ini aku selalu bikin papa sama mama marah, Ran tahu kok kalau Ran bandel benget dan selalu bikin papa sakit kepala saat aku masih kecil. Aku minta maaf sama papa karena belum bisa bahagiakan papa. Semoga papa tenang di alam sana ya. Ran akan selalu do'akan papa biar papa bisa bahagia di sana. Ran sayang dan cinta sama papa"bisikku ditelinga papa sambil bersandar di dada nya. Aku menciumnya dan memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

Sementara ibu dan adikku hanya bersandar di sudut kursi. " Mama yang tabah ya, masih ada aku, Muti dan kak Hendra yang jagain mama. Ikhlaskan kepergian papa ya ma, jodoh, rezeki dan kematian itu ada ditangan Allah SWT kita hanya bisa menerima sabar dan mengikhlaskan semuanya"kataku pada mama sambil memeluk nya.

Aku pun menenangkan adikku yang selalu menangis, jika aku harus meratapi semua ini maka siapa yang akan menguatkan ibu dan adikku. Meskipun aku juga sangat kehilangan tapi aku harus kuat di hadapan mereka.

Akhirnya setelah di sholatkan jasad ayah sudah dipindahkan di keranda mayat. Kami pun siap menuju ke kuburan bersama dengan para warga, keluarga dan teman teman Ayah yang ikut berduka juga.

Sementara Rangga dan kak Hendra sibuk mengurus semua persiapan takziah nanti. Aku bersama dengan ibuku sedangkan adikku dipapah oleh Rangga.
Terlihat kalau kak Hendra sedang menahan air matanya ketika Ayah dimasukkan ke dalam liang lahat.
"Rangga, bisa tolong pegang mama juga, aku mau pergi ke kak Hendra" Pintaku. Rangga segera memeluk ibu dan adikku di kedua sisinya.

"Kakak yang tabah ya"ucapku memeluk sambil mengelus pundaknya. Dia melepaskan air matanya dalam pelukan ku ketika mayat Ayah sudah ditimbun oleh tanah.

"Kakak sudah melakukan yang terbaik untuk kita semua, kakak adalah orang hebat "pujiku agar kak Hendra bisa tenang.

"Terima kasih Ran.Ternyata adik kecilku ini sudah dewasa ya" Kata kak Hendra menjadi lebih tenang.

Satu persatu semua orang meninggalkan makam Ayahku. Tinggal aku, suamiku, ibu, adik dan kakakku yang berada di makam itu. Kami menabur bunga bunga di atas makam Ayah dan kembali ke rumah.

Kak Hendra dan Rangga sedang mengurus kegiatan saat malam nanti. Mereka mengundang anak yatim dan juga anak anak pesantren untuk mengadakan Yasinan. Dan juga para mahasiswa mahasiswa kakakku datang ikut yasinan pada malam itu.

Sedangkan mertuaku baru saja sampai dari jakarta. Ibu mertuaku segera memeluk dan menenagkan ibuku yang juga sedang membagikan sedekah untuk anak-anak yatim dan juga pesantren.

"Ran, ini mama udah kemas beberapa pakaian kamu dalam koper. Mama tahu kamu pasti mau menemani mama dan adikmu di sini. Kamu jangan khawatir sama mama ya. Kamu fokus saja menjaga ibu kamu" Kata ibu mertuaku sambil memelukku.

"Terimakasih ya mah" Kata ku yang segera membawa koper ku ke dalam kamar. Aku bertemu dengan Rangga yang baru saja selesai mandi.

"Sayang, kamu makan dulu gih, udah seharian kamu belum makan" Perintah Rangga yang membawa sebuah kotak nasi.

"Aku gak lapar Rangga" Jawabku yang membereskan pakaian ku dari dalam koper.

"Kalau gitu aku juga gak mau makan, saat di bandara aku sengaja gak sarapan biar cepat cepat ketemu sama kamu"keluh Rangga membantu ku membereskan pakaian.

Aku merasa bersalah karena tidak mengurus suamiku dengan baik, seharian ini dia pasti lelah apalagi mengurus semua ini tanpa istirahat sekalipun.

"Kita makan sama-sama saja ya"pintaku yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.

Rangga segera mengambil kotak makan itu dan segera memberikan nya padaku.
" Suapin aku ya, soalnya aku habis mandi dan gak mau cuci tangan lagi"kata Rangga duduk di depanku menunggu tangan ku bergerak menyuapi nya. Kami menghabiskan nasi kotak itu dalam beberapa menit, Rangga sangat lahap menghabiskan nasi itu melalui suapan tanganku.

"Masih mau? " Tanyaku yang melihatnya masih belum kenyang.

"Sudah cukup kok. Kalau gitu kita balik ke depan bantuin mama bagi bagiin sedekahnya sama adik adik di sana.

"Ayuk"ajak ku menarik tangan Rangga. Kami membantu mama membagikan amplop sampai selesai.

Pada pukul 10:00 semua para tamu sudah kembali ke tempat mereka masing-masing. Kak Hendra sedang mengantar anak anak panti dan juga pesantren.

kami membereskan semua barang dan juga sampah yang bertebaran disemua tempat.
"Sayang, kamu istirahat aja dulu. Kamu itu lelah seharian transit dari bandara dan lagi bawa mobil ke sini. Istirahat ya" Pintaku yang berada di sampingnya.

"Iya Rangga, kamu pasti kelelahan. Biar mama sama Hendra yang beresin ini semua" Kata ibuku yang sedang merapikan barang barang.

"Di sini juga banyak yang bantuin, ada papa kamu yang bisa beresin ini semua" Kata ibu mertuaku.

"Gak apa apa kok ma, aku pasti istirahat kalau sudah kelelahan banget" Jawab Rangga.

"Kamu juga istirahat ya Ran, biar semua urusan ini besok kita beresin"kata ibuku.

"Kalau gitu kita istirahat semua saja. Besok kita beresin semua ini"kata kak Hendra yang baru masuk dari rumah.

Akhirnya kami semua memutuskan untuk istirahat di kamar masing-masing. Mertuaku berada di kamar tamu sedangkan aku berada dikamar lamaku.

"Sayang, kamu ngapain bawa selimut? " Tanya Rangga kebingungan.

"Boleh gak malam ini aku tidur nemenin mama? "Tanyaku meminta izin Rangga.

"Boleh dong" Jawab Rangga agak sedih.

"Makasih ya sayang" Kataku meninggalkan kamar.

Sebernarnya Rangga berat hati mengizinkan aku untuk tidur bersama dengan ibuku. Tapi kali ini masalahnya berbeda ibuku membutuhkan aku saat ini. Tapi aku juga merasa kasihan pada Rangga yang hanya tidur sendiri.
Tok tok

"Aku masuk ya mah" Tanyaku segera memasuki kamar. Terlihat ibuku sedang duduk menangis memeluk foto Ayah di atas kasur. Ibuku menahan tangisannya agar tidak membangunkan adikku yang sudah tertidur pulas di kasur.

"Mama, sekarang Papa sudah tenang di sana. Mama jangan sedih lagi" Aku membaringkan ibuku disamping adikku. Sementara aku menyelimuti adik dan ibuku yang masih memeluk foto Ayah.

"Mama, tidur ya. Aku tahu ini berat untuk kita semua. Tapi mama harus jadi orang yang kuat dihadapan Muti, kalau mama sedih terus adik juga bakalan sedih terus karena lihat mama yang selalu menangis. Cuma mama sandaran aku, kakak, dan adik. Jadi mama harus kuat ya. Kita akan selalu jaga mama" Kataku mengecup kening ibuku.

"Kamu kok gak istirahat Ran" Tanya ibuku.

"Aku temenin mama di sini" Jawabku.

"Mama kuat kok, kamu temenin suami kamu sekarang Ran. Cintai dan sayangi dia, Rangga adalah lelaki yang sangat baik dan bertanggung jawab. Mama sekarang sudah bisa mengikhlaskan papa kamu. Jadi anak anak mama gak boleh terus terusan sedih.oke" Tanya mama.

"Iya ma" Jawabku.

"Sekarang kembali ke kamar kamu.Rangga pasti nungguin kamu"kata mama menyuruh ku untuk kembali ke kamar.aku pun kembali menuju ke kamar ku.

Aku perlahan-lahan masuk ke kamar agar tidak membangunkan Rangga yang sudah tertidur.
Aku duduk sambil menatap Rangga yang tertidur pulas dihadapan ku.

"Selamat tidur sayang"ucapku yang mengecup bibirnya. Dengan perlahan aku baring di dada Rangga. Aku menempatkan tangan ku tepat di sisi kiri dada Rangga. Aku mulai memejamkan mataku tetapi aku merasa jantung Rangga berdetak sangat cepat hingga aku menaruh kepalaku di atas dada kirinya. Aku terkejut mendengar detak jantung Rangga yang seperti mau meledak.

"Kamu belum tidur kan Rangga? " Tanyaku menatap Rangga curiga.

"Kok, kamu tahu sih" Jawab Rangga membuka matanya.

"Jantung kamu itu mau meledak tahu" Kataku cemas.

"Aku gugup kalau setiap kali kamu peluk" Jawab Rangga. Rangga memasukkan aku ke dalam pelukannya "jangan bergerak lagi, aku gak kuat" Kata Rangga.

Aku tersenyum melihat Rangga yang menahan diri untuk tidak goyah padaku.

"Terimakasih ya Sayang kamu sudah bantu aku seharian ini" Ucap ku membalas pelukannya.

"Ini semua itu gak ada apa apanya sayang. Ini adalah kewajiban ku sebagai seorang suami juga seorang anak dari orang tuamu" Jawab Rangga.

Rangga mengelus mataku dan menatap ku dengan senyuman hangat "mata kamu cipit banget karena menangis seharian" Kata Rangga mengecup mataku.

"Aku capek Rangga. Kita bobo aja ya" Saran ku.

"Baik, tuan putri ku" Jawab Rangga.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience