Bercak Merah

Romance Completed 76644

Beberapa menit kemudian, Vina,Reza dan kak Rizki datang menguji ku di Bandung. Tanpa berkata apa-apa Vina langsung memeluk ku dengan pelukan hangatnya."maaf ya Ran,kita baru bisa datang hari ini.kamu yang tabah ya, Aku akan selalu ada untuk kamu, jangan pernah berfikir kalau di dunia ini hanya ada kamu. Kita disini siap mendengar semua keluh kesah mu""ucap vina

"Iya,gak apa apa. Makasih udah datang ya beb"ucapku yang masih di dalam pelukan Vina.

"Kalau butuh apa apa, hubungi saja aku"pinta kak Rizki. Aku membalasnya dengan senyuman karena mereka datang membantu meredakan kesedihan ku.

Aku mempersilahkan mereka masuk dan mengemasi semua barang mereka yang berada di dalam mobil kemudian aku memperkenalkan kak Rizki pada keluarga ku karena mereka bertanya tanya tentang keberadaan seorang lelaki yang menarik perhatian itu.

"Aku harap kak Rizki bisa menyesuaikan diri dengan keluarga ku"pintaku yang meninggalkan nya karena aku masih melayani tamu yang masih berdatangan.

"Tenang saja Ran"jawab kak Rizki dengan percaya diri.

"Apa yang dilakukan si pengganggu itu padamu?"tanya Rangga dengan akrab padaku, berfikir kalau aku sudah tidak marah lagi padanya.

"Ada lah,kamu gak perlu tahu!"Jawaku ketus.

"Loh, masih marah toh karena masalah tadi.kirain udah selesai ngambek nya. Dasar anak kecil satu ini"kata Rangga mengelus kepalaku.

"Apaan sih Rangga,malu dilihat orang"ujarku.
Aku melangkah menjauh dari Rangga, menghindari sifat ku yang mudah luluh pada si mesum itu. Ternyata apa yang dikatakan Rangga benar, begitu banyak tamu yang datang pada malam ini, Untung saja semua mendapatkan makanan mereka juga sekaligus cemilan yang kami pertengkarkan pagi tadi. Aku merasa bersalah padanya dan lagi lagi dia membuat ku kagum akan sikapnya itu.

"Suamiku..."panggilku pada Rangga yang sibuk mengemasi barang-barang yang berada di hadapan ku.

Rangga kebingungan apakah aku yang memanggilnya, akhirnya dia melihat ku sambil menunjuk ke dirinya sendiri

"Kamu panggil aku Suamiku?"tanya Rangga kebingungan.

Aku hanya mengangguk malu karena mau meminta maaf akibat persoalan tadi pagi. "Maafin aku ya. Aku salah, seharusnya aku berterimakasih sama kamu"ucapku dengan manja padanya.

Dia hanya diam dan tidak berkata apa-apa, tetapi yang membuat ku bingung adalah ketika aku melihat wajahnya yang merona dan langsung meninggalkan ku pergi.

"Sayang, kenapa kamu sangat menggoda"gumam Rangga yang sedang mengekspresikan dirinya sendiri di dalam kamar. Entah apa yang akan terjadi jika tiba-tiba saja Ran masuk ke dalam kamarnya.

Saat di kamar, tiba-tiba handphone Rangga berdering.
Seketika wajah Rangga berubah menjadi murung, entah apa yang harus Rangga jelaskan nantinya pada istri tercinta nya itu. Panggilan yang baru saja diterimanya berasal dari perusahaan Ayahnya yang akan menyeleksi calon karyawan baru dan Rangga adalah salah satu orang yang mendaftarkan diri. Entah istrinya akan mengizinkan nya pergi pada saat suasana seperti ini.

Akhirnya pada saat takziah malam itu selesai teman temanku menginap di rumah aku dan Vina tidur seranjang di kamarku, sedangkan Rangga tidur di kamar lain. Sebenarnya Rangga menolak untuk tidur berpisah dengan ku, apalagi ada sesuatu yang penting ingin Rangga jelaskan padaku, tapi karena Vina memaksaku untuk membujuk Rangga mau tidak mau Rangga harus mengalah.

"Kalau Vina sudah tidur kamu ke kamar tamu ya sayang, ada yang mau aku jelasin ke kamu"kata Rangga melalui WhatsApp.

Aku penasaran tentang apa yang akan Rangga sampaikan kepadaku atau ini hanya alasannya untuk bertemu dengan ku di tengah malam ini. Tapi sebenarnya aku juga sudah merindukan nya meskipun kami serumah namun jarang menghabiskan waktu bersama karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Aku pun menuju ke kamar tamu sambil mengendap-endap agar tidak kedengaran oleh orang di rumahku.

"Sayang"panggilku dengan suara yang kecil di depan pintu kamar sembari melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan keadaan. Rangga langsung menarik ku ke dalam kamar dan langsung memeluk ku.

Terlihat wajahnya yang sedih di hadapan ku, akupun bertanya padanya"kamu kenapa sayang? Kok mukanya murung gitu?". Dia hanya diam dan makin memelukku erat.

"Kamu sakit ya?"tanyaku lagi dengan lembut

"Besok aku harus kembali ke Jakarta"keluh Rangga padaku.

Akhirnya aku tahu alasan dia memasang wajah sedih, dia takut aku menangis lagi karena ditinggalkan pergi

"Ohhh,jadi ini yang bikin kamu sedih?"tanyaku lagi memastikan jawaban Rangga.

"Yang bikin aku sedih itu karena malam ini aku gak bisa tidur sama kamu"kata Rangga dengan kecewa.

Aku menyembunyikan senyumanku pada Rangga yang entah sedang sedih atau marah karena tidak bisa bersama ku malam ini.

"Kalau gitu aku temenin tidur aja ya,terus kalau kamu sudah tidur aku balik ke kamar aku. Oke?"saranku pada Rangga.

"Gak mau, pokoknya kamu harus tidur temenin aku semaleman"bujuk Rangga yang mau menjahili ku lagi.

"Kalau aku ketiduran di sini, Vina pasti bakalan cari aku Sayang. Lagian kamu kenapa sih tiba-tiba jadi kayak anak kecil gini, biasanya aku yang gak bisa lepas dari kamu" pikirku yang sangat ingin membaca pikiran Rangga.

Dia tersenyum nakal dan menarikku masuk ke dalam selimut"kalau gitu aku yang akan bangunin kamu,kamu tidur disini aja dulu nanti kalau sudah shubuh aku bangunin"kata Rangga memelukku.

Dengan bodohnya aku dipermainkan lagi oleh si mesum ini, akhirnya akupun masuk ke dalam perangkap nya dan tidak bisa berkutik. Aku hanya pasrah dan mengikuti apa yang akan dilakukannya.

"Yaudah, kalau gitu bangunin aku ya sayang,awas saja kamu macem-macem sama aku"ancam ku pada Rangga.

"Iya sayang kamu tidur saja,biar aku yang jagain kamu. Percaya deh sama aku"ucap Rangga dengan senyum nakalnya itu. Akupun tertidur di dalam pelukan Rangga yang masih mengelus kepalaku dengan lembut.

"Sayang bangun, sudah mau shubuh nih. Jangan sampai Vina gak lihat kamu disampingnya nanti kamu kesusahan buat alasan sama dia"panggil Rangga dengan lembut. Aku yang masih belum sadar sepenuhnya menatap Rangga yang berada di hadapanku, memasang wajah yang sangat bahagia seperti habis melakukan sesuatu yang seru namun aku tak tahu apa itu. Aku segera bangkit dari tidurku dan beranjak dari kasur tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Sayang, kecupan selamat malamnya kelupaan"ungkap ku yang baru saja mau membuka pintu.

Rangga hanya tersenyum dan mengatakan "gak apa-apa kok sayang,lagian aku sudah mendapatkan yang lebih dari itu. Bye sayang. Hati-hati dijalan"

Tanpa berfikir panjang aku segera menuju ke kamar, Untung saja Vina masih tertidur lelap jadi aku tidak perlu lagi membuat alasan jika ketahuan.
Dengan perlahan aku menarik selimut yang juga menempel pada Vina dan segera masuk ke dalamnya,aku melanjutkan tidurku lagi dengan nyaman.

Sejam kemudian aku terbangun mendengar suara adzan dari kak Hendra, Vina pun juga ikut terbangun kami saling bertatapan di atas kasur.

"Selamat pagi Ran" sapa Vina dengan senyuman menis nya.

"Pagi juga Vin" sapa ku juga dengan senyuman hangat.

Beberapa detik kemudian mata Vina fokus ke arah leherku"kamu alergi ya Ran, kok leher kamu bercak gitu?"tanya Vina khawatir.

"Hah?mana?"aku kaget dan segera berlari ke cermin yang berada di kamar mandi. Mencoba memastikan apakah itu benar atau tidak, ternyata itu bukanlah bercak karena alergi melainkan sesuatu yang dilakukan oleh si mesum itu.

Aku memastikan lagi apakah masih ada bercak di daerah lain di tubuhku dan ternyata begitu banyak tempat yang tidak bisa ku utarakan.

Membuatku bingung, entah apa yang harus ku jelaskan pada Vina. Mustahil aku mengatakan bercak ini akibat ulah dari suamiku, dia pasti secara refleks akan mengatakan nya pada ibuku atau mertuaku karena mulut aktifnya itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience