52 lost you

Romance Series 8479

Jordan sedang berusaha untuk menjadi seorang lelaki yang diinginkan Fiona. Perubahannya itu memang mengganggu pergerakan dunia bawah mereka. Lelaki yang dulunya begitu mudah melenyapkan nyawa seseorang, kini lebih mengontrol diri.

Dia lebih menahan sakitnya daripada harus melampiaskannya pada orang lain.

Sebisa mungkin Jordan menghindari lingkungan sosialnya agar tidak ada yang terluka. Bahkan Hendry diperintahkan untuk menjaga jarak agar dia tidak terluka oleh binatang buas seperti Jordan.

Tubuhnya yang kokoh tapi terlihat sangat pucat dan tatapannya pun tidak normal. Sudah sebulan Jordan tidak beristirahat dengan tenang, setiap sudut kamar selalu tercium aroma Fiona, kamar itu selalu menjadi tempat untuk menenangkan pikirannya jikalau dia sudah tidak mampu mengontrol nya, rasa sakit di tubuhnya akan perlahan berkurang jika berada di sana.

Di mana bayangan wanitanya yang tertidur pulas kasur, senyumannya, bahkan belaian yang masih terasa saat dia merebahkan tubuhnya.

Aroma Fiona mulai memudar seiring waktu, Gejala kegilaan Jordan semakin hari semakin memburuk karena dia tidak bisa meluapkan emosi nya. Setiap malam dia merasakan tubuhnya seperti ditusuk jarum, tubuhnya seolah terbakar dan sesak. Jordan terbiasa mendapatkan luka bahkan tusukan tapi baginya rasa sakit itu tidak ada apa-apanya, tapi kini rasanya sangat sakit setiap kali dia merasa cemas.

"Ana, kenapa kamu belum kembali"

Lirih Jordan menyelimuti dirinya dengan erat. Dia merasa sangat kesepian. "Ana, aku bertahan agar bisa bertemu denganmu lagi. Kapan kamu akan datang?"

"Ana..."

"Ana..."

"Kembalilah, aku selalu di sini"

Setiap jam Hendry selalu menemani tuannya agar tidak terjadi hal yang ditakutkan. Jordan selalu berhalusinasi membayangkan Fiona ada dihadapannya.

Demi menenangkan pikiran Jordan, Hendry rela mengatur siasat mengenai informasi Fiona. Barang-barang maupun pentunjuk demi mengulur waktu agar Jordan kembali fokus lagi. Padahal mereka tidak menemukan keberadaan Fiona.

Berbulan-bulan bahkan keadaan Jordan bagaikan mayat hidup di siang hari dan malaikat maut di malam hari. Rumor beredar bahwa dia sangat lah menakutkan, wajahnya yang datar dan tidak pernah menyapa siapapun. Dia bekerja seperti biasa tapi tatapan nya sungguh membuat orang-orang di sekitarnya merinding ketakutan.

Jordan berada di sel tahanan tempatnya menyekap dua wanita yang masih hidup. Penampilan yang sangat kotor dan menjijikan. Sudah lama mereka di dalam sana tentu saja sudah kehilangan akal.

"Di mana Ana?"

Tanyanya untuk yang ke ribuan kalinya. Tapi mereka hanya tertawa tidak peduli. "Hahahaha, perempuan jalang itu sudah mati" jawab Natalia

Plakk

"Pftt, kamu tidak berani membunuhku karena takut kan!? Entah apa yang dikatakan jalang itu sampai kamu tidak bisa melenyapkan ku"

Plakk

"Sekali lagi kamu menghina nya, malam ini kamu benar-benar akan mati"

Ancam Jordan sudah jengah dengan kedua wanita itu. Kesempatan demi menemukan keberadaan Fiona, tetap saja dia lakukan karena pesan dari Fiona.

Kembali lagi teringat, Jordan bergegas pergi sebelum mereka manjadi puing-puing potongan daging yang siap di buang.

Hendry selalu siap membopong tubuh kekar Jordan menuju ke kamarnya. Lagi-lagi dia mengalami gangguan seolah tubuhnya remuk tidak berdaya.

Botol alkohol sudah hilang di seluruh kediaman, malam ini sungguh dia tidak mampu menahannya lagi. Pakaiannya basah akan keringat, tubuhnya gemetar, urat-urat nya begitu jelas karena aliran darah yang mengalir menggerogoti kepalanya.

"Aarrkkhh!!!"

Teriaknya keras sampai membuat mereka semua berkumpul di depan pintu karena khawatir.

Tangan Hendry langsung menghalangi saat para pengawal ingin masuk.

Pasang mata sudah tahu langkah apa yang harus mereka lakukan. Mereka yang berada di sana harus menutup rapat-rapat mulut mereka mengenai kejadian ini.

Hingga akhirnya Hendry bertekad menemui nyonya Elizabeth Mathilde tanpa sepengetahuan bos nya.

Pukul dua belas dini hari Hendry datang mengetuk pintu utama rumah mantan ketua dunia bawah. Dia tahu nyonya Elizabeth belum beristirahat karena begitu banyak tamu yang mengunjunginya setiap malam.

"Kali ini, apa yang ingin kamu tawarkan Hendry"

"Saya tidak mempunyai apapun untuk ditawarkan nyonya, karena nyonya memiliki segalanya. Tapi saya akan datang setiap hari untuk memohon sebuah kesempatan. Semua yang sudah terjadi di masa lalu tidak mungkin bisa kembali, kecuali sebuah kesempatan jika masih bisa memperbaiki"

"Pertama kalinya saya melihat Tuan menjadi manusia yang memiliki nurani. Sejak bersama nona Fiona, dia benar-benar menikmati dunianya, dia....hidup nyonya"

Kali ini, dengan ceritanya, dia meneteskan air mata. Seorang lelaki yang sudah dia anggap seperti keluarga nya kini sedang tersiksa, berjuang dengan hidupnya.

"Nyonya, tolong temukan nona Fiona. Tolong berikan kehidupan tuan Alexander. Saya akan menukar nya dengan nyawa saya. Tolong nyonya, tuan sudah seperti kakak saya, dia adalah keluarga satu-satunya di dunia ini, saya tidak ingin kehilangan keluarga yang sangat saya sayangi"

Lirih nya penuh dengan harapan, semua masalah begitu mudah diselesaikan oleh Hendry, tapi kali ini benar-benar sulit untuk menyelesaikan nya. Perihal cinta antara hidup dan mati kini berada di hadapannya.

Nyonya Elizabeth tersenyum, dia tersentuh dengan kalimat indah nya "malam ini kita akan pergi" ucapnya

Jordan sudah kehilangan kesadaran, dokter sudah menangani dengan cepat.

Dokter Ederson sudah berada di kediaman bersama dengan anaknya. "Ayah," Hardin tahu bahwa saat ini kondisinya sangat memperihatinkan.

Anak dan ayah itu saling memberikan kode. Dalam pengelihatan dokter Ederson kondisi Jordan sama seperti dulu, saat dia pertama kali bertemu dengan anak laki-laki jangkung dan sangat kurus. Rasa sakit yang tidak tertahan, dan satu-satunya obat yang mampu menanganinya adalah jenis narkotika kadar tertinggi yang tidak bisa digunakan untuk manusia. Karena sebanyak apapun anestesi yang diberikan, tidak akan mempan bagi Jordan, semua sudah menyatu dengan biologisnya.

Dan satu-satunya cara adalah membiarkannya sampai dia sadar. Mereka mencoba untuk memborgol di kedua kaki dan tangan Jordan agar supaya dia tidak memberontak atau melukai orang-orang di sekitarnya.

"Ayah, berikan penawar nya" pinta Hardin

"Kita harus menghubungi Nyonya Elizabeth, karena hanya nyonya yang memiliki penawar"

Tidak ada satupun yang berani menghubungi nyonya Elizabeth. Satu-satunya yang bisa leluasa adalah Jordan. Kini Hendry sudah tidak bisa dihubungi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience