episode 40

Romance Completed 76642

Mataku terbuka perlahan di dalam pelukan Rangga, saat aku melihat jam dinding di kamar kini menunjukkan pukul 05:00

Kami belum melaksanakan sholat shubuh hingga aku segera membangunkan Rangga dengan sebuah cubitan kecil di pipinya.

"Sayang... sholat shubuh. Bangun!" seru ku memanggilnya lembut.

"Hhmm?

Rangga masih sangat kantuk. Aku menggerakkan tubuhnya agar segera bangun.

"Sayang..." panggil ku lagi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Rangga mulai membuka mata nya.

"Jam 05:10" jawabku.

"Astaghfirullah!, sudah mau pagi" keluh Rangga beranjak dari ranjang dan bergegas menuju ke wastafel mengambil air wudhu.

Aku menyiapkan peralatan sholat miliknya dan menunggu giliran mengambil wudhu setelah Rangga.

Setelah aku menyelesaikan wudhu Rangga sudah menungguku sambil memegang mukena milik ku.

"Biar aku saja yang pakaikan" tutur Rangga mendekat ke hadapanku dan membantu memakai nya.

"Air nya segerrr banget!" ucapku yang sebenarnya merasa kedinginan.

Aku mengalungkan tanganku di pinggang Rangga yang sedang fokus memasukkan beberapa helai rambut yang keluar dari batas mukena di wajah ku.

Kemudian dia mengarahkan ku di sajadah yang sudah kuatur dalam posisi imam dan makmum.

Sholat bersama dengan orang yang kita cintai memang berbeda dengan sholat sendiri.

Selepas kami sholat, Rangga langsung beranjak ke arahku memberikan tangannya agar segera dicium olehku.

Dengan senyuman aku mencium punggung tangan suamiku kemudian dia mendekatkan wajah nya mengecup kening, kedua pipi dan mendarat di bibir ku.

"makasih udah bangunin aku tadi, kalau enggak sepertinya kita bakalan kesiangan" kata Rangga lembut

Aku segera memeluk nya demi mengademkan diriku yang kedinginan.

"Sama sama" jawabku manja duduk berduaan di atas sajadah seraya memeluknya.

"Kita ke kasur lagi yuk, angetin badan" ajak Rangga

Pikiran ku berlarian ke mana-mana karena perkataan Rangga yang seperti itu.

Apakah kami hanya akan menghangatkan tubuh di dalam selimut atau melakukan hal yang lebih dari itu?

Entah kata-katanya yang salah atau aku yang terlalu berfikir jauh

"Mikirin apa sayang? Kok mukanya merah gitu, katanya kedinginan" tanya Rangga yang punya tujuan baik dan tidak mengarah pada hal itu

"Enggak mikirin apa- apa kok" jawabku menutupi wajahku dengan mukena yang masih tersemat di tubuhku

"Sayang... kenapa kamu semenggemaskan ini sih" ujar Rangga memelukku erat, hingga membuat ku kesulitan bernafas.

"Gak jadi, kita ke bawah aja pasti mama udah di dapur masakin makanan favorit papa" ajak ku beranjak dari pelukan nya, merapikan kembali semua peralatan sholat kami.

"Kalau gitu mau makan apa? Biar aku buatin" tanya Rangga menawarkan diri.

Aku berfikir serius "Mmm... aku mau ice cream!" ucapku bersemangat menatapnya.

Mata Rangga menatapku tajam dengan ekspresi dingin nya

"Becanda!" jawabku terkekeh melihat wajah Rangga.

"Pokoknya terserah kamu mau masakin aku apa aja yang penting kamu harus nepatin janji kalau hari ini kita kencan" jawab ku mengingatkan Rangga akan janjinya malam itu sembari meletakkan peralatan sholat menuju closet.

Kami menuju ke bawah melewati tangga seperti biasanya. Sebenarnya rumah ini memiliki tangga lift tapi jarak dari kamar kami lumayan jauh jadi kami memilih selalu melewati tangga agar cepat sampai.

Aku berlari menuju dapur dan mengambil dua celemek untukku dan juga untuk Rangga yang akan memasak makanan pagi ini

"Hati-hati sayang" kata Rangga berjalan dengan santai mengikuti ku.

"Aku bantuin ya" pintaku manja memberikan celemek milik nya.

"Mau masak juga ya?" tanya mama Rachel sedang menggoreng ayam
"Iya mah. Aku sama Rangga mau masak juga" jawabku sembari menyikat kan tali celemek di pinggang ku.

"Kalian masak sayuran aja, mama udah masak lebih untuk kalian" pinta mama mengatur hasil masakan nya di meja.

Pagi ini Rangga hanya membuat sup karena mama juga membuat sarapan untuk kami. Jadi kami hanya membantu memasak sayuran sup yang sudah mama siapkan.

"Terus aku ngapain?" tanyaku kebingungan harus melakukan apa.

"Duduk di meja sana, gak ada lagi yang dilakuin sayang" perintah Rangga padaku.

"Aku bantuin mama aja" pikirku menghampiri mama menata piring di meja makan.

"mama, biar aku yang atur sendok sama gelasnya" pintaku mengambil sendok di tangan mama.

"Terserah kamu sayang, yang penting kamu itu senang" balas mama tersenyum manis padaku.

"Mah! Papa mana?" tanyaku mencari keberadaan papa.

"Habis sholat papa tidur lagi karena begadang semalam" jawab mama.

"Semalam papa tidur di sofa depan tv kan mah?" kata Rangga sembari membumbuhi sup nya.

"Kamu tahu dari mana Rangga" tanya mama penasaran.

"Semalam Rangga ngambek tidur di luar, mungkin aja ketemu sama papa yang lagi nonton" jawabku mencoba mengingat kejadian semalam.

"Papa juga semalam ngambek, kayak anak kecil aja" ketus mama melihat Rangga.

"Iya tuh mah, terus udah salah malah dia yang ngambek" sambung ku menatap Rangga.

"Akhirnya mereka juga kan yang kesusahan terus nempel lagi" cicit mama tertawa kecil.

Pagi ini kami menyiapkan makanan seperti keluarga biasanya,

"Makan yang banyak sayang..." kata Rangga memberikan paha ayam padaku.

"Loh, itu kan bagian kesukaan papa Rangga" keluh papa melihat paha ayam itu pindah ke piring ku.

"Pada dada sama sayap nya aja" kata Rangga.

"Ambil aja punya aku pah" ucapku melihat papa.

"Gak boleh!" bentak Rangga menatapku tajam.

"Gak usah berantem! Ayam nya masih banyak!" kata mama membuat kami semua diam dan makan dengan teratur.

Mama Rachel memang sangat hebat!!!.

Selepas itu, aku dan Rangga berangkat menuju ke bioskop menyaksikan sebuah film bergenre horor yang sudah Rangga pesan tanpa sepengetahuan ku.

Rangga berpakaian santai seperti lelaki pada umumnya, sepatu adidas putih yang sama dengan ku, yang berbeda adalah penampilan ku yang hanya di izinkan memakai hoodie berwarna putih milik Rangga juga celana jeans hitam yang tidak terlalu ketat. Sedangkan Rangga sangat stylish.

"Sayang, aku kepanasan" keluhku pada Rangga.

"Bentar lagi dingin kok di dalam, perut kamu kan lagi gak sehat jadi hoodie nya jangan dilepas" tutur Rangga lembut.

"Yaudah" ucapku nurut.

Dia mengelus kepala ku sambil tersenyum menatap ku.

"Tiketnya udah kamu pesan kan sayang?" tanyaku memastikan.

"Udah, tinggal popcorn sama minum nya" jawab Rangga.

"Big size ya popcorn nya" bisik ku di telinga Rangga.

Dia mengangguk senyum melihat ku dan pergi memesan nya.

Aku selalu memerhatikan nya yang mengantri menunggu giliran mengambil popcorn nya.

Setiap detik dia selalu memastikanku dengan tatapan penuh arti dari mata nya.

Aku sangat bersemangat menantikan waktu yang sangat berharga bersama nya.

Beberapa menit kemudian, dia menghampiri ku dengan tangan yang sudah dibebani dengan popcorn juga minuman milik kami.

Aku segera mengambil popcorn di tangan kirinya dan segera melahapnya.

Kami mengambil posisi baris ke tiga posisi tengah dalam kursi bioskop.

Mataku terpaku saat melihat layar lebar trailer film yang akan kami lihat.

"Ini film horor?" tanyaku melirik Rangga kesal.

"Iya" jawab Rangga tidak merasa bersalah.

"Kan aku gak suka film horor" keluhku.

"Kan ada aku" ucap Rangga tahu kalau aku takut pada film horor

"Eonni!" panggil seorang gadis berjalan ke arahku.

(Eonni panggilan adik perempuan ke kakak perempuan dalam bahasa korea)

"Loh! Jennie kamu di nonton ini juga" balasku kaget melihat adik kak Rizki duduk di samping ku.

"Eonni kenapa gak pernah ke rumah?" tanya Jennie polos.

"aku lagi sibuk Jennie, nanti kalau ada waktu aku main ke rumah Jennie ya" jawabku

"Sayang, gadis ini siapa?" bisik Rangga di samping ku.

"Adik kak Rizki" jawabku.

"Oh" kata Rangga.

"Jennie dengan siapa ke sini?" tanyaku pada Jennie.

"Sama Oppa, tapi dia ketemu sama klien jadi Jennie di tinggal sendiri" balas Jennie sangat imut.

(oppa sebutan kakak laki-laki dalam bahasa korea)

"Jennie suka nonton film horor?" tanyaku penasaran.

"Nomu cuayo(sangat suka)" jawab Jennie

"Tuh, anak kecil aja suka film kayak gini. Masa kamu udah gede takut sama hantu" bisik Rangga meledek ku.

"Eonni suka film horor?" tanya Jennie

"Mmm sukaa...hehe" jawabku

Rangga terkekeh di samping ku mendengar nya.

"Eonni, dia siapa?" tanya Jennie melihat Rangga di samping ku.

"Dia suamiku" jawabku pada Jennie.

"Eonni kan punya oppa aku" kata Jennie.

"Oppa, oppa, ini Indonesia bukan di korea. Nanti orang pikir istri aku milik kakek-kakek karena gak ngerti ucapan kamu" ketus Rangga melihat Jennie kebingungan.

menurut kalian Rangga itu sifatnya good apa enggak?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience