Tep tep tep...
Terdengar langkah seseorang makin jelas menuju ke arah kami.
Pak pak pak....
Aku menepuk bahu Rangga memberikan petunjuk kalau harus berhenti sampai di sini.
"Sepertinya dia ingin yang lebih dari ini. Aku siap melakukan nya"gumam Rangga yang tidak menangkap kode dariku malah melepaskan jas nya dengan cepat.
Astaga....
Bukan itu maksudku, seseorang akan menghampiri kita, malah dia makin menjadi-jadi dan termakan suasana.
"Waduduh.....pasangan satu ini udah mulai buka-bukaan kemesraan nya ya"tutur mama memergoki kami berdua
"Rangga kalau main di kamar dong"sambung papa tersenyum melihat kami
Aku sangat malu hingga rasanya ingin menyembunyikan diriku di bumi ini.
"Cie cie, lagi panas panasnya nih"ujar mama lagi.
Aku berlari meninggalkan mereka dan pergi ke kamar, tentu saja wajahku yang merona ini sudah tidak bisa disembunyikan dari mama dan papa
"Mama kayak gak pernah ngelakuin aja"kesal Rangga merasa diganggu.
"Siapa suruh siaran langsung di depan umum kayak gini, jadi kita gak mungkin melewatkan nya"jelas mama
"Lain kali lihat kondisi dan situasi jangan sampai karena nafsu kamu langsung menyerang seperti tadi"pesan papa Aditya pada Rangga.
"pura-pura gak liat aja kek, tadi itu kesempatan yang sangat langka ma, pah"kata Rangga sedikit kesal
"Apa susahnya sih, kan bisa lanjut di kamar"lugas mama.
"Sepertinya jatah kamu hari ini sampai di sofa saja Rangga"ejek papa pada anaknya
"Papa bukannya doain biar dapat top cer malah tambah susah kan jadinya"keluh Rangga merasa tersinggung
"Rangga...absen sehari juga gak apa, jangan keenakan terus"sahut mama tidak terima dengan keluhan Rangga.
"Suka-suka aku dong mah"jawab Rangga tersenyum nakal
Dia mengambil tas juga jas yang sudah tergeletak di lantai karena adegan panas tadi.
"Kita masuk juga yuk mas"kata mama Rachel mengajak suaminya.
"Dengan senang hati sayang"balas papa meninggalkan Rangga sendirian di ruang tamu.
Tok tok tok
"Sayang, bukain pintunya"kata Rangga di depan pintu.
"Kamu sih, udah dikasih kode untuk berhenti malah tambah lebih"keluh ku dari dalam.
"Tidak perlu malu sayang, kan yang lihat cuma mama sama papa"bujuk Rangga.
"Tapi....cctv kan ada, gimana aku bisa berhadapan dengan mereka yang melihat ku"keluhku lagi.
"Sayang, segitu malu nya kamu kemesraan kita terlihat oleh mereka"kata Rangga
"aku maluuuu"ucapku dari dalam kamar.
"Sayang, bukain pintunya, nanti aku perintahkan mereka untuk menghapus nya"pinta Rangga lagi.
Tak.
Dengan perlahan aku membuka pintu kamar yang sudah dinanti Rangga
Brukkkk
"Mmmmm ngapain?"tanyaku pada Rangga yang mengurungku di belakang pintu dengan tubuh kekarnya.
"Lanjutin yang tadi dong"kata Rangga menantikan.
"Sayang....Sehari aja pikiran mesum kamu itu lenyap. Kamu tuh gak ada jeda-jeda nya sama aku"pikir ku menjelaskan pada Rangga
"Seharusnya kamu itu senang karena sifat ku yang seperti ini hanya khusus untuk kamu"bisik Rangga.
Perlahan dia mengecup kening kemudian turun ke hidung dan berhenti di bibirku.
"Rangga.....
"Em....
"Sayang....
"Iya....
Dia masih fokus membelai dan mengecup bibirku dengan wajah yang santai kemudian turun ke tempat yang lebih dalam
"Mandi dulu, udah mau maghrib"pinta ku.
"Dikit lagi"jawab Rangga singkat.
"Udah cukup di bagian itu, bekas ciuman semalam dan kemarin itu belum hilang juga sekarang kamu masih mau nambahin lagi"ucapku menahan bibirnya.
Hampir semua bagian lekuk tubuhku di cium oleh Rangga terutama pada bagian leher dan dadaku. Itu semua membuat ku harus menutupinya dengan foundation
"Biar kamu gak keluar ke mana-mana"jawab Rangga.
"Di sini saja ya"bujuk ku pada Rangga sambil menepuk bibir dengan jari telunjukku
Dia tersenyum dan mengatakan "kalau begitu kamu yang cium aku"pinta Rangga merapatkan tubuhku dalam pelukan nya.
Mata kami berdua bertatapan, aku terpesona dengan wajah yang selalu membuat ku berdebar. Sentuhan yang kuberikan membuat nya semakin menginginkan ku, ketika tanganku berada di dada Rangga dan satunya lagi menyentuh pipi juga telinga yang sudah memerah itu.
Kakiku mulai berjengket dan mencoba mendekati bibir Rangga yang tidak sesuai karena tubuhnya begitu tinggi.
Perlahan bibirku mendarat di bibir Rangga yang sudah menantikan nya.
Cup
Cup
Dia memberikan kode kalau kali ini aku yang memegang kendali atas bibirnya itu. Bagaimana mungkin aku memimpin sedang kan Rangga lebih berpengalaman dariku.
"Biar aku saja"kata Rangga menundukkan posisi tubuhnya agar sejajar denganku.
Sepertinya dia tidak puas dengan ciuman ku dan akhirnya dia meraih kedua tanganku dan mengalungkan nya di leher.
Ciuman ini sangat berbeda dari biasanya, aku merasa seperti seluruh tubuhku dimakan olehnya.
Saat aku menunggu Rangga mandi, tiba-tiba handphone nya berdering...
Drt
Drt
Drt
Ternyata sebuah pesan dari Jessica.
"Rangga, terimakasih telah menjagaku"
Pesan itu terlihat jelas di depan mata ku.
Semakin aku melihat semua pesan yang begitu banyak dari Jessica kepalaku tidak bisa berfikir jernih dan Rangga tidak pernah menceritakan semua ini padaku.
"Apa maksudnya ini?"tanyaku dingin pada Rangga yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Wajah yang awalnya tersenyum setelah melihat pesan yang berada di tanganku berubah menjadi tatapan kosong.
"Jessica sedang tidak sehat jadi aku membawanya ke rumah sakit"jawab Rangga menuju ke closet
Aku yang sangat membutuhkan penjelasan lebih inci dari semua pesan ini mengekori dia sepanjang lintasan kamar yang dilewati nya
"Rangga!"seru ku memanggil nya.
"Aku hanya menolong dia sayang, tidak lebih"jelas Rangga memilih baju sementara aku menunggu di belakangnya
"Kok kamu gak kasih tahu aku? Padahal kan aku bisa bantu jagain dia"keluhku merasa kecewa.
"Aku gak mau kamu kepikiran, selama aku bisa menanganinya kamu cukup santai saja di rumah"tutur Rangga sudah memakai pakaian nya.
"Kalau kamu gak mau aku kepikiran jangan menyembunyikan hal yang seperti ini, kalau seandainya aku gak baca semua pesan ini pasti selamanya aku gak tahu apa-apa"pikirku menahan emosi.
"Sayang semua pesan yang Jessica kirimkan padaku tidak ada artinya bagiku. Gak penting sayang"jelas Rangga santai.
"Rangga...penting gak penting semua yang menyangkut kamu itu berharga bagi aku dan ini yang ketiga kalinya kita bertengkar karena wanita itu juga kesalahpahaman karena sikap diam mu ini"keluh ku dengan nada yang mulai naik
"Kamu cemburu ya"kata Rangga menggoda ku agar tidak marah.
"Aku serius Rangga! Bisa gak kamu ngertiin aku!"ucapku nada tinggi menatap nya
Dia terdiam tidak berkutik di depanku yang sedang mengomel.
"Kamu selalu saja seperti ini, menyelesaikan semuanya sendiri dan tidak pernah memberitahu ku masalah mu. Aku mengikuti semua kemauan kamu tapi kamu yang tertutup padaku"keluh ku menatap nya.
"Biar aku saja yang menanggung semua masalah ku"jawab Rangga pelan
"Bukan seperti itu caranya Rangga, aku istrimu!"Bentak ku lagi
"Ini hanya masalah kecil sayang, jangan marah ya"bujuk Rangga.
Aku memancing dia agar bisa menjelaskan semuanya,
Stress....
Tentu saja karena dia tidak pernah peka pada perasaan ku, bukan kah suami istri itu harus saling terbuka dalam segala hal?
"Aku capek ngomong sama kamu, Intinya kalau kamu gak mau cerita semuanya ke aku jangan harap kita bisa komunikasi"ancam ku pergi meninggalkan dia.
"Kamu marah?"tanya Rangga menahan ku yang ingin beranjak pergi
"Jangan pura-pura bodoh Rangga"jelas ku meninggalkan dia dan sholat magrib berjamaah di luar.
Semua hal intim dalam sebuah hubungan sudah kita rasakan bersama-sama, apa semua itu masih kurang sampai kamu masih diam hanya karena masalah ini.
Sepanjang malam aku hanya mendiaminya, dia yang biasanya memelukku saat tidur kini aku membelakangi nya dan tidak merespon setiap panggilannya.
"Sayang"panggil Rangga lembut di atas ranjang.
Tetap saja aku diam dan menepis tangannya yang ingin memelukku.
"Kamu marah seperti ini hanya karena sebuah pesan tidak penting itu"ketus Rangga yang mulai kesal akan sikapku.
Karena aku sudah tidak tahan dengan sikap keras kepalanya itu, secepat mungkin aku menoleh dengan tatapan kesal
"Aku kira pemikiran kamu lebih dewasa dariku Rangga ternyata seperti anak kecil yang menyembunyikan sesuatu ketika melakukan kesalahan"ucap ku.
Dia semakin kesal ketika mendengar komentar yang membuat nya tersinggung.
"Aku tidur di sofa saja!"ketus Rangga beranjak dari ranjang.
Dengan perlahan Rangga berjalan melewati ranjang kami menuju ke sofa berharap agar aku menghentikan dia.
"Terserah!"jawabku
Seketika Rangga menjadi marah dan menutup pintu kamar dengan keras.
Bankk....
Jangan lupa comment ya guys....
saran juga penting.
love you
Share this novel