"sayang" panggil Rangga manja.
"Apa sayang?"
"Aku juga mau dibelai" kata Rangga yang tidak melihat situasi di mana kami berada.
Seharian ini aku hanya sibuk menggendong dan bermain dengan Pushi sekaligus memanggil Pushi terbiasa dengan namanya.
Situasi di mana kami sedang menonton TV bersama di ruang keluarga bersama beberapa pembantu yang bersama kami.
"Ehem"
Suara para pelayan juga kak Indah memberikan kode pada kami berdua.
"Belai sendiri, udah gede" balas ku pada Rangga.
"Bisa nggak kalian pindah, lagi seru nih filmnya. Manja-manjaan mulu. Kasian yang jomblo di sini" keluh kak Indah sedang memakan snack di depan kami.
"Iri bilang boss" ledek Rangga di sampingku duduk di atas sofa.
Saat ini para pelayan duduk lesehan di depan kami. Karena ukuran sofa yang tidak cukup kalau kami semua duduk di atasnya, apalagi mereka yang tidak ingin duduk bersama aku dan Rangga karena kemesraan dari kami berdua.
"Jangan gitu Rangga, kak Indah kan jomblo" jawabku lepas karena masih sibuk mengurus Pushi dalam pelukan ku.
Rangga termasuk para pelayan yang mendengar ucapan ku tertawa lepas. "Ran, kamu bikin malu aku aja" keluh kak Indah menatap ku kesal.
"Kenyataan nya kan gitu" pikirku lagi masih memeluk Pushi tanpa menghiraukan mereka.
Bugh
Ternyata kak Indah melemparkan bantal sofa ke arahku, Rangga yang masih tertawa tidak sempat menolong ku.
"Awww! Kak Indah!" Bantal itu pas mengenai wajahku.
"Sayang, kamu gak apa-apa?" Kata Rangga cemas melihat reaksiku yang terkejut.
"muka aku benjolllll" keluhku pada Rangga padahal sebenarnya aku baik-baik saja.
"Uhhhh, tayang-tayang. Sini aku tiupin biar sakitnya ilang" kata Rangga lebay.
Bugh
Lemparan kedua tepat mengenai Rangga, "kak Indah!" Keluh Rangga.
"Biar aku yang balas, kamu jagain anak aku" ucapku menyerahkan Pushi pada Rangga.
Akhirnya terjadi lempar melempar bantal di depan TV yang sudah tidak dihiraukan. Tentu saja Rangga menjadi sponsor pendukung ku.
"Semangat sayang, kamu pasti menang" kata Rangga duduk menyaksikan aku melawan kawanan kak Indah yang banyak sedangkan aku hanya sendiri.
"Sayang awass, di kanan kamu ada Sari yang mau nyerang" kata Rangga memastikan lawan ku.
"Sayang, semangat!. Musuh kamu banyak" kata Rangga hanya duduk sambil makan kerupuk menyaksikan aku.
"Kak Indah curang, masa bawa pasukan!" Keluh Rangga.
Hingga aku muak mendengar suara dan musuhku bersatu dengan ku dan langsung menyerang Rangga yang polos.
Bugh, bugh bugh.
Serangan bantal bertubi-tubi dariku dan kak Indah mengenai Rangga.
Seperti itulah kalau aku hanya mempunyai mereka kalau sendiri di rumah. Rangga mengizinkan aku melakukan apa saja asalkan berada di rumah bersama para pelayan yang sudah ku anggap saudara ku sendiri.
"Udah, aku capek! Huh" keluhku duduk di samping Rangga.
"Sekali-kali olah raga Ran, biar sehat" kata kak Indah duduk di samping ku.
"Semalam kita olahraga kok. Kan sayang" kata Rangga memainkan matanya padaku.
"Wah seru tuh, kenapa gak ngajak aku" keluh kak Indah tidak mengerti.
"Olahraga ini khusus untuk pasangan aja. Kan olahraga nya di kam... awww. Sayang sakit" keluh Rangga.
"Sekali lagi kamu ngomong, tidurnya di luar aja" bisik ku pada Rangga
"Nanti kita nge gym bareng di lantai atas ya kak" ucapku pada kak Indah.
Drrtt...
Ddrrrtt...
Ddrrrtt...
"Halo?"
"Iya benar, saya Rangga"
"Oke, saya ke sana sekarang"
Aku hanya mendengar jawaban Rangga dari seseorang yang entah dari siapa.
"Aku pergi dulu, kamu di rumah aja" kata Rangga mengecup keningku.
"Mau ke mana?"
"Aku ada urusan" balas Rangga buru-buru.
"Sama siapa?"
"Klien"
"Aku ikut"
"Gak boleh, kamu pasti bosan di sana. Tunggu aku pulang ya" kata Rangga mengelus rambut ku dan pergi dengan senyuman hangat yang membuat ku percaya.
"Hati-hati" pesanku melambaikan tangan pada Rangga.
Katanya cuti tapi nyatanya kamu kerja Rangga, apa aku harus percaya pada kamu? Tapi hatiku ragu akan hal itu. Demi mengurangi keraguan ku, jalan satu-satunya adalah Vina.
"Halo Ran, kenapa?" Tanya Vina mengangkat panggilan ku.
"Vin, kamu di kantor kan?" balasku.
"Iya, kenapa emang?"
"Jessica ada di kantor?"
"Udah 3 hari dia gak masuk, katanya lagi sakit" jawab Vina
"Kemarin Rangga ada di kantor kan?"
"Enggak tuh, kan Rangga lagi cuti. Jangan-jangan..."
"Iya, kemarin sama hari ini juga Rangga ke kantor" balasku dengan suara yang mulai redup.
"Positif thinking Ran, biar aku cek dulu Rangga di ruangan nya" kata Vina.
Aku hanya mendengar Vina berbicara dengan karyawan kantor menanyakan keberadaan Rangga dan hasilnya
"Ran, dari kemarin sampai sekarang Rangga gak pernah masuk kantor, semua urusan di urus sama ketua Tim" jawab Vina.
"Terus dia di mana Vin?" Tanyaku tidak tahu harus berfikir jernih atau tidak.
"Tunggu, biar aku yang cari sama Reza. Kamu jangan stres Ran. Rangga gak akan pernah menduakan kamu" kata Vina meyakinkan ku.
"Makasih ya Vin, apapun yang lo lihat mengenai Rangga jangan sembuyiin dari gue. Oke?"
"Iya Ran, gue gak akan sembuyiin apapun dari lo. Lo itu sahabat gue yang paling berharga" balas Vina.
"Gue tutup ya Vin"
Cobaan apa lagi ini!
Apa hubungan kita selalu seperti ini tanpa penjelasan?
Aku hanya mengitari ruangan kamar tanpa arah menunggu kabar dari Vina. Aku tidak bisa tenang akan hal ini. Aku tidak ingin berfikir ke arah itu tapi kenyataannya memang seperti itu. Sejam kemudian berlalu tanpa terasa semuanya begitu cepat.
Ddrrrtt, ddrrrtt
"Halo Vin? Gimana? Kamu udah dapat kabar?"
"Ran, lo percaya kan sama gue?" tanya Vina gugup.
"Gue percaya sama semua yang lo bilang Vin" jawab ku tanpa ragu.
"Aku nemuin mobil Rangga di sebuah parkiran apartemen dekat perusahaan kita dan apartemen itu milik Jessica. Informasi yang gue dapet dari satpam apartemen itu kalau Rangga yang beliin Jessica apartemen dan..."
"Lanjutin Vin, gue gak apa-apa kok" ucapku dengan nafas yang mulai sesak
"Saat ini Rangga ada di dalam apartemen itu, Lo mau gue labrak Rangga sama Jessica?" tawar Vina.
"Gak usah Vin, Lo fotoin aja Rangga kalau udah keluar dari apartemen itu" jawabku.
Tanpa banyak bicara, aku langsung menutup panggilan itu. Kamu sangat hebat Rangga, setelah aku sembuh kamu merawat orang lain di belakang ku.
Berarti kemarin seharian kamu bersama Jessica di apartemen itu?
Atau karena kamu sudah muak bersama ku?
Tidak bisa berfikir jernih, aku langsung menelfon Rangga dan ingin mendengarkan penjelasan sesungguhnya.
"Halo Sayang, aku rindu sama kamu. Sayang udah makan?" Tanya Rangga.
Apa lelaki seperti ini pantas disebut selingkuh?
"Aku belum makan. Aku mau masakan kamu aja, kapan kamu pulang? Kliennya banyak ya?" Tanyaku santai.
"Klien aku gak bisa di tinggal, tapi aku janji masakin kamu kalau udah sampai rumah. Tapi sekarang makan dulu ya, kamu mau makan apa? Biar aku pesanin" tawar Rangga.
"Apa klien kamu lebih penting dari aku?"
"... Kamu lebih penting dari semuanya sayang" jawab Rangga.
"Yaudah, aku gak mau makan sampai kamu pulang" ucapku sangat bingung akan masalah ini.
"Bentar lagi aku sampai ya, jangan nangis. Aku pulang sekarang juga" kata Rangga masih punya hati nurani padaku.
Beberapa menit kemudian Vina mengirimkan foto Rangga keluar dari apartemen ditemani oleh Jessica yang memang terlihat sedikit pucat di foto.
Mobil Rangga langsung terparkir di bagasi mobil rumah di bawah. Aku hanya melihat nya melalui balkon kamar kami dari atas.
Rangga terlihat sangat buru-buru menghampiri ku di kamar dan...
"Huh! Kamu gak apa-apa kan? Aku khawatir denger suara kamu di telfon" kata Rangga langsung memelukku erat.
"Rangga. Kamu tahu kan aku gak suka sama Jessica" ucapku dengan nada dingin.
Dia diam membisu tak bersuara "kamu kan udah janji jaga jarak sama dia" ucapku lagi menatap Rangga datar.
"Janji dong sayang, aku gak bakalan ingkar sama janji aku" jawab Rangga santai.
Bohong... kamu bohong Rangga. Kamu berjanji tidak berduaan dengan Jessica tapi kenyataannya kamu sendiri yang menghampiri dia di belakang ku.
Apa aku yang terlalu polos atau kamu yang tidak mengerti hubungan ini?
Aku lebih percaya kalau kamu tidak kembali dan berurusan dengan klien yang katanya penting. Aku tahu kamu orang yang sangat profesional pada pekerjaan. Klien adalah poin utama dalam membentuk kerjasama perusahaan tentu saja kamu tidak akan meninggalkan klien mu Rangga.
Apa kamu pikir aku ini terlalu polos untuk dibodohi?
Jawabannya hanya satu, karena aku amat sangat mencintaimu hingga saat ini aku bertahan dan terlihat tidak perduli pada hal yang kamu lakukan di luar sana.
Bagaimanapun aku juga perempuan yang hanya bisa memendam semua kepedihan ini sendiri. Menahan suara tangisanku dalam diam, menahan amarah dengan diam adalah hal yang sangat menyesakkan.
"Sayang?" Panggil Rangga memerhatikan ku duduk di sofa kamar kami.
"Kamu kenapa? Enggak biasa kamu diem kayak gini" tanya Rangga menyentuh pipiku.
"Rangga, kalau kamu memiliki wanita lain yang kamu cintai di luar sana, biarkan aku yang memutuskan lebih dulu hubungan ini, agar aku tidak jatuh terlalu jauh dalam keterpurukan dan kehancuran harga diriku. Terutama demi orang orang yang selalu mengharapkan kebahagiaan ku, Mama, kak Hendra, dan muti. Agar aku masih bisa berjalan dengan bangga dan percaya diri" ucapku menggenggam tangan Rangga yang masih menyentuh pipiku.
"Aku ikhlas Rangga. Tapi tolong katakan padaku terlebih dahulu siapa dan seperti apa wanita itu, agar aku bisa menjawab pertanyaan orang-orang tentang diriku yang tidak sempurna untuk kamu, dan dia adalah wanita yang bisa menjadi pendamping hidupmu selamanya" ucapku dengan nada lemah, suara ku yang kadang redup karena menahan air mata juga sakit hati yang tidak pernah berujung pada masalah yang sebenarnya.
"KAN AKU UDAH BILANG, CUMA KAMU WANITA DI DUNIA YANG AKU CINTAI. CUKUP KAMU BERADA DI SISIKU RAN" kata Rangga dengan nada dingin nya, entah dia marah atau tidak ingin aku mengatakan hal konyol akan hubungan ini.
"Aku tidak tahu saat ini suasana hatiku selalu berubah ketika kamu melangkah keluar dari rumah ini" ucapku sangat bimbang.
Apakah hati wanita memang seperti ini? Atau hanya diriku yang sudah kacau?
"Percayalah, semua yang aku lakukan demi kamu dan masa depan kita berdua. Biarkan aku melindungi mu dengan caraku sendiri" kata Rangga membawa ku dalam dekapannya.
Dengan kata manis juga ketulusan dari apa yang dia katakan, semua beban di hatiku mulai pudar tapi masih berbekas hingga semua itu akan datang jika dihadirkan lagi. Kali ini semuanya hanyut dalam dekapan hangat yang selalu ada untukku.
jangan lupa comment rate dan follow aku ya. love you guys
Share this novel