Cemburu

Romance Completed 76642

Setelah kak Rizki menyelesaikan lagu yang dinyanyikan nya aku segera menuju ke arahnya
"Kak Rizki, aku mau ngomong sesuatu sama kakak" Ucap ku menarik nya ke tempat yang sepi.

"Kamu mau ngomongin apa Ran" Tanya kak Rizki padaku. Kami berdua kini duduk di kursi taman, kak Rizki menatap ku dengan penuh kasih sayang.

"Aku sudah menikah kak" Kataku padanya.

Seketika wajah yang begitu bersinar kini menjadi redup setelah mendengar perkataan ku barusan. Aku harus melakukan semua ini agar tidak ada hati yang terluka dan salah faham.

"Entah perasaan suka atau kasih sayang sebagai seorang teman yang kak Rizki berikan padaku, aku hanya berharap berhenti sampai di sini kalau itu perasaan suka kak. Karena aku sudah memiliki suami. Aku tidak ingin ada salah faham diantara kita. Maafkan aku"ucapku yang menjelaskan semuanya.

Dia hanya diam dan terus menerus memperhatikan aku. " Apakah kamu nyaman saat bersama ku Ran? "Tanya kak Rizki padaku.

"Aku merasa sangat nyaman bersama dengan kakak, karena selalu ada di saat aku kesulitan. Apalagi kakak adalah orang yang memahami kondisi ku. Tapi perasaan yang aku miliki pada kakak itu sebatas teman yang selalu ada untuk membantu, tidak lebih kak"jawabku sangat serius.

"Haaahh, apa akhirnya akan selalu seperti ini" Kak Rizki menghela nafas panjang. Aku kebingungan dengan apa yang dikatakan kak Rizki.

"Dulu ada seorang wanita yang menjalin hubungan dengan ku, dia persis seperti mu. Cantik, hobi makan dan sangat manja padaku. Matanya sangat polos dan tidak pernah menyimpan kebohongan yang membuat ku tergila gila. Kami berencana menikah saat lulus nanti. Tapi dia bunuh diri karena masalah utang orang tuanya. Aku berniat membantunya tetapi dia lebih memilih mati daripada membebaniku. Dia memendam semua masalahnya sendiri. Akhirnya aku menyadari kalau saat itu, aku adalah pria brengsek yang tidak pernah memahami masalah dan kondisi yang dia miliki, aku sangat menyesal." Kata kak Rizki. Dia terlihat sangat sedih, bahu yang begitu kekar kini tunduk tidak berdaya karena kerinduan dan kehilangan seorang yang terkasih.

"Aku turut berduka atas kepergian seorang wanita yang kakak cintai"ucapku memegang pundak kak Rizki

"Aku berkelana keliling dunia dengan harapan akan bertemu dengan seseorang yang sangat aku rindukan, dan akhirnya ku menemukannya. saat pertama kali bertemu dengan mu, aku hilang kesadaran karena ingin berbicara dan menatap orang yang dulu sangat aku cintai. Aku menyadari kalau cinta itu bukan hanya tentang rasa memiliki tetapi memahami dan mengerti apa yang disampaikan lewat mata yang menyimpan seribu beban dengan senyuman palsu yang dia berikan agar membuat ku bahagia setiap hari."kata kak Rizki yang menangis dihadapan ku.
"Kak Rizki, wanita yang kakak cintai itu hanya satu di dunia ini. Aku yakin dia sangat mencintai kakak hingga dia tidak mau melihat kakak terluka karena dirinya. Cinta adalah pengorbanan dan perjuangan demi melihat orang yang kita cintai tersenyum dan bahagia setiap hari"aku mencoba menenangkan kak Rizki. Dia menarik ku ke dalam pelukannya.

"Kumohon, untuk kali ini saja bantu aku untuk merelakannya Ran"bisik kak Rizki yang sangat terpukul.

Aku pun membalas pelukannya dan mengatakan "aku menganggap mu sebagai kakakku, aku berharap kakak akan bertemu dengan seseorang yang sangat mencintaimu"

"Terimakasih Ran" Kata kak Rizki.

"Sama-sama Kak" Jawabku.

"Apa boleh aku menghubungi kamu saat aku butuh bantuan mu Ran? " Tanya kak Rizki penuh harap.

"Boleh dong kak, kakak kan selalu membantu ku jadi saat kakak sedang kesulitan aku pasti ada untuk kakak" Jawab ku tersenyum ramah padanya.

Akhirnya kami kembali berkumpul bersama teman-teman ku. Aku menjelaskan semuanya pada Vina semua yang terjadi tadi. Vina merasa iba pada kak Rizki. Tetapi ada sesuatu yang lebih penting ingin dikatakan nya.

"Ran, tahu gak dari tadi handphone kamu itu berdering terus. Aku gak berani angkat jadi aku biarkan saja" Kata Vina sedang memakan puding bersama dengan Reza.

Aku segera melihat handphone ku begitu banyak panggilan tak terjawab. Apalagi ini nomor baru. Perasaan aku tidak pernah memberikan nomorku pada sembarang orang. Aku pun segera memblokir nomor itu karena sangat mengganggu.

Beberapa menit kemudian mama Rangga menelfon ku dan memerintahkan aku untuk segera pulang karena ada sesuatu yang harus aku jelaskan.

Akhirnya aku pulang di antar kak Rizki bersama dengan Vina. Aku berpamitan pada Kak Rizki dan Vina. Mereka pun pergi meninggalkan halaman rumah mertuaku.

Saat sampai di rumah mama menyuruhku untuk segera mengganti pakaian dan menuju ke ruang tamu. Di sana mama sudah menunggu ku sambil memegang handphonenya.

"Mamah, ada apa? " Tanyaku.

"Ran!!! Mama itu sebel banget sama suami kamu. Dari tadi telfon mama terus dan tanya keadaan kamu, Rangga maksa mama buat bisa bicara sama kamu" Omel mama padaku.

"Kenapa gak dimatiin aja handphone mama" Kataku tertawa.

"Mama kasihan juga sama Rangga, memangnya masalah apa sih sampai kamu gak mau angkat telfon dia" Tanya mama kepo pada masalah ku.

Aku hanya tertawa melihat mama yang sangat penasaran.
"Aku tuh mau hukum Rangga mah, biar dia kapok" Kataku.

"Dia bikin kesalahan apa sama kamu sih" Tanya mama lagi. Aku pun menjelaskan semuanya pada mama alasan aku tidak mau mengangkat telfon Rangga.

"Ohh, jadi gitu. Mama setuju sama kamu Ran, biarin dia kesusahan di sana gak usah angkat telfon dia kalau hubungi kamu. Dan lagi si Jessica itu tukang rusak hubungan orang. Tunggu aja kalau dia ke sini lagi mama bakalan usir dia dari sini. Sudah tahu Rangga punya istri masih aja ditempeli". Omel mama mendukung ku.

"Tapi ini sudah beberapa hari mah setelah aku bertengkar dengannya. Sepertinya hukuman untuk Rangga sudah cukup. Aku juga sudah sangat rindu mendengar suaranya. Angkat saja ma kalau Rangga telfon lagi"pesanku.

Beberapa menit kemudian Rangga videocall,tanpa banyak bicara mama segera mengangkatnya dan Mengomeli Rangga.

"Bagus ya kamu Rangga, awas aja kalau kamu nakal lagi, mama akan menjodohkan Ran sama orang lain" Omel mama yang berada di depanku.

"Jangan gitu dong ma, masa istri aku dijodohin ke orang lain sih" Kata Rangga dengan wajah memelas.

"Kalau sampai mama tahu kamu bikin anak mantu mama menangis! Awas saja"omel mama mengancam Rangga yang sudah tidak berkutik lagi.

"Iya, mah. Aku janji gak bakalan bikin anak mantu mama menagis. Kalau gitu biarin aku bicara sama istri aku mah"jawab Rangga yang melihatku berlindung di belakang mama.

Mama segera memberikan handphonenya padaku.

"Sayang, jangan ngambek lagi ya, aku gak sanggup hidup lagi kalau gak dengar suara kamu" Gombal Rangga membujuk ku.

"Udah gak mempan gombalan kamu, udah basi!" Jawabku ketus. Mama tertawa melihat kami berdua yang sedang mengobrol. Seolah mama mendukung ku kalau membuat Rangga tak berdaya.

"Terus gimana dong biar kamu gak marah lagi sama aku" Tanya Rangga.

"Pokoknya kamu harus pulang besok!, gak ada alasan. Karena lusa aku wisuda, aku mau kamu datang. Kalau enggak datang aku gak mau ngomong Sama kamu lagi" Pintaku.

"Iya, saat ini juga aku pesan tiket pesawat buat pulang besok" Jawab Rangga.

"Gitu dong" Kataku senyum kembali, aku tidak mampu berakting di depan Rangga karena wajahnya yang sangat lucu.

"Kamu kerjain aku Ran? " Tanya Rangga berfikir keras.

"Kalau iya, kenapa? "Jawabku tertawa lepas bersama mama yang berada disamping ku. Rangga geram melihat ku. Dia sudah memasang wajah bersalah dan selalu menghubungi ku karena berfikir aku masih sangat marah padanya.
"Awalnya aku gak mau hubungi kamu selama 1 bulan, tapi karena kamu tiap hari, tiap menit, tiap detik hubungi aku mulu, jadi aku luluh sama keteguhan hati kamu yang berjuang buat aku senang lagi"kataku.

"Terus, kenapa kamu gak angkat, sama balas semua pesan aku sih? " Tanya Rangga.

"Biar kamu kapok" Jawabku lagi yang masih tertawa.

"Awas aja kalau aku balik, tunggu pembalasan aku Ran" Ancam Rangga padaku.

"Huuuu, aku takut" Jawabku yang masih bercanda dengan Rangga.

"Rangga istri kamu dapat pernyataan cinta dari oppa Korea loh, ganteng banget lagi" Kata mama yang tiba-tiba masuk ke dalam percakapan kami.
"Kenapa bisa mama tahu" Bisikku pada mama yang memberikan kode kalau harus menyimpan topik itu.

"Biarkan saja Ran, buat dia cemburu biar cepat cepat balik ke sini" Kata mama.

"Apa!!!, jadi gini. Kamu gak kasih tahu aku kalau kamu lagi dideketin sama cowok lain"Rangga berdiri dari tempat duduknya karena kaget dan marah.

"Iya, ganteng banget Rangga, mama aja pangling" Kata mama memanaskan suasana.

"Ran, itu beneran? " Tanya Rangga padaku.

"Mmmmm, iya. Dia ganteng banget" Jawabku pura pura lugu.

"Namanya siapa?, pekerjaan nya apa?. Dasar cowok brengsek, berani amat dia menyatakan cinta pada istriku" Kata Rangga marah.

"Makanya cepetan pulang biar gak ada yang gombalin istri kamu lagi" Kata mama segera mematikan videocall nya.

"Mamahhh, kok dimatiin. Aku masih mau ngomong sama Rangga" Kataku melihat mama.

"Supaya dia cepet pulang Ran, mama yakin pasti Rangga lagi pesan tiket sekarang. Pokoknya jangan dulu bales atau angkat telfon dia. Biar kegantung dia di sana. Siapa suru main main sama anak kesayangan mama"kata mama memelukku.

" Makasih ya ma"kataku membalas pelukan mama.

"Ma, malam ini mau gak bobo temenin aku? " Tanyaku manja pada mama.

"Boleh dong sayang, kalau gitu kita ke kamar aja yuk, kita ngobrol sesuatu yang sangat penting untuk masa depan kamu dan Rangga" Kata mama.

"Terus papa gimana dong ma? " Tanya papa yang tiba-tiba keluar dari kamar menuju ke arah kami.

"Hari ini papa bobo sendiri saja. Mama juga lagi kesal sama papa karena anak papa itu bandelnya bukan main"jawab mama memberikan penjelasan pada papa.

"Yang nakal kan Rangga, kenapa papa jadi ikut ikutan di hukum juga? " Tanya papa kebingungan.

"Dia kan anak kamu, jadi otomatis Rangga itu ikut sifat kamu" Jawab mama.

"Bukannya dia anak kamu juga ya ma, kita kan buatnya sama-sama" Jawab papa yang masih kebingungan karena tidak tahu pada masalah yang terjadi.

"Pokoknya malam ini mama mau bobo sama anak kesayangan mama yang cantik ini. Bye papa" Kata mama meninggalkan papa sendirian di depan pintu kamar.

"Maafin aku ya pah" Kataku tidak tega melihat papa yang selalu menjadi tempat melepas stres karena ulah Rangga.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience