Keesokan harinya, saat pagi Rangga ingin mengajariku berenang di kolam renang belakang rumah.
Awalnya aku menolak karena akan menemani Vina belanja pakaian baru, tapi demi mendapatkan izin dari Rangga aku harus menuruti keinginan nya.
Aku berjalan mengitari kolam itu mendekati tepian kolam yang dangkal.
Hap
"Mau ke mana?" tanya Rangga menghalangi jalanku. Dia sangat bersemangat mengajari ku pagi ini, celana renang hitam dan juga tubuh six pack nya sangat mempesona.
Balok balok roti yang tersusun rapi di bagian perut hingga menuju dada kekar yang sempurna itu selalu membuat pikiran ku berkeliaran.
"Mau berenang" jawabku melihat tempat dangkal yang akan ku tempati.
"Gimana bisa berenang di air yang sampai di lutut aku kayak gitu" pikir Rangga tersenyum melihat ku.
"Kalau gitu, aku di sini aja liatin kamu" jawabku melangkah menjauhi Rangga.
"Kan mau belajar berenang" kata Rangga menghentikan ku.
"Nanti aja, yaaa" bujuk ku memasang wajah memelas di depannya.
"Jangan dong sayang" kata Rangga langsung menggendong ku.
"Rangga... jangan. Aku gak bisa berenang" tolak ku ketakutan
Rangga hanya tersenyum dengan bebasnya. Pasti dia akan menjatuhkan aku lagi bersamanya di kolam yang sangat dalam itu.
"Mamaaaaaaa... tolongin aku...Rangga mau ceburin aku" teriak ku mengadu pada mama di dalam rumah.
"Mama gak akan nolongin kamu sayang" kata Rangga mengambil ancang-ancang berlari melompat ke kolam itu.
"Ranggaaa...
Bbbyyyuuurrrr...
Dengan sigap dia langsung menggendong ku di depannya agar tidak tenggelam.
Tentu saja aku sudah meminum air kolam itu melalui hidung dan juga mulut ku selama di dalam air.
Hidungku sangat pedih juga telinga kemasukan air dan ini semua adalah ulah Rangga.
"Uhuk uhuk uhuk...
"Rangga!!!" teriak ku sangat marah.
Pak
Pak
Pak
Semua pukulan mengenai bahu dan dada Rangga yang sedang menggendong ku. Aku menjambak rambutnya dengan kuat tapi dia masih saja tersenyum melihat ku.
"Uhuk...
"Uhuk...
"Kamu kan tahu aku gak bisa berenang!" keluhku menatapnya tajam
"Kamu malah bikin aku makin gak bisa berenang kalau kayak gini uhuk! uhuk!"
"Aku lepasin nih tangan aku" ancam Rangga mencoba mempermainkan aku.
"Jangan!" bentak ku memeluknya erat.
"Mamaaa... Rangga!" teriak ku lagi takut tenggelam.
"Laporin aku lagi, aku bakalan lepasin tangan aku" ancam Rangga melepaskan pelukannya dariku.
"Ampun... gak lapor lagi ampun Rangga" ucapku memeluk Rangga sangat erat.
"Huaaaa... kan! gini lagi hiks hiks hiks. Makanya aku gak mau di ajarin sama kamu" aku sangat takut hingga tidak terasa air mataku mengalir sendirinya.
"Iya, iya. Kali ini aku serius ajarin kamu" kata Rangga tidak tega.
"Padahal aku masih ingin melihatmu lengket padaku" gumam Rangga
"Udah gak niat! Naikin aku sekarang juga!" bentak ku sangat kesal pada Rangga.
"Sayang!" bujuk Rangga kembali memelukku.
"Pokoknya gak mau!" jawab ku merajuk.
"Aku izinin kamu pergi sama Vina" bujuk Rangga.
"Aku mau belanja juga" tawarku mengambil keuntungan pada Rangga.
"Pakai ATM aku sepuasnya" kata Rangga
"Memangnya kamu tahu aku bakalan beli apa?" tanya ku sudah ceria kembali.
"Yang penting aku masih tetap menjadi guru renang kamu selamanya" bisik Rangga di telinga ku.
"Iya, cuma kamu yang jadi guru renang aku di dunia ini" jawabku termakan rayuan nya lagi.
"Sekarang kita latihan dengan sungguh-sungguh ya" tutur Rangga dengan lembut.
"iya!" ucapku sangat ceria.
"memang ya mereka berdua itu, selalu saja bikin aku sakit kepala mas" keluh mama dari kejauhan memperhatikan kami.
"Biarkan saja mereka mah, kita tidak perlu ikut campur dalam setiap masalah mereka kecuali jika kita dibutuhkan" kata papa.
"Aku tahu mas, aku cuma khawatir sama Ran. Apakah dia akan betah selalu di rumah setiap hari tanpa ada kegiatan" pikir mama Rachel
"Tapi dia selalu tersenyum dan bahagia mah" pikir papa memerhatikan kami berada di kolam.
"Bahagia saat ada seseorang yang berada di samping nya bagaimana jika dia sendiri? Aku mendukung Ran melanjutkan pendidikan agar dia bisa mewujudkan mimpinya mas. Aku tahu dia sangat menginginkan ini, apa Rangga tidak keterlaluan melarang istrinya menjadi wanita karir?" kata mama
"Ma, mungkin Rangga merencanakan hal yang lain untuk istrinya. Kita tunggu saja mah, yang penting mereka itu bahagia" kata papa
"Ran itu terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan kerja keras, bagaimana dengan kehidupannya yang sekarang hanya duduk dan menikmati hidup yang segalanya serba lengkap. Aku takut dia tidak terbiasa mas dan merasa bosan karena tidak melakukan hal seperti biasanya" pikir mama.
"Jangan terlalu jauh berfikir mah, saat ini memang sulit bagi Ran untuk menyesuaikan diri di lingkungan kita. Dia anak yang cerdas jadi semuanya akan baik-baik saja" saran papa.
"Hari ini kita latihan pernafasan aja dulu sisanya kamu temani aku berenang" tutur Rangga berada di tempat dangkal bersama ku.
"Dari dulu dulu latihan pernafasan mulu gak pernah pindah ke pelajaran selanjutnya" keluhku seperti anak kecil.
"Selama ada aku, kamu gak usah takut kalau di air dalam kayak gini" kata Rangga.
"Tapi kan aku pengen berenang sama kamu" keluhku lagi.
"Yaudah... sini peluk aku biar kita berenang bareng" bujuk Rangga.
"Bukan gitu maksudnya... aku mau... Rangga!!! Udah... aku gak mau tenggelam lagi" ucapku memohon pada Rangga.
Dia membawaku lagi ke dasar air yang dalam.
"Gak dalem sayang, turunin kaki kamu" pinta Rangga.
Perlahan kakiku mulai turun hingga menyentuh dasar yang masih bisa ku raih dengan kaki ku.
"Wahhh, aku bisa berdiri! Gak tenggelam!!" ucapku sangat gembira.
"Aku tinggalin kamu di sini ya" kata Rangga melepaskan genggaman nya dari pinggang ku.
"Gak mau" tolak ku kembali masuk ke dalam pelukan nya.
"Aku juga gak mau" ujar Rangga membalas pelukan ku.
"Kita kayak gini aja sampai siang" bisik Rangga menyentuh ku penuh perasaan.
"Jangan di sini, kita diliatin banyak pelayan tuh" bisik ku pada Rangga.
"mereka itu liatin aku yang sangat mempesona ini, kamu mau tubuh aku diliatin sama mereka" kata Rangga menggoda ku.
"Ya gak mau lah" jawabku melihat tubuh Rangga.
"Kalau gitu peluk aku biar mereka gak lihat tubuh sexy ini" pinta Rangga merayuku.
Dengan mudahnya aku terhipnotis oleh kata-kata Rangga dan mengikuti semua arahan nya.
"Kalau gitu kita lanjutin di kamar aja" ajak Rangga menggendongku naik ke atas kolam dan menuju ke tempat seharusnya.
"Loh loh, mau kemana mereka?" ujar mama Rachel melihat kami meninggalkan kolam.
"pastilah ke kamar, pasangan baru menikah itu selalu nongkrong nya di kamar" balas papa mengambil kesimpulan.
"Memang ya, Rangga itu sama persis kayak kamu. Sukanya di kamar mulu" sindir mama pada papa.
"Tapi kamu suka kan?" kata papa melihat reaksi mama.
"Kalau itu jangan ditanya lagi" balas mama.
~~~~~
"Aku ikut ya" bujuk Rangga ingin menemaniku pergi bersama Vina.
"Jangan sayang, Vina gak nyaman kalau kamu ikut. Nanti dia jadi anti nyamuk di sana kalau ada kamu" pikir ku
"Kalau gitu pakai hoodie sama traning aku aja, gak usah make up" pinta Rangga mengambil pakaian miliknya
"apa ini gak keterlaluan?" ujarku melihat penampilan ku seperti seseorang yang baru bangun karena pakaian ini.
"Aku gak mau kamu diliatin orang, hoodie nya jangan dilepas ya" pesan Rangga menemaniku sepanjang jalan hingga di halaman rumah.
Kebetulan juga Vina sudah tiba dengan mobilnya.
"Ran, yuk!" ajak Vina menungguku dari dalam mobil.
"Hati hati ya. Jangan lama-lama main nya" pesan Rangga membukakan aku pintu mobil.
"Aku pergi ya" ucapku mencium punggung tangan Rangga.
"Sayang!" panggil Rangga menahan ku masuk ke mobil.
"Apa lagi, ada yang kelupaan?" tanyaku.
"Peluk" bujuk Rangga tidak ingin aku pergi.
Aku memeluknya dengan erat "gak lama kok, kalau udah selesai aku langsung pulang" ucapku tidak ingin mencemaskan Rangga.
"Ya Allah, ini tuh bukan pisah selama setahun cuma beberapa jam doang" kata Vina dari dalam mobil
"Awas aja kalau istriku lecet setitik pun, aku bakalan pindahin kamu jadi tukang bersih lantai di kontor" ancam Rangga pada Vina.
"Siap bos" jawab Vina patuh.
"Assalamualaikum" ucapku yang sudah berada di dalam mobil.
"Wa alaikum salam" jawab Rangga.
"Jangan ngebut Vina" pesan Rangga.
~~~~~
"Kalian ini bucin tingkat dewa, mata gue udah gak sanggup menyaksikan kemanisan kalian" kata Vina sepanjang perjalanan menuju Mall.
"Sebenarnya dia maksa pengen ikut, tapi aku gak kasih karena kamu pasti gak nyaman" ucapku.
"Udah pasti gak nyaman lah, ditambah lagi gue pasti tersiksa dan gak dianggap lagi di bumi ini" balas Vina.
"Iya, aku ngerti kok Vin" ucapku lembut.
"Terus gimana dengan mimpi kamu" tanya Vina serius.
"Saat ini aku sudah sangat bahagia Vin, seperti nya aku akan berhenti sampai di sini" jawabku memikirkan nya matang-matang.
"Rangga gak izinin kamu kuliah di luar negeri?" pikir Vina mendengar jawaban ku.
"... ... ... Rangga akan memberikan apa saja asal aku selalu di sisinya" jawab ku.
"Tapi Ran...
"aku sudah memikirkan ini dengan kepala dingin Vin, jangan menanyakan hal itu lagi" ucapku merasa baik-baik saja.
"Apa kamu tidak merasa iri pada mereka yang sukses membawa nama bangsa, Ayahmu menginginkan hal yang sama, Ayahmu sangat mendukung mimpimu ini Ran. Masih ada 5 bulan lagi untuk mengambil keputusan akhirmu Ran. Aku harap kamu mengerti maksud ku" pikir Vina membuat ku bimbang.
"Ran, aku memang seorang bawahan Rangga di kantor tapi, kalau sebagai teman bukan berarti aku tidak bisa berbicara dengan lantang di depan Rangga, kalau demi mimpi dan kebahagiaan mu aku rela melawan atasanku" pesan Vina
"Tenang saja Vin, aku tidak akan mengecewakan mu" jawabku pada Vina.
"Hari ini kita akan senang-senang cuci mata juga cuci perut" kata Vina sangat semangat.
"Yeyyyy, hari ini aku ditraktir Vina!" ucapku bahagia
"What?" Vina keheranan.
"Kan kamu yang ajak aku belanja" pikir ku.
"Sekali-kali aku beliin kamu yang mewah, yang penting kamu senang Ran, aku rela ATM aku KOSONG!" kata Vina membesarkan suaranya.
"Yeey" ucapku memojokkan Vina.
Setibanya kami di Mall, Vina membeli pakaian formal untuk dia bekerja di perusahaan Rangga juga kami berhenti di depan toko melihat sebuah gaun yang sangat cantik.
"Wah, aku pengen banget beli ini" keluh Vina hanya bisa melihat gaun itu dari luar.
"Kita cek aja dulu, yuk" ajak ku memasuki toko fasion itu bersama Vina.
Ketika melihat harganya, Vina langsung lesu tak bersemangat "kenapa Vin? Beli aja" saranku.
"Kalau aku beli gaun ini nanti aku gak bisa beliin kamu gaun juga" pikir Vina.
"Vin, gak usah mikirin aku. Mama Rachel sering beliin aku pakaian, juga Rangga selalu beliin apa yang aku mau. Beli aja, gaun nya cocok banget sama kamu" saranku pada Vina.
"Tapi aku mau beli baju couple sama kamu" kata Vina.
"Nanti aja kita beli, sekarang kamu kerja kantoran jadi gaun ini pasti sangat berguna banget kalau lagi ada acara besar di kantor" pikir ku membujuk Vina.
Akhirnya Vina membeli gaun mewah itu dan kami menuju ke tempat yang aku inginkan.
"Ngapain kita ke sini? kamu hamil Ran!" kata Vina kaget mengajak nya ke pakaian khusus anak-anak.
"Buat anak panti Vin, udah lama aku gak jengukin mereka, sekalian kasih hadiah juga" jawabku.
"ohhh, terus pakaian bayi ini untuk siapa? Perasaan mereka udah gede-gede semua" tanya Vina memastikan.
"Bu Tina baru mengadopsi bayi yang dibuang oleh orang tuanya jadi sekalian beliin semua kebutuhan bayi itu mulai dari susu, popok. Pokoknya semua perlengkapan nya" jawabku memilih peralatan bayi dengan teliti.
"kamu pasti jadi ibu yang baik bagi anak-anak kamu" puji Vina menatapku.
"Kamu juga, bantuin aku kumpulin semua nya. Habis itu kita beli snack buat mereka" tuturku pada Vina.
"Iya adik iparku sayang" gombal Vina.
Saat semua sudah dibeli langkah terkahir adalah membawanya ke mobil.
"Wahhh, ternyata belanjaan kita sebanyak ini ya" keluh Vina kesusahan memindahkan barang dari troli.
"Kamu memang kakak ipar aku yang paling kuat Vin" puji ku agar Vina lebih rajin membantuku.
"Habis ini kita makan dulu yuk" ajak Vina kembali masuk ke Mall.
"Yuk" jawab ku.
Saat kami sudah memesan makanan dan menunggunya di meja kami Rangga menelfonku.
"Jam berapa pulang sayang?" tanya Rangga tanpa basa basi.
"Dikit lagi, aku lagi nunggu pesanan aku sama Vina" jawabku.
"Jangan pesan yang dingin-dingin ya, terutama ice cream" pesan Rangga.
"Enggak kok" jawabku sedang menyeruput minuman Boba di hadapanku.
"Kualat lo Ran" kata Vina pelan.
"Aku ke sana sekarang ya, jemput kamu" pinta Rangga.
"Jangan!, bentar lagi pulang kok. Kalau makan nya udah selesai Vina langsung anterin aku pulang" tolak ku.
"Jangan kelamaan, aku bosen di rumah sendiri" kata Rangga manja.
"Papa sama mama mana?" tanyaku pada Rangga
"Aku gak tahu ke mana ABG labil di rumah kita" kata Rangga memberikan julukan pada mama dan papa.
"Jangan gitu ih, mungkin papa sama mama lagi kencan juga" pikir ku
"Makanya kamu cepat pulang yah, aku kangen nih" keluh Rangga membujuk ku.
"Iya sayang" jawabku merona.
Beberapa menit kemudian kami kembali menuju ke rumah, sepanjang perjalanan Vina merasa aneh pada mobil yang selalu mengikuti kami dari belakang.
"Ran, kamu kenal gak sama mobil putih di belakang?" tanya Vina padaku.
Saat aku menoleh kebelakang melihat mobil itu " aku gak kenal sama mobilnya" jawab ku.
"Terus kenapa dia ngikutin mulu dari tadi. Mobil Reza warna putih juga tapi itu bukan plat mobil dia" pikir Vina.
"Mungkin se arah kali" pikirku meyakinkan Vina.
Ckriiiitttt.
"Yang bener dong bawa mobilnya" teriak Vina pada mobil putih yang mengikuti kami, secara tiba-tiba mobil itu melambung dan menghadang kami.
Seorang pria memakai pakaian hitam juga memakai masker menutupi wajahnya menghampiri kami.
Tak tak tak
"Keluar!" teriak lelaki itu memukul mobil Vina.
"Gila kali ni orang" ketus Vina marah melihat mobilnya ingin di rusak.
Kami berada di jalan sepi kendaraan karena ini sudah maghrib.
Bukkk
Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri Vina di pukuli dengan sebuah tongkat bisbol di kepalanya.
"VIN...
aku segera keluar menghampiri Vina sudah tergeletak bersandar di mobilnya.
Dengan cepat aku menelfon polisi dengan handphone ku.
"Ran, lari..." lirih Vina memerintahkan aku untuk kabur.
Belum sempat aku berlari lelaki itu menangkap ku dan membiusku dengan sebuah kain di tangan nya.
"Ran!!!" teriak Vina yang mulai pudar dari penglihatan ku.
gimana episode kali ini? jangan lupa comment yaaa...
Share this novel