"Vin, cepetan" ucapku buru-buru masuk kedalam mobil bersama Vina.
"Kok gue yang deg-degan ya" kata Vina gugup.
"Kan aku yang diperiksa, kok kamu yang pucat Vin" pikirku.
"Bismillah, kita berangkat sekarang" kata Vina melaju ke tempat tujuan kami yaitu rumah sakit. Tanpa izin dari Rangga, aku langsung pergi ingin memastikan nya dengan mataku sendiri.
"Ibu Ran Tania, mari masuk" kata suster itu membawaku masuk bersama Vina.
"Kita tespeck dulu ya" kata dokter itu memerintahkan aku masuk ke kamar mandi.
Benar saja ini kelima kalinya aku menguji tespeck, saat di rumah aku mencoba semua jenis tespeck dan hasilnya masih sama yaitu positif. Aku sangat ingin memberi tahu Rangga akan kabar bahagia ini, berhubung hari ini adalah ulang tahun Rangga dan aku sengaja tidak mengucapkan selamat pada Rangga hingga saat dia ke kantor wajah nya ditekuk lesu karena mengharapkan aku mengingat hari ulang tahunnya.
"Alhamdulillah, gue bakalan jadi Tante Ran" kata Vina sangat bahagia.
"Kita lihat dulu kondisi janin ya Bu" kata Dokter itu memerintah kan aku untuk baring di brankas dan dia langsung membuka sedikit pakaian yang menutupi perutku.
"Dokter, itu yang kecil mirip kecebong apa?" Tanya Vina penasaran.
"Itu janinnya, usia janin saat ini sudah 7 minggu. Detak jantungnya juga sangat sehat" kata Dokter itu.
"Suami anda mana?" Tanya Dokter itu.
"Suami saya lagi kerja dokter, malam ini suami saya ulang tahun dan janin ini adalah hadiahnya" ucapku sangat bahagia dan tidak sabar.
"Saat masa awal kandungan, janin sangat rentan. Pastikan jangan berkerja yang terlalu berat, jangan stres dan pola makannya di atur. Saya akan memberikan resep untuk menguatkan janin" kata dokter itu.
"Terimakasih dokter" kata kami berdua melangkah pergi dari ruangan itu.
"Hati-hati, jalannya lambat aja. Awas kesenggol. Bang jalannya fokus dong" kata Vina sangat protektif padaku, hingga orang yang melewati ku kena semprot oleh mulut Vina yang pedas.
"Ehhh, itu kan... Rangga sama Jessica. Ngapain mereka ke rumah sakit?" Pikir Vina langsung membawaku bersembunyi dibelakang tembok memerhatikan mereka.
"Dokter kandungan? Siapa yang hamil?" Kata Vina penasaran.
Aku yang dari tadi hanya melihat perut datar yang sedang ku elus lembut. "Ran, kamu lihat Rangga kan?" Kata Vina menyolek lenganku.
"Iya, lihat Vin. Aku percaya kok sama Rangga" jawabku.
"Hei, mama muda. Suami Lo lagi temenin perempuan ke dokter kandungan, Lo malah senyum-senyum sendiri di belakang gue" ketus Vina ingin menabok aku.
"Untung gue sayang, kalo enggak dari tadi udah gue kasih serangan melintang jidat Lo" kata Vina.
"Aku bakalan jadi mama Vin" ucapku sangat bangga "terus Rangga pasti dipanggil papa sama anak kita berdua" ucapku masih ngayal.
"Pengaruh hamil kali ya, otak Lo gak waras" kata Vina menggelengkan kepalanya.
Saat Rangga sudah pergi bersama Jessica. Vina manarik ku masuk ke ruangan yang baru saja mereka tinggalkan.
"Ada yang bisa di bantu" kata dokter itu pada kami yang sudah duduk menempati kursi pasien.
"Pasangan yang tadi ke sini ngapain dok?" Tanya Vina langsung to the point
"Maaf, kami tidak bisa memberikan informasi pasien pada orang lain" kata Dokter itu tegas.
"Kami harus tahu dok, teman saya ini adalah istri dari lelaki yang bersama dengan wanita yang baru saja anda periksa" kata Vina. Dokter itu masih tidak percaya hingga akhirnya aku yang angkat bicara
"Saya istrinya dok" ucapku hingga dokter itu menjelaskan yang terjadi.
"Pasien bernama Jessica itu sedang melakukan proses penyembuhan pada rahim nya akibat kecelakaan. Setiap minggunya dia akan datang bersama dengan suaminya" jawab dokter terus terang.
"Bukan suami dokter tapi bawahan suami saya di kantor" ucapku membenarkan.
"Tapi lelaki itu sangat cemas setiap kali Jessica melakukan pemeriksaan" pikir dokter itu berubah jadi gosip.
"Kenapa anda biasa saja melihat suami bersama wanita lain" kata dokter itu penasaran.
"Saya percaya pada suami saya dokter, mungkin janin ini akan memperbaiki hubungan kami dan dia akan meninggalkan wanita itu" jawabku.
"Dasar bego" kata Vina memutar matanya malas.
Saat malam pukul 21:00 Rangga sedang lembur karena banyak hal yang harus diselesaikan hingga aku menghampiri dia. Aku mempercepat langkah kaki ku menuju ke ruangan Rangga tanpa sepengetahuan nya. Hatiku yang saat ini sangat bahagia dan ingin membaginya dengan orang yang pasti juga sangat gembira dengan suprise ini.
Tanpa mengetuk pintu aku segera membuka pintu dan masuk perlahan ke ruangan Rangga..
"Happy birthday say..."
Prankkk....
Kue ulang tahun yang ingin aku berikan kepada Rangga jatuh tepat berada di hadapanku.Mataku sendiri yang menjadi saksi perselingkuhan suamiku
"Ran, tahan air matamu. Kamu harus jadi orang yang kuat"batinku yang mencoba untuk tenang mengahadapi situasi ini.
Pelukan yang begitu menggairahkan antara Jessica dan Rangga di malam yang begitu dingin ini. Bibir Rangga yang sedang mengecup kening Jessica dalam pelukannya
Rangga yang merasa tidak mempunyai perasaan enggan untuk membalas pelukan wanita yang berpakaian sangat terbuka bahkan sebuah ciuman dari Jessica yang akan mendarat di bibir Rangga
Dengan senyuman licik yang terpancar dari wajah wanita jalang itu membuat ku marah hingga mau mati karena memendamnya.
Ketika Rangga melihat ku di depan pintu, dia terkejut hingga mendorong Jessica menjauhinya.
"Ran... ini tidak seperti yang kamu lihat" kata Rangga terbata-bata menjelaskan nya padaku
"Sepertinya aku mengganggu malam kalian" ucapku tenang melihat meja Rangga terdapat kue ulang tahun yang sudah di makan.
Jessica hanya diam menunduk, mencoba untuk memperlihatkan kepolosannya pada Rangga.
"Ran, aku hanya menerima ucapan dari Jessica dan..."
"Dan apa? Hadiahnya adalah Jessica yang sudah memakai pakaian seperti jalang. Kalau saja aku tidak datang sudah pasti ciuman itu akan mendarat dengan sempurna di bibir kamu Rangga! Dan pasti akan berlanjut dengan adegan panas lainnya! Dasar wanita picik" ucapku kasar menatap Jessica.
"Ran, minta maaf pada Jessica"ucap Rangga tegas
"Untuk apa? Mmmm karena gue menyebutnya jalang? Atau pelakor? Kan emang bener"jawabku asalan.
"Ran, jaga mulut kamu sebelum aku bertindak"kata Rangga dengan nada dinginnya.
Plakkk
Tamparan terbang ke wajah Rangga yang berada di hadapanku. Aku sebagai istri merasa gagal mengurusi suamiku. Apa aku belum cukup untuk Rangga, mengapa dia selalu saja mempunyai alasan yang tidak bisa ku bantah demi membela Jessica.
"Astaga! Rangga kamu tidak apa-apa?"ucap Jessica khawatir segera menyentuh pipi Rangga tanpa menghiraukan aku.
Rangga membuang nafas berat "huh!,ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan Ran. Percayalah!"kata Rangga sudah tidak tahu harus menjelaskan apa.
Aku yang sudah sangat muak berada di tempat itu ditambah lagi Rangga yang tidak menjelaskan semuanya dengan jelas membuat ku gila rasanya.
"Rangga... sekarang... aku sudah bukan milikmu lagi saat kamu mengecup keningnya" ucapku dingin.
Aku berlari keluar dari ruangan itu dengan air mata yang sudah tak dapat ku bendung. Tangan yang masih gemetar setelah menampar Rangga dengan keras.
"Loh! kok cepat balik Ran? Rangga mana?"tanya Vina yang masih setia menungguku di mobil.
"Kita balik aja Vin, aku capek" jawabku.
"Kamu kenapa? Kok nangis sih?" tanya Vina khawatir.
"Vin... hiks hiks Rangga..."
"Rangga kenapa?"
"Rangga selingkuh sama Jessica hiks hiks" ucap ku yang sudah tidak karuan.
Aku menceritakan kepada Vina apa yang baru saja terjadi hingga membuatku menangis
"Dasar perempuan jalang" gerutu Vina sangat marah dan ingin menghampiri Jessica
"Gak usah Vin, kita balik aja"
Vina tidak tega melihat ku yang sudah tidak berdaya mencoba untuk menenangkan pikiran ku saat itu.
"Kamu tahu kan perasaan Rangga, dia gak akan menduakan kamu Ran. Dia itu cinta sama kamu, mungkin saat itu Rangga hanya mencoba untuk memberikan rasa terimakasih pada Jessica" pikir Vina sambil menyetir mobil.
"Aku seorang istri yang gagal, aku seharusnya bertanya dulu pada Rangga apakah dia bahagia hidup bersamaku hiks hiks hiks... sekarang apa yang harus aku lakukan Vin"
Aku sangat pasrah akan keadaan saat ini, aku merelakan semua mimpiku demi menjadi istri yang menaati suaminya, tapi ini adalah balasan yang dia berikan kepadaku.
Demi menjaga buah hati yang berada di dalam kandungan ku jalan satu satu nya adalah pergi menjauh dari semua tekanan ini, aku tidak ingin buah hatiku terluka dan mungkin ini adalah jalan yang harus aku ambil. Demi menjaga keharmonisan rumah tangga kami juga agar ibuku tidak terluka akan masalah ini, aku lebih memilih untuk diam dan harus menjauh demi kebaikan bersama.
"Halo profesor Darwin, aku menarik kembali perkataan ku. Malam ini semua berkas soft file nya segera ku kirim"ucapku melalui telepon.
"Ran, apa ini adalah keputusanmu?"tanya Vina.
Aku mencoba untuk menenangkan diri, tapi kepalaku dipenuhi dengan semua kekacauan yang dilakukan Rangga, aku hanya bisa melihat perut kecil yang saat ini sedang ku sentuh dengan lembut
"Vin, aku sangat mencintai Rangga. Tapi aku tidak ingin kehilangan janinku karena perbuatan dia. Aku harus menenangkan diri dulu Vin, aku akan membesarkan anak ini sendiri nantinya" tuturku
"Tapi kamu hanya akan terluka jika pergi tanpa menyelesaikan masalah ini. Jika kamu memberitahukan Rangga akan kandungan mu dia pasti akan meninggalkan semuanya demi kamu" pikir Vina
"Rangga tidak bisa meninggalkan Jessica karena janjinya.Rangga sudah berubah Vin, dia sudah bukan orang yang dulu aku kenal. Jalan terbaik saat ini adalah...menjauh dari Rangga" jelas ku.
Setiba di rumah, Vina menemani ku dengan sabarnya dia memelukku di ruang tamu. Berhubung saat ini mertuaku sedang dinas ke luar kota, dan seperti biasa di rumah ini hanya aku seorang.
"Ran....jangan menangisi lelaki yang hanya bisa melukai mu. Jangan terlarut-larut dalam kesedihan, janin mu akan terganggu"kata Vina.
"Aku hanya tidak bisa melepaskan dia pada wanita lain"ucapku begitu mencintai Rangga.
Ting tong...
Tak
Rangga masuk dengan wajah dingin menghampiri ku.
"Vina, tinggalkan kami. Ini urusan rumah tanggaku"kata Rangga pada Vina
"Rangga, kamu akan menyesal seumur hidup kalau sampai dia meninggalkan mu"kata Vina segera meninggalkan kami.
"Ran...
Hiks...
Hiks...
Hiks...
"Aku tahu begitu banyak wanita yang mencoba mendekatimu bahkan sampai memberitahukan perasaan mereka secara terang terangan di hadapanku,tetap saja aku dengan sabar menerima nya karena aku tahu kamu tidak akan pernah membuka hati untuk mereka, tapi kali ini kamu sendiri yang menyerahkan dirimu pada dia"keluhku panjang lebar
"Aku tidak pernah membuka hati untuk Jessica ran" bantah Rangga
"Tapi kamu yang memberikan dia tempat untuk terus berada di dekatmu, kamu membiarkan dia menumbuhkan benih-benih cinta yang dia miliki untuk kamu" bentak ku. " aku menyadari satu hal darimu Rangga, hatimu memang untukku tapi tidak dirimu"
"Ini semua demi kebaikan kita berdua Ran, kumohon... percayalah padaku" bujuk Rangga.
"Ketika kamu membela nya di depan semua orang, saat itu aku sudah tidak percaya pada kamu Rangga" balas ku
"Apa kamu ingin memutuskan hubungan ini denganku?" tanya Rangga
Justru aku yang menanyakan itu padamu Rangga "apa kamu masih ingin bersamaku? Apa kamu masih menginginkan aku?"
"Ran, kenapa kamu tidak percaya padaku?"
"Bagaimana aku tidak percaya, kamu tidak pernah menjelaskan semuanya kepadaku! Kita seharusnya saling mengerti dan memercayai Rangga! Rasa percaya ku kini hanya seperti debu bagimu, kalau kamu mempunyai masalah ceritakan padaku biar kita bisa menyelesaikan nya bersama-sama"
"Aku tidak ingin kamu cemas Ran. Biar aku yang menyelesaikan semua ini sendiri, aku tidak ingin kamu terlibat"
"CUKUP!!! Aku sudah muak mendengar kalimat itu! Aku tidak ingin lagi memercayai kamu. Cukup Rangga Aditya!" teriakku sudah muak dengan semua omongan Rangga.
"Atau aku hanyalah pemuas nafsumu Rangga" tanyaku begitu kecewa pada dia.
"Apa kamu menganggap ku hanya sebatas itu?"
"Kamu harus memilih aku atau dia, ini adalah keputusan terakhir ku"pintaku serius menatapnya.
"Aku.....tidak bisa memilih"jawab Rangga ragu
"Baiklah, aku sudah tahu jawabanmu"ucapku berlari meninggalkan dia.
"Kamu bahagia kan sudah merusak rumah tangga seseorang, sekarang kamu sudah bisa memilikinya kini tidak ada lagi yang bisa menghalangi mu"ucapku yang baru saja berhadapan dengan Jessica.
Aku hanya bisa merelakan semua kenangan indah yang kumiliki selama ini bersama nya. Kini hubungan itu telah hancur berkeping-keping
Seandainya waktu bisa ku putar kembali, aku tak akan pernah mengenalnya, aku tak akan pernah membiarkannya masuk ke dalam hatiku seutuhnya. Mengapa aku harus melepaskan mu di saat aku sangat mencintaimu? Mengapa hati ini sangat sakit? Mengapa kamu lebih memilih seseorang yang baru saja kamu temui dibanding aku yang selalu menemanimu selama ini.
Itu semua tak mungkin lagi aku katakan padamu yang kini lebih memilihnya. Kesalahan apa yang dulu ku perbuat sampai aku mengalami semua ini.
"Ran! Maafin aku, Tunggu"panggil Rangga dari kejauhan.
"Cukup Rangga!, Gakada lagi yang mau aku katakan padamu. Aku sudah lelah. Kita akhiri saja hubungan ini"ucapku pergi meninggalkannya bersama dengan sebuah mobil yang menjadi saksi setiap air mata kesedihan yang kini menyerang ku.
"Gak! aku gak akan pernah mau mengakhiri hubungan ini Ran! Sampai mati pun aku tidak pernah mau! Aku akan jelasin semuanya dari awal" teriak Rangga berlari mengejar mobilku
Apapun yang kamu katakan tidak akan mungkin lagi aku percaya, semua itu tidak ada artinya lagi bagiku. Entah kemana mobil ini akan pergi, aku hanya mengikuti naluri hati yang membuatku lebih tenang, tapi air mata ini selalu mengalir dengan sendirinya begitu pedih, aku hancur, aku tidak berdaya dengan semua ini.
Ddrrrtt ddrrrttt ddrrttttt
"Kamu baik baik saja?"tanya kak Rizki menelfon ku.
Entah kenapa kata-kata itu membuatku makin sedih, aku ingin berteriak, aku ingin melupakan semua ingatan ini.
"Ran? Kamu di mana? Aku ke sana sekarang" panggil kak Rizki lembut
Mengapa bukan kamu yang mengatakan hal itu Rangga, saat ini aku menunggu kepastian darimu Rangga, tapi seseorang yang tidak ku harapkan kini lebih memahami ku dari pada kamu
"Aku...
Belum sempat ku menjawab pertanyaan dari kak Rizki, takdir lebih dulu datang padaku.
Pip pip...
Brukkk, Banggkkk
Mobil yang kini ku kendarai menabrak sebuah truk yang berada tepat di hadapanku. Kejadian itu begitu cepat tanpa aku sadari aku telah berada di luar mobil yang aku kendarai, aku merasakan sakit yang tak tertahankan, aku mendengar telingaku berdengung dengan kencang. Tubuh yang kini tak bisa lagi aku gerakkan, hanya mataku yang bisa menatap mobil di hadapanku meledak, mengeluarkan suara pun aku sudah tidak mampu.
Terlihat seorang lelaki berlari kencang ke arahku terlihat wajahnya sangat khawatir, belum sempat aku melihat wajahnya penglihatan ku mulai gelap dan kini aku pun tidak sadarkan diri.
"Ran!!!" teriak Rizki berlari ke arahku
~~~~
Rizki melihat sendiri dengan mata nya sendiri gadis yang dia sayangi itu berguling guling menghantam aspal yang sangat keras.
Saat berada di depan gadis itu, waktu seakan terhenti. Ran tergeletak di tengah jalan dan berlumuran darah
"Ran, ini aku Rizki. Aku di sini sekarang. Lihatlah, aku begitu cepat menemukan mu kan?"panggil Rizki lirih. Namun tidak ada tanda tanda Ran membalas panggilan dari orang yang sudah dianggapnya sebagai kakak. Ran kini tidak sadarkan diri.
Kini mereka dikerubungi banyak orang, Rizki memeluk Ran dengan erat sembari menunggu ambulance datang.
"Kamu akan baik baik saja. Ran, kalau seandainya kamu tidak sadar aku akan membunuh lelaki brengsek itu" gumam Rizki yang sangat terpukul melihat wanita yang dicintainya terluka.
"Aku tidak akan kehilangan wanita yang kucintai pergi untuk kedua kalinya"
kata Rizki yang mulai meneteskan air mata.
Saat ambulance tiba, dengan segera mereka membawa Ran menuju rumah sakit. Rizki yang selalu menggenggam tangan Ran dengan penuh harap kalau dia akan sadar kembali.
Tanpa banyak berkata Dokter segera memerintahkan agar Ran dimasukkan ke ruang operasi karena kondisinya yang sangat parah.
"Siapa wali dari wanita ini?"tanya dokter itu.
"Saya keluarganya dokter" jawab Rizki bangkit dari tempat duduknya.
"Tabah kan hatimu, pasien mengalami benturan hingga membuat pendarahan di kepalanya dan....
"Dan apa dokter?"tanya Rizki yang sangat penasaran
"Kami sudah berusaha dengan sekuat tenaga, sayangnya janin yang masih berumur 8 minggu keguguran karena sebuah benturan keras di bagian perutnya. Jika janin tidak digugurkan sudah pasti akan cacat dan bahkan bisa mengancam nyawa ibunya Juga pasien kehilangan banyak darah dan kami harus segera melakukan operasi."kata dokter itu dengan berat hati.
"Astagfirullah, anakku!!"teriak mama Ran baru saja tiba pingsan setelah mendengar percakapan Rizki dan dokter itu.
enggak lama lagi end guyss. jangan lupa comment dan tebak yang akan terjadi di episode selanjutnya. love you guys
Share this novel