episode 46

Romance Completed 76642

Saat menjelang pagi, Rangga yang masih terlelap lelah menjagaku sepanjang malam karena aku yang selalu terbangun dari mimpi buruk.

Saat ini pikiran ku teralihkan lagi pada kejadian yang begitu jelas, aku membayangkan setiap detik waktuku saat disekap, wajahnya yang tersenyum, dan obsesi juga paranoid yang dimilikinya itu membuatku gila rasanya

"Aaakkkkkkkk"

Aku berteriak karena tidak mampu melupakan kejadian itu, kepalaku seperti mau pecah rasanya.

Kesadaran ku seperti sedang dikendalikan oleh gerakan tanganku yang gemetar dan tidak ingin mendengar apapun lagi, telingaku berdengung hingga membuatku tidak bisa mendengar kan apa apa hanya wajah Dirga yang selalu menghantuiku. Apa aku sudah gila?

"Sayang..., Ran!"

Aku melihat Rangga cemas memanggilku dan memelukku agar tidak bertindak kasar.

"Ran, ini aku Rangga" ketika mendengar nama Rangga aku seperti tersadar kembali.

Perasaan takut, kesal, marah, lega, nyaman ketika menyentuh wajahnya aku seperti melayang layang dengan perasaan yang selalu berubah.

"Rangga, kamu terlambat menemukan ku hiks hiks hiks, aku ketakutan hiks hiks, dia memukul ku dan menyentuh ku seenaknya hiks hiks hiks, kenapa dia melakukan ini padaku hiks hiks hiks aku takut, aku sangat takut pada dia, dia memperlakukan aku seperti hewan peliharaan yang harus menurut pada apa yang dia katakan hiks hiks hiks, kenapa kamu tidak datang Rangga hiks hiks hiks" keluhku di sela-sela tangisan yang tidak bisa ku bendung lagi

"Maafkan aku sayang, maafkan aku" kata Rangga makin memelukku erat

"aku merasa semua tubuhku mati rasa saat dia mengikat ku sangat kuat hiks hiks hiks dia mengecup tangan juga menjilat nya seperti seekor anjing kelaparan hiks hiks hiks. Dia memukul kepalaku dengan nampan saat aku menyebut namamu Rangga hiks hiks hiks, dia menamparku karena aku mengatakan aku mencintai mu Rangga. Apa aku tidak boleh mengatakan itu?" Keluhku lagi yang merasa diriku sangat kotor.

Kak Hendra mendengar semua keluhan ku di depan pintu, dengan wajah yang sangat marah dia pergi meninggalkan kami. Entah kemana dia akan pergi.

"Lihat aku Ran!" seru Rangga memanggilku

"A..aku sangat kotor Rangga, aku jijik pada diriku, aku takut melihat dunia ini....aku...

"Ran!"

"Rangga, aku takut dunia akan.....

"Tatap aku Sayang, kamu masih Ran ku yang dulu, kamu masih Ran ku yang selalu manja, ceria dan tersenyum hangat pada setiap orang, kamu masih Ran ku yang suka tidur dan makan dengan lahap" kata Rangga meyakinkan ku.

"Aku tidak bisa menghilangkan wajah lelaki itu dipikiran ku Rangga, tolong aku hiks hiks hiks" teriak ku seperti orang gila.

Tidak ada pilihan lain selain memanggil dokter psikiater untuk merawat ku.

"Dokter itu segera memberikan obat penenang pada diriku....

"Tolong tinggalkan kami berdua dokter, aku bisa menanganinya. Dia hanya mengadukan apa yang dirasakan nya" kata Rangga menahan tangan dokter yang ingin menyuntik ku.

Dokter itu pergi bersama dengan mama dan papa

Kini hanya kami berdua yang berada di kamar itu berserta tangisan ku yang masih bergema di dalam pelukan Rangga.

"Apapun yang kamu rasakan saat ini katakanlah biar aku bisa memelukmu dengan erat, aku akan menghilangkan ingatan lelaki itu di dalam pikirkan mu. Percaya padaku" kata Rangga menyentuh dan menyeka air mata di wajahku dengan kedua tangan nya.

Aku hanya mengangguk dan percaya pada apa yang dia katakan, satu satunya cara agar aku bisa melupakan masa kelam itu adalah membuat kenangan indah bersama dia.

"Aku percaya sama kamu, aku percaya"ucapku mulai tenang.

"Jangan menangis lagi, genggam tanganku kalau kamu merasa takut atau sentuh wajahku kalau kamu mengingat wajah lelaki itu, kamu bebas melakukan apapun padaku yang terpenting kamu tenang dan jangan melakukan hal yang akan melukaimu" pinta Rangga masih menyeka air mataku yang berderai

"Em" balasku menggenggam tangan dan menyentuh wajahnya yang saat ini sedang menghiburku

Aku merasa lega karena sudah mengeluarkan isi hatiku pada Rangga yang masih mau menerima ku ke dalam pelukan nya.

"Rangga, aku mau pipis" pintaku beberapa menit kemudian.

Rangga membawaku masuk ke dalam kamar mandi membawa infus.

"Tutup mata kamu dan balik belakang" perintahku saat ingin membuka kedua celanaku.

"Aku kan suami kamu" pikir Rangga merasa di campakan.

"aku malu" ucapku merasa suasana hatiku membaik.

Dia menuruti perintahku sambil tersenyum lega melihatku.

Setelah menaikkan kembali celanaku, aku menarik baju Rangga agar dia menggendong ku kembali ke ranjang.

"Udah selesai?" tanya Rangga.

"Iya" jawabku.

Rangga langsung menggendong ku kembali menuju ke Ranjang dan membaringkan aku dengan lembut.

Tok tok

"Mama bawa sarapan untuk kamu sayang, mama suapin ya" tawar mama menghampiri kami berdua.

"Makasih ya ma" ucapku menyapanya.

Mama terkejut sudah bisa mendengar suaraku dan keadaan ku yang sudah bisa terkontrol.

Mama manyuapi ku dengan kasih sayang, air mata bahagianya nampak jelas di depan mataku.

Sementara Rangga hanya menatapku dengan lega, aku tidak pernah melepaskan genggaman ku dari nya.

"Kamu udah sarapan?" tanyaku melihat Rangga yang sedang menatapku

"saat ini kamu adalah makananku Ran, dengan kamu yang seperti ini sudah membuatku tidak perduli pada apapun lagi di dunia ini" kata Rangga

"Mah, suapin Rangga juga ya" pintaku menggerakkan sendok yang sedang dipegangi mama ke bibir Rangga.

Kami berdua terlihat seperti seorang anak yang menunggu giliran makanan masuk ke dalam mulut kami berdua.

"Kalau kamu sakit, gak ada yang urusin aku. Kamu makan juga ya" pintaku mencemaskan Rangga.

"Iya, aku akan menuruti semua keinginan kamu" kata Rangga.

Mama meninggalkan kami menuju ke bawah karena sudah menghabiskan sarapan itu bersama-sama.

"Rangga, aku kepanasan"
keluhku merasa tidak nyaman.

"Aku hidupkan AC nya ya" kata Rangga.

"Aku mau mandi aja, badan aku udah lengket" bujuk ku pada Rangga.

"Aku bersihin dengan air hangat saja ya, ini masih pagi nanti kamu demam" kata Rangga.

"Bawa aku ke kamar mandi sekarang juga" bentak ku menatap nya penuh harap.

"Aku telfon dokter dulu ya, ada yang mau aku pastikan" kata Rangga.

setelah mereka berbincang sesuatu yang tidak penting buatku Rangga tersenyum lega membawaku masuk ke kamar mandi.

Pertama-tama aku menyikat gigi di depan cermin wastafel di temani Rangga yang berada di belakangku dia selalu membawa botol infus ditangan nya.

"Hati-hati kena luka nya"
pesan Rangga khawatir.

Saat aku mulai melepaskan satu per satu kancing bajuku, Rangga dengan segera mengambilkan handuk putih untuk menutupi diriku.

Aku mulai melepaskan celanaku tapi karena tanganku masih terpasang infus membuat ku terbatas kalau bergerak.

"Biar aku saja" kata Rangga membantu menyelesaikan tugasku yang belum selesai.

"Pegangan pada pundak ku, nanti kamu jatuh"
pinta Rangga melepaskan celana yang masih sangkut di kaki ku.

Selanjutnya Rangga menguncir rambut panjang ku agar tidak menjadi penghalang saat mandi nanti.

Saat aku menatap diriku di depan kaca, aku menyentuh setiap luka yang berada di wajahku, saat aku melihat tangan ku

"Jangan dilihat lagi" kata Rangga menarik ku ke arahnya hingga kami berhadapan.

"Apa luka ini akan membekas?" tanyaku pada Rangga.

"Aku tidak akan membiarkan tubuhmu yang indah ini lecet hanya karena luka kecil. Aku akan membelikan obat agar luka mu tidak akan berbekas" kata Rangga.

"Terimakasih" ucapku tersenyum.

"Terus gimana aku mandi kalau infus nya masih terpasang, aku lepasin ya" ucapku mau melepaskan infus ini.

"Eittt, jangan dilepas. Biar aku yang memandikan kamu pagi ini" kata Rangga mengangkat ku duduk di samping wastafel.

"Luka yang berada di tangan dan kaki kamu akan pedih kalau terkena sabun, biar aku membersihkan dirimu dengan caraku sendiri" kata Rangga.

Dengan hati-hati dia membersihkan tubuhku juga dia tidak sembarangan menyentuh ku agar tidak mengingat hal-hal gila itu lagi.

Setelah itu kami berada di closet mencari pakaian untukku.

Rangga memilih celana traning juga kaos miliknya agar terasa nyaman bila di pakai.

Dia sendiri yang mengambilkan celana dalam juga bra milik ku.

Aku hanya duduk diam melihat dia sibuk memilihkan pakaian ku.

Tak...

Bunyi pintu kamar kami terdengar jelas ditelinga ku,

Tanpa sadar aku bangkit dan berlari menghampiri Rangga

Brukk

Kaki ku yang begitu sakit jika digerakkan membuat ku terjatuh dihadapan Rangga.

"Sayang!!" panggil Rangga cemas menghampiri ku tergeletak di lantai.

"Aku takut Rangga, ada seseorang yang masuk di kamar kita" ucapku tak karuan.

"Ahhhhhh"

Teriakku yang mulai mengingat kejadian itu lagi.

Sementara darah menetes dari tanganku lagi karena infus yang terlepas.

"Aku di sini, jangan takut" kata Rangga memeluk ku

Bang..

Aku mendorong Rangga hingga terbentur di lemari

"Jangan menyentuh ku! menjauh dariku!" ucapku sangat takut.

Dengan cepat aku menjauh sekuat tenaga menggerakkan tubuhku dengan kekuatan tangan yang kumiliki.

"Ran ini aku Rangga" teriak Rangga menghampiri ku

"Jangan mendekat, kumohon..." ucapku sangat ketakutan.

Air mataku pertanda kalau saat ini pikiran ku kacau lagi, seluruh tubuhku gemetar dan berkeringat aku hanya bisa duduk memeluk kedua kakiku.

"Astagfirullah Ran!" teriak mama menghampiri ku.

"Mama.....

"Mas, kamu jangan kemari. Panggilkan dokter yang berada di kamar tamu" pinta mama yang menahan papa masuk menghampiri kami.

Melihat kondisi ku yang hanya memakai handuk mama segera memakaikan aku pakaian yang sudah berhamburan dilantai.

Rangga hanya bisa menatap ku dari kejauhan melihat kondisi ku yang membuat nya meneteskan air mata.

"Rangga, biar mama saja yang memakai kan pakaian Ran dan ambilkan kursi roda yang berada di kamar Hendra" perintah mama pada Rangga.

Rangga tidak pindah dari tempatnya, dia masih saja menatap ku sangat khawatir.

"Rangga, cepat!" seru mama,

Rangga menyeka air matanya dan berlari menuju ke kamar kak Hendra

"Mah, kepalaku sangat sakit" keluhku mencoba menahannya.

Mama dengan cepat memakaikan aku pakaian disela-sela kondisiku yang terpuruk ini.

Begitu mama selesai memakaikan aku pakaian sakit kepalaku tidak tertahankan hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.

"Ran!!" teriak mama Rachel.

Rangga segera menghampiri mereka ketika mendengar teriakan mama nya.

Aku kini sudah tidak berdaya dalam pelukan mama.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience