episode 33

Romance Completed 76642

"Akkhhhh"teriak ku kaget melihat seorang pria sedang mandi tanpa busana di hadapanku.

"Kenapa teriak gitu sih, kayak pertama kali lihat tubuh aku aja"kata Rangga kaget.

"Akuu....aku pikir kamu gak di sini, pintu kamar mandi juga gak dikunci. Harusnya kamu kunci biar aku tahu ada kamu di dalam"oceh ku menutup kedua mataku.

"Mau mandi?"tanya Rangga yang masih tetap berada di bawah shower dengan santai.

"Ka...kalau gitu aku keluar dulu, kamu di sini aja"ucapku berjalan cepat keluar dari ruangan itu.

Tep

Tangan Rangga menahan ku pergi

"Sa..yang"panggilku sangat gugup, kini Rangga berada di belakang ku.

"Mau kabur ke mana?"tanya Rangga tersenyum nakal sambil mengangkat keningnya.

"Aku... gak kabur"jawabku canggung.

"Lihat aku"pinta Rangga memutar badanku ke arahnya.

"Gak, kamu lagi naked!"balasku yang masih menutup mata

"Serius gak mau lihat? Rugi loh"tawar Rangga terkekeh melihat tingkah ku

Jujur saja aku yang masih belum terbiasa akan hal ini meski sudah lama menikah, karena kami terpisah waktu dan jarak dulu nya. tapi sekarang kami sudah tinggal di atap yang sama.

Melakukan semuanya bersama-sama, terkadang aku menjadi wanita yang lebih agresif dari dia tapi ada kala aku menjadi wanita pemalu, itu semua tergantung situasi dan kondisi.

Dan masalah nya di sini, lampu yang begitu terang suasana yang tenang juga seorang lelaki yang sedang menggoda ku itu semua membuat ku tidak bisa berfikir jernih.

Tapi saat ini aku juga penasaran dengan tawaran Rangga dan akhirnya aku lebih memilih naluri yang menyimpang dari rasa kerasionalan ku

Perlahan aku membuka setiap selah jariku dan melihat tubuh Rangga.

Saat melihat ke bawah, aku menelan Saliva ku yang terlihat jelas oleh Rangga.

Ternyata dia sudah memakai handuk saat menghampiri ku,

Tapi kenapa aku merasa kecewa ya?

"Mikirin apa sih, sampai melamun gitu, ohhhhh... Sepertinya aku tahu, kamu kecewa kan karena aku...

"Siapa yang kecewa"ucapku menghindari tatapan nya.

"Kalau gitu kita gak usah buang-buang waktu"saran Rangga langsung membawaku ke tempat shower.

"Kamu kan udah mandi"pikirku

"Aku tadi belum selesai mandi saat kamu datang juga....aku bantuin kamu mandi ya. Kita mandi bareng biar gak mubazir air nya"ajak Rangga.

"Perasaan kamu yang mubazir air kalau ikut mandi bareng aku"pikir ku

"Sayang nyenengin suami itu pahalanya banyak loh"kata Rangga menasehati ku.

"Yaudah"jawabku malu.

"Yaudah maksudnya iya?"tanya Rangga.

"Terserah"jawab ku.

Akhirnya saat terjadinya proses tawar menawar antara aku dan Rangga rupanya aku yang kalah telak

"Ini yang dinamakan Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui"gumam Rangga sangat senang.

"Biar aku aja yang mandiin kamu"

"Gak, jangan sentuh yang itu. Biar aku saja"

"Kalau nolak pahalanya berkurang loh sayang"

"Ihhhh! Rangga Mesum!!"

Aku tidak tahu harus menjelaskan nya seperti apa. Dia selalu saja seperti ini, ku akui aku memang manja pada dia tapi dia lebih manja dan selalu ingin terlibat dalam segala hal denganku.

Kami memang mandi bersama tapi karena kondisi ku yang tidak baik hari ini dia rela menahan keinginan nya untuk melakukan hal lebih denganku tapi dia mengambil kesempatan untuk menyentuh apapun yang ingin dia sentuh.

Selepas mandi, kami bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Maghrib berjamaah bersama dengan seluruh orang di rumah ini.

Suara Adzan Rangga berkumandang di seluruh ruangan rumah itu,

Seorang lelaki yang tersenyum menatapku dari saf paling depan bersama papa.

"Jangan melihat ku seperti itu"ucapku memberikan bahasa isyarat menggunakan tangan.

"Kamu kan istriku"balas Rangga tidak mau berpaling.

"Aku malu"ucap ku menutupi wajahku.

"Rangga"panggil papa

Tapi Rangga tidak menghiraukan papa yang memanggilnya

"Rangga!"panggil papa keras

"Hah? Kenapa pa?"tanya Rangga yang akhirnya tersadar pada panggilan papa.

"Ikamah Rangga"perintah papa yang melihat Rangga masih linglung.

Musholla itu dipenuhi oleh jama'ah yang tinggal di rumah ini.

Seperti yang aku tahu jumlah pelayan yang bekerja di rumah ini ada 20, belum lagi yang bertugas di dapur, penjaga kebun dan taman, tukang bersih kolam renang,tukang yqng kasih makan ikan koi papa dan supir mama,papa dan Rangga.

Mereka tinggal di bangunan lain yang berada di dekat kolam renang, sampai sekarang aku masih bertanya-tanya seberapa luas rumah ini?

Selepas kami melaksanakan sholat Maghrib, masih ada satu kegiatan malam jumat yang dilakukan yaitu membaca Al-Qur'an bersama sama.

Aku masih memakai mukena berwarna putih kini berhadapan dengan Rangga sedangkan yang lain membaca Al-Qur'an sendiri-sendiri sesuka hati mereka memilih surah yang ingin di baca.

Pada saat aku akan mengambil Al-Qur'an di lemari Rangga segera menarik ku dan segera duduk di depannya sudah tersedia Al Qur'an di meja khusus.

"Sekarang, aku jadi guru ngaji kamu kita akan baca surah Yaasin. Kalau salah baca harus dapat hukuman"paksa Rangga padaku.

"Aku baca sendiri, gak mau di ajarin kamu. Lagian alhamdulillah aku sudah bisa baca Qur'an"jawab ku.

"Gak boleh, kalau salah satu huruf kamu cium aku kalau benar semua aku cium kamu"kata Rangga menjelaskan aturannya.

"Kok gitu sih aturan nya. Rangga, aku gak mau digangguin sama kamu. Mending baca sendiri-sendiri aja deh. Lihat tuh mereka udah mulai dari tadi"keluhku yang sangat kesal.

"Sayang, aku itu imam kamu. Kalau seandainya kamu salah bacaan nya aku yang akan di tanya sama Allah, kamu gak mau kan aku disiksa di neraka karena gak bisa ajarin istri"Kata Rangga menjelaskan.

Dia tahu kalau aku tidak bisa berkutik kalau hukum dan sunnah dalam islam, sudah pasti aku akan menaati dan menerima semuanya dengan ikhlas.

Itulah mengapa jikalau aku menolak, dia akan menjelaskan aturannya berdasarkan syariat islam.

Lucu bukan, tapi isi hatiku yang paling dalam suka akan hal itu namun aku malu mengatakan nya pada Rangga.

"Sekarang kita mulai ya"kata Rangga menyembunyikan senyuman nya dariku.

"Bismillahirrahmanirrahim, yasinn...

"Salah sayang! Huruf Yaa itu panjang bacaan nya 2 harokat dan huruf sin itu 6 harokat"kata Rangga yang serius mengajari ku.

Aku hanya diam mendengar ajaran nya dengan baik dan mulai memperbaiki panjang dan pendek dalam bacaan ku.

Dia selalu ingin mencoba untuk membuatku kesal dan marah dengan caranya yang tegas dan memarahiku pada saat itu, namun aku dengan ikhlas dan hati-hati dan tidak segan untuk meminta maaf.

"Sayang! Ini 2 harokat bisa bedain kan panjang pendeknya"kata Rangga dengan suara besar dan tegas padaku hingga membuat mereka yang berada di musholla itu terhenti dan hanya menonton kami berdua termasuk mama dan papa.

"Maaf"ucap ku

Mereka yang sudah selesai membaca hanya menonton ku yang masih melanjutkan membaca surah Al-Kahfi.

"Sayang bedain dzal sama zai! Kok udah lupa tempatnya coba jelasin ke aku"bentak Rangga masih menggunakan suara tegasnya.

"kalau dzal tempatnya di punggung ujung lidah dengan ujung gigi seri atas dan zai dari ujung lidah dengan mendekatkan nya ke permukaan bagian dalam gigi seri atas..."jawab ku dengan mata yang berkaca kaca.

"Jangan lupa harokat nya"bentak Rangga mengagetkan ku.

Aku hanya mengatakan "shodakaulahul adzim"dengan air mata yang sudah berlinang.

"Kok berhenti sih"tanya Rangga sudah menutup dan menyimpan Al-Qur'an itu.

"Aku gak mau lagi diajarin sama kamu! Jahat!"ucap ku malu, menutup wajahku dengan tangan karena sudah menangis.

Dia diam-diam terkekeh melihat sikapku saat ini seperti anak cengeng.

"Dasar manja"ejek Rangga langsung merubah mimik wajahnya menjadi kesal saat aku melihatnya.

Dia sendiri yang mengatakan kalau aku harus selalu bersikap manja padaku kini dia sendiri yang meledekku.

"Kok kamu gitu sih"ucapku lagi takut menatapnya. Aku hanya menundukkan kepalaku di hadapan nya.

Sementara mama dan papa tidak menolong ku melainkan hanya membiarkan aku dimarahi oleh Rangga.

"Mah,pah"panggilku lirih melihat mereka berdua yang tak menghiraukan aku.

Ternyata tanpa sepengatahuan ku mereka sudah bekerja sama dengan Rangga.

"Mau lapor sama mama papa kalau aku galak marahin kamu!"kata Rangga dengan wajah seriusnya.

"Kamu kalau marah jangan marahin aku di depan mereka, aku kan malu dan takut sama kamu"ucapku menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

"Aku...minta maaf baca Qur'an nya masih salah-salah. Kamu...kamu sih bentak bentak aku, marahin aku, jadi aku gak bisa fokus"ucapku lagi membela diri.

"Ohhh, jadi kamu salahin aku?"tanya Rangga masih melanjutkan peran nya.

"Aku gak tega lihat kamu nangis kayak gini pengen aku peluk, tapi aku masih mau usil sama kamu dan ini juga hukuman karena kamu sangat nakal tidak mendengarkan aku"gumam Rangga merasa kasihan.

"Bukan gitu....."balasku lirih

"Bukan gitu gimana?"tanya Rangga tegas.

Mereka semua yang berada di musholla itu sudah diberi tahu oleh mama kalau Rangga sedang mengerjaiku jadi mereka juga diam-diam saja sambil tersenyum melihat sikap ku seperti anak-anak.

Saat aku sudah tidak sanggup lagi menjawab pertanyaan Rangga juga aku sudah merasa sangat malu di hadapan mereka yang menyaksikan akhirnya aku berdiri dan segera beranjak menuju kamar.

Tep

Tangan Rangga menahan ku.

"Mau ke mana?"tanya Rangga

"Gak usah pegang-pegang aku, kamu jahat banget! Kamu sendiri yang bilang kalau aku itu harus manja sama kamu, pas aku manja kamu marah dan kesal sama aku. Biar aku sholat isya sendiri aja di kamar"ucapku panjang lebar.

Mereka semua tertawa melihat ku, ketika aku melihat Rangga dia sedang memegang perutnya sambil tertawa.

"Kalian kenapa?"tanyaku yang masih belum mengerti keadaan saat ini.

"Kamu ngerjain aku?"tanyaku yang masih bersedih.

"Sayang, kamu pikir aku berani marah sama kamu yang cengeng kayak gini?"kata Rangga yang masih terkekeh.

"Hiks hiks hiks, ini kan bukan hari ulang tahun aku, kalau mau ngeprank jangan gitu dong"ucapku merasa marah.

"Maafin aku ya"kata Rangga yang dari tadi ingin memeluk ku tapi karena dia harus menyelesaikan peran nya hingga akhir.

"Kamu tega sama aku, aku gak mau lagi ngomong sama kamu"keluh ku sangat kesal.

Dia hanya menggubris nya dengan santai,

"Cup cup cup, istri aku yang gemesin ini makin cantik kalau lagi marah"kata Rangga menggoda ku agar tersenyum lagi.

"Aku juga marah sama mama papa karena gak ngasih tahu aku"keluhku lagi.

"Loh kok kita ikutan di keselin juga, kan cuma jadi penonton doang"kata papa.

"Seru juga kalau sekali-kali ngeprank kamu ya sayang"kata mama.

"Udah mah, jangan bikin dia nangis lagi nanti aku bisa tidur di luar"kata Rangga masih memeluk ku.

"Kamu sih Rangga ngeprank nya di situasi yang Ran lagi serius"omel papa membelaku.

"Iya, orang lagi serius digangguin. Kalau mama jadi Ran sudah pasti Rangga bobo nya di luar malam ini"balas mama yang plinplan.

"Mama mulai lagi doktrin istri aku dengan kata-kata mama. Jangan di dengerin tipu daya mama ya sayang"kata Rangga gugup kalau nanti aku menerima tawaran mama.

"Sudah-sudah, sekarang sudah masuk sholat Isya. Rangga kamu adzan lagi"kata Papa.

Akhirnya semua kembali ke tempat masing-masing, saat aku bersebelahan dengan mama dia mengatakan

"Maafin mama ya gak bantuin kamu tadi soalnya Rangga ngelarang mama. Jadi cuma bisa lihat kamu saja"kata mama menyentuh pipiku.

"Iya, aku maafin kok"balasku memeluk nya.

Setelah kami melaksanakan sholat Isya, semuanya kembali ke tugas mereka masing-masing.

Aku, Rangga dan papa juga mama sedang menonton acara Tv sambil makan buah menunggu makan malam siap.

"Mah,pah kalau Ran lanjut kuliah gimana menurut kalian?"tanyaku yang sedang bersandar di bahu Rangga yang sedang menyuapiku buah.

"Bagus dong, papa dukung kamu"kata papa.

"Iya mama juga setuju kamu itu anak yang cerdas juga sudah sering mendapatkan penghargaan sudah pasti diterima mendaftar di universitas manapun"kata mama.

"Kamu mau lanjut di mana memangnya"tanya papa.

"Mmm, pengen sih di luar negeri pah tapi masih bingung universitas mana"jawabku.

"Gimana kalau di Harvard atau di Princeton University di sana dikenal dengan penelitian di seluruh teori dan metodenya"saran mama sangat antusias juga.

"AKU GAK IZININ DIA LANJUT KULIAH"bentak Rangga ketus.

Kami semua jadi diam ketika mendengar ucapan Rangga. Suasana pun jadi mencekam saat itu.

"Kenapa kamu tidak setuju, rugi kalau Ran tidak melanjutkan pendidikan nya Rangga"pikir Papa.

"Pah, mah, tolong hargai keputusan ku. aku tidak ingin mendengar masalah ini di bahas lagi"tegas Rangga beranjak meninggalkan kami.

"Kenapa respon Rangga seperti itu, biasanya dia selalu dukung kamu dan kamu pengen banget kan lanjutkan pendidikan?"tanya mama

"Aku juga gak tahu mah, pah. Aku pengen benget lanjut kuliah juga Professor ku yang akan membantu mendapatkan beasiswa di universitas yang aku inginkan"jawabku.

"Berarti Professor mu sangat berharap pada kamu untuk melanjutkan pendidikan. Jarang loh mereka mau membantu seperti itu"pikir papa.

"Gini deh, kamu persiapkan semua persyaratan yang harus kamu penuhi dan pada saat Rangga mengizinkan kamu tinggal memberikan nya pada Professor mu"saran mama padaku.

"Tapi aku gak enakan sama Rangga mah pah"jawabku.

"Kan belum kamu kasih, cuma buat siap-siap saja kalau Rangga berubah pikiran"kata Papa.

"Oke, aku pikiran dulu ya pah mah"jawabku.

"Makanan nya sudah siap Nyonya, Tuan"kata pelayan yang menghampiri kami.

Kami menuju ke meja makan yang sudah dipenuhi makanan. Ada ikan bakar, sup, sayur tumis, ayam goreng, sumur pete kesukaan mama dan papa, sambal pedas manis, dan masih banyak lagi makanan sederhana

Setiap kali makan memang sebanyak ini karena begitu banyak pelayan juga pekerja di rumah ini jadi makanan nya harus banyak agar semuanya rata.

Masalah makanan di rumah ini mama tidak pernah protes akan porsi makan semua petugas dan pelayan, apapun yang ingin mereka makan semuanya atas keinginan mereka.

Itulah mengapa semua orang yang berada di rumah ini sangat akrab satu sama lain tapi mereka tahu batasan mereka sebagai pelayan di rumah ini juga semua para pelayan di rumah ini sudah bertahun-tahun mengabdi di keluarga Aditya.

Dan pekerja yang paling lama mengabdi di keluarga Aditya ini adalah pak Tarim si pengurus kebun dan taman rumah.

Kecuali jika ada tamu atau pertemuan di rumah sudah pasti Chef yang akan bekerja di dapur memasak makanan-makanan mewah ala restoran dan jika tidak ada, menu makanan di rumah ini akan sederhana karena semua orang rumah lebih suka lidah khas daerah dari pada makanan mewah.

Dan peraturan yang paling penting di rumah ini adalah kejujuran jika ada salah seorang pelayan yang kedapatan berbohong mama langsung memecatnya.

hai reader yang aku cintai...
jangan lupa vote dan kasih komentar,saran dalam novel ini.

sampai bertemu lagi di hari selasa.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience