36 Stefany dan Hardin

Romance Series 7177

Sepertinya setiap hari dia akan selalu dilayani oleh para pelayan, apalagi saat ini dia sudah berpakaian yang di buat oleh para desainer dunia. Ruangan makeup lengkap bersama dengan dress juga setelan berjejer rapi dalam lemari.

Mulai dari sepatu, high heels, balet dengan segala jenisnya. Apalagi tas juga perhiasan sudah disediakan khusus untuk Fiona seorang. Meskipun pakaiannya simpel tidak menunjukkan kemewahan tapi semuanya sangat berharga bagi mereka yang tahu akan merek merek dunia.

Style Fiona hari ini adalah setelan jas wanita berwarna peach, rambutnya di kuncir kuda dengan rambut lurus dan bergelombang di ujungnya. Sedikit tambahan makeup dengan warna bibir pink natural yang mengkilap.

Awalnya dia ingin mengenakan rok sebatas lututnya tapi sepertinya dia menjaga diri dari Jordan, dia sangat gugup karena tidak ingin menaikkan hasrat seseorang saat melihat dirinya

Fiona sudah selesai dengan segala persiapan nya, hingga saat ini dia sedang menuruni tangga menuju seseorang yang sudah menunggu di ruang tamu.

Mata itu tidak berhenti melihatnya, melihat wanita cantik turun dengan anggunnya. Lagi-lagi hanya Jordan yang tersenyum, dia tahu kalau kali ini Fiona akan memakai setelan itu, setelan yang sama dengan Jordan tapi dengan warna yang berbeda.

Tanpa banyak bicara Jordan segera menarik Fiona masuk ke pelukan nya saat tiba di depannya.

Menyentuh pipi lalu turun ke bibirnya Fiona yang sangat sexy, seringainya kini ditangkap oleh mata Fiona.

Dia segera melahap bibir itu dengan lembut, bibir bawahnya ditarik masuk lebih dalam, terasa seperti sesuatu yang kenyal dan sangat lembut. Tepat saat tangan Jordan sampai di belakang kepalanya, ciuman itu menjadi lebih panas bibir Jordan semakin liar dan rakus melahapnya tanpa henti. Lidahnya menjalar masuk menarik paksa pasangan nya yang sudah tidak mampu menahannya.

Fiona semakin aneh, tubuhnya lemas tidak berdaya dalam dekapan lelaki kuat yang tidak berhenti menarik lidah nya masuk ke dalam. Pikirannya semakin kotor, dia sudah kehilangan akal sehatnya di pagi ini.

"Emmh"

"Ahng!"

Fiona langsung menahannya, menahan tangan yang mencoba memasuki kemejanya dengan cepat.

"Kita harus berangkat" ucap Fiona mengingatkan. Hembusan nafas Jordan menyatu dengan deru nafas di dada Fiona. Menyandarkan kepalanya di bahu Fiona lalu menghela nafasnya dengan panjang.

Jordan seperti kehilangan akal, dia juga seperti sedang tersadarkan.

"Malam ini, tidak bisa di tunda lagi" ucap Jordan langsung membawa Fiona menuju ke mobil.

Tepat saat keduanya sudah berada di dalam mobil, Hendry menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada tuannya. Mata Hendry bertatapan melalui kaca spion mobil, Jordan memberikan kode agar terlihat biasa saja.

Meskipun sepertinya Jordan sedang menahan diri. Begitu hebatnya Jordan sampai mampu menyembunyikan kondisinya dari seorang dokter di sebelahnya.

Kali ini Jordan sedikit kesulitan memasangi dasinya, saat ini dia tidak bisa fokus bahkan memegangnya pun seperti memandangi seseorang dengan buas.

Fiona yang menyadarinya mencoba untuk membantu memasangkan.

"Sini" ucap Fiona menarik dasi sampai lehernya ikut menghampiri Fiona.

Pandangan Jordan teralihkan ke arahnya. Dia hanya bisa senyum dan menuruti perintah dari Fiona. meskipun emosional Jordan terlihat baik-baik saja di luar tapi dalam dirinya apa sudah sangat membara dan panas.

Ini semua adalah efek samping dari narkotika yang dia konsumsi saat menjadi tawanan, alasan alkohol juga cerutu adalah obat agar Jordan kembali pada kesadarannya. Semakin banyak dia mengonsumsi alkohol dan rokok maka dia akan semakin merasa segar dan lebih berfikir jernih. Bahkan alkohol dengan kadar yang tinggi tidak bisa membuat nya mabuk.

Tapi kali ini persyaratan yang ditetapkan Fiona agar Jordan berhenti mengonsumsi keduanya, membuat Jordan kesulitan untuk menahan diri, apalagi di depan wanitanya. Jelas saja Hendry khawatir, tapi bukan pada Jordan melainkan orang-orang yang berada di sekitar nya. Dia akan berubah menjadi hewan buas yang bengis tanpa hati nurani. Jiwa kebebasan juga memburu akan merasuki dirinya sampai dengan mudah menghilangkan nyawa manusia.

Hendry pernah menjadi korban kebuasan Jordan hingga sampai membuatnya hampir kehilangan nyawa. Itulah alasan saat mereka sedang membahas kontrak malam itu, Hendry terlihat sangat menentang keinginan Fiona saat larangan itu dia ucapkan. Entah bagaimana Jordan mampu mengiyakan persyaratan terakhir Fiona dengan santai. Ini akan menjadi masalah besar bagi tuannya, mungkin Fiona tidak akan memberikan persyaratan itu jikalau tahu alasan di balik konsumsi minuman beralkohol. Tapi Jordan sama sekali melarang nya untuk bercerita.

Sampai saat ini Fiona masih dalam kebingungan memasang dasi di lehernya. Entah apa yang terjadi dasi itu terlihat berantakan, entah bagaimana Fiona membuatnya. Tentu saja Jordan tidak menegur cara wanita cantik itu memasangnya, terlihat juga wajah Fiona sangat fokus dan berusaha ingin membantu. Tapi hasilnya tetap saja terlihat sangat berantakan.

"Biarkan saja seperti ini" ucap Jordan agar Fiona terlihat lega.

"Ini pertama kalinya aku memasang dasi. Maaf jika tidak sempurna" ucapnya

"It's okay, not bad" jawab Jordan tersenyum.

"Mmm.. aku masih ingin berada di IGD" ucap Fiona dengan lirih

"Alasannya?"

"Aku masih kekurangan pengalaman, setidaknya setiap saat aku bisa menghadapi segala jenis penyakit saat berada di IGD"

"Baiklah kalau itu maumu"

"Tapi jam kerja anda akan dikurangi sesuai dengan aturan. Karena anda juga harus selalu bersedia saat tuan memanggilmu kapanpun" tambah Hendry menjelaskan prosedur yang sudah di atur

"Tentu saja, aku masih menjadi dokter pribadinya"

"Saat pergantian shift, Hendry akan menjemputmu"

"Em"

Tepat saat mereka tiba di rumah sakit, Fiona segera turun dari mobil.

"Ingat akan perjanjian kita. Tidak boleh ada penghianatan" Jordan mengingatkan.

Fiona kini berada di ruangan nya, ruangan khusus bagi para dokter yang bertugas di IGD termasuk Pandu saat mereka saling bertatap dalam kejauhan.

Meskipun demikian, keduanya mencoba terlihat natural dan profesional di lingkungan kerja. Bahkan mereka sangat kompak ketika ada pasien yang datang.

Tapi ketika mereka sedang rehat, sikap dingin Fiona kembali seperti biasa. Meskipun dia selalu mencari kesempatan untuk berbicara namun tetap saja tidak bisa.

"Ana" lirihnya memanggil

"Ada apa dokter Pandu? Ada yang ingin dokter tanyakan?"

"Apa kamu punya waktu?"

"Maaf, selain pasien tidak ada yang perlu dibicarakan"

"Tapi"

"Maaf Dok, sepertinya saya harus mengunjungi ruang VVIP" ucapnya langsung bergegas pamit

Dikarenakan rumah sakit Medical Center adalah satu-satunya yang terbaik di dunia, Otomatis pasien akan selalu datang dari seluruh penjuru dunia. Dikenal akan kualitas para medis yang tiada tandingan begitu banyak rujukan yang ditujukan untuk rumah sakit sampai-sampai para medis selalu kewalahan menghadapi pasien yang berdatangan.

Berhubung Fiona kini mendapatkan akses menjadi salah satu dokter VVIP rumah sakit, dia mendapatkan panggilan dari seorang dokter di sana.

Fiona menuju ke sana menggunakan mobil rumah sakit, setidaknya dia harus melintasi taman menuju ke sana. Ruangan VVIP adalah tempat yang memiliki bangunan terpisah dan termewah.

Dengan seragamnya Fiona masuk menuju ke lobby utama

"Dokter Fiona?" Tebak seorang suster yang bertugas

Dia mengangguk mengiyakan "Dokter Hardin sudah menunggu di ruangan nya" ucap sang suster langsung mengarahkan menuju ke lokasi

Saat membuka pintu ruangan itu, Fiona melihat seorang wanita cantik sedang mengobrol dengan lelaki di sofa dengan santai.

Saat kedatangan Fiona, wanita cantik yang juga memakai jubah dokternya seketika menatapnya sinis. "Who is she?" Tanya nya pada lelaki di depannya

"Dokter Fiona yang akan menjadi rekan kita di sini" jawab Hardin langsung mempersilahkan Fiona duduk

"Kenapa aku tidak tahu?" Stefany mulai penasaran

"Dia direkrut oleh ayahku" jawabnya

"Sepertinya kamu belum mengenal ku. Perkenalkan, saya Hardin Ederson dan wanita cantik di hadapan saya ini Stefany Gregor kepala ruangan VVIP" dengan ramah dia memperkenalkan dirinya sendiri

"Kamu anak Dokter Ederson?" Terka Fiona

"Benar sekali, ayahku menceritakan banyak tentang mu. Dan aku juga sudah mengetahui kalau kamu dan Alexander-"

"Ada perihal apa sampai dokter mengundang saya kemari?"

"Aku hanya ingin memperkenalkan mu dengan kepala VVIP rumah sakit ini. Saya harap kalian akan akur" ucapnya lagi dengan santai

"Ada hubungan apa kamu dengan Alexander Smith?" Stefany tahu sepertinya wanita cantik yang duduk di sebelahnya ini adalah rekrutmen dari petinggi rumah sakit.

Siapapun itu, tidak ada yang mampu memberikan lowongan kalau bukan dari kalangan tertinggi RS. Sudah pasti dalam benaknya Fiona bukanlah sembarang orang

Untuk saat ini, Fiona tidak ingin menjelaskan apapun mengenai hubungan nya dengan Jordan. "Saya hanya mengenal nya saja dari Dokter Ederson"

Meskipun sepertinya mata Fiona mulai gelisah mendapatkan tatapan tajam dari seorang wanita cantik di sebelahnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience