22 Menahan diri!

Romance Series 7177

Fiona mencoba mengalihkan pandangannya pada lelaki yang kini tidak berhenti menatapnya. Nafas Fiona beradu tidak tenang, dia ingin pergi tapi tak kuasa dalam situasi seperti ini. Mereka berada di tengah danau itu

"Ana..." lirih Jordan ingin mata hazel itu kembali menatapnya. Mata biru itu seolah menyatu dengan kedalaman air yang terang. Semakin kamu menatapnya, semakin kamu tenggelam di dalamnya

"Hm?"

Kedua tangan Fiona sebisa mungkin menolak dorongan itu agar bisa menjaga jarak dengan seseorang di depannya. Tapi jemari kekar itu semakin memaksa mendekat

Cup

Dada Fiona di kecup, seketika dia tersentak kaget, dirinya sudah terkunci dan tidak bisa kemana-mana

"Lihat aku" panggil Jordan semakin membuatnya berdebar kencang. Pipi yang sudah tidak bisa lagi disembunyikan berubah seperti buah persik yang matang.

Mata biru itu jernih dalam pandangannya, mata yang mampu menghipnotis ataupun memabukkan jikalau ingin masuk lebih dalam lagi

Tatapan itu kini semakin dalam, jemari Fiona merapikan sebuah rambut yang menghalangi pandangan nya pada Jordan. Jemari itu berhenti mengelusnya, entah tangan itu begitu nakal menganggap kepala seseorang di hadapannya dengan enteng, dia tidak tahu akibat fatal yang akan dia dapatkan

Mereka diam dalam keheningan, Fiona sangat terkesima menatap lelaki tampan yang telah menarik perhatian nya. Sungguh ciptaan yang sempurna, terpahat dengan rapi seperti ukiran patung yang tak nyata. Rahang tegas yang tirus lalu tatapan mata yang tidak bisa sama sekali di artikan

Fiona menatap bibir nya dengan ragu, entah bagaimana dia menginginkannya, sampai berfikir bagaimana rasanya ketika bibir mereka bersentuhan.

Ibu jari mungil itu menyentuh bibir bawah tebal yang lembab berwarna, sedikit menggerakkan jarinya dengan lembut merasakan bibir itu, tentu saja respon seorang pria langsung mengecup ibu jari itu lalu menariknya masuk merasakan rasa basah yang hangat tapi juga mematikan.

Fiona tidak percaya apa yang baru saja dia lakukan. Dia harus sadar! Dia harus berhenti! Dia menarik cepat tangannya dan mencoba kabur dari pelukan itu.

Cup

Jordan memeluknya paksa menarik ceruk lehernya masuk ke dirinya. Ciuman yang tidak diinginkan, tapi bibir tebal itu memaksa masuk menerobos pintu yang tidak pernah diizinkan.

"Emh"

Fiona menolak, meskipun kedua lengannya memukul dada kekar itu, tetap saja bagi Jordan rasanya tidaklah sakit. Mencoba melepaskan diri dengan sekuat tenaga tapi tangan itu terkunci dengan sendirinya, seolah dia sudah pasrah tapi ingin menikmatinya

"Buka Ana" lirih Jordan dengan tatapan haus yang selama ini di tahannya. Bibir itu di terobos masuk dengan paksa, sedikit menggigit agar bibir itu mengeluh kesakitan

Apa dia harus melanjutkan? Tapi dia tidak bisa menolak tatapan itu.

Sruk

Fiona mengalungkan tangannya memeluk Jordan di lehernya. Dia membuka akses bibir yang sedang melumat bibirnya dengan kasar karena mendapat penolakan, tapi kini seringai Jordan nampak jelas bahagia

Ciuman yang semakin dalam dan semakin lembut, Jordan sangat rakus menghisap bahkan menggigit bibirnya. Rasa panas dari keduanya mulai naik di kepala, bukanlah saat ini mereka berada di dalam air, tapi Fiona seperti terbakar merasakan sensasi luar biasa. Jemari Jordan mulai aktif menjalari menyentuh tubuh Fiona

"Emh"

Fiona mulai kesulitan mengatur nafasnya, Jordan tidak berhenti melahap habis semua rongga mulut bahkan mengabsen setiap sela rongga yang lembab semakin panas dan memabukkan

Memberi sedikit jeda melihat Fiona yang tersengal tidak bisa menyaingi lelaki yang sangat handal memainkan bibirnya hingga bengkak. Bibir nya mati rasa hingga nafas itu keluar melalui rongga mulut nya.

"Ahh!"

Jordan meremas titik sensitif tubuh nys sampai mengerang. Rasanya tidak cukup, ingin lebih mengakses seluruh tubuh mungil yang kini berada dalam jangkauannya, Jordan tidak berhenti mengecup bahkan menggigit dada Fiona yang dipenuhi kissmark oleh ulahnya.

"Jordan!" Fiona menarik paksa lelaki yang sudah kehilangan akal seolah ingin menelan habis dirinya.

Dari awal ini sudah tidak benar gumam Fiona

"Ana. Aku.."

"Kita harus kembali, aku kedinginan" ucap Fiona berubah dingin. Tidak seharusnya mereka melakukan ini. Tapi memang dia sudah tergoda oleh pria misterius yang selalu hangat pada dirinya

"Baiklah" Jordan membantu Fiona naik ke jembatan lalu mengganti pakaiannya dengan segera.

Tubuh ingin berteriak mengekspresikan perasaan yang luar biasa ini. Tapi di sisi lain, bagian bawahnya tegang tidak bisa berbohong. Sepertinya dia harus menenangkannya sembari menunggu Fiona mengganti pakaiannya.

Fiona sudah siap dengan pakaiannya. Jordan segera naik lalu memakai celananya. Kaos hitam yang basah itu diremasnya kuat agar sisa airnya hilang.

"Alfa. Sky" panggil Jordan pada kedua anjingnya yang langsung datang dari entah berantah

Fiona memberikan jaket parasut itu untuk dipakai oleh Jordan, tapi Jordan menolak lalu memakaikannya kembali ke tubuh mungil nya. "Untukmu saja, kamu kan kedinginan" tutur Jordan dengan mood booster yang sangat ceria.

Jordan telanjang dada, dia memamerkan keindahan tubuh berliku-liku yang dimilikinya. Entah bagaimana lelaki ini begitu sempurna dan semakin keren dalam pandangan Fiona.

Pipi Fiona kembali merona ketika melihat tubuh Jordan. Dia mengatur nafasnya sembari mengipasi wajahnya yang memanas.

Lelaki tampan itu memeriksa suhu tubuh Fiona yang merah. "Ada apa?" Tanya Fiona mengindari sentuhan itu.

"Wajahmu memerah Ana, apa kamu demam?" Tanyanya menatap serius. Tapi seringainya tersembunyi

"Aku baik-baik saja" jawab Fiona tidak berani melihat Jordan, dia sangat tersipu malu pada lelaki di depannya

"Apakah dia akan memakan ku di tempat ini" gumamnya dalam hati

Jordan langsung berjongkok di depannya, seolah memberikan tumpangan "naiklah" punggung itu sudah siap untuk mendukung seseorang wanita yang sedang malu.

Hah? Aku akan digendongnya? Tubuh kami akan berdempetan lagi!

Kepala wanita itu sangat di penuh oleh pemikiran-pemikiran aneh di kepalanya. Tapi dia memang kelelahan karena sejam lebih mereka berada di air. Apalagi kaki Fiona yang sudah tidak sanggup berjalan jauh.

"Fiona! Apa yang sedang kamu pikirkan" panggil Jordan berkali-kali karena wanita itu sedang melamun dengan wajah yang semakin memerah.

"Naiklah Ana. Waktu sudah semakin siang" tutur Jordan sudah kelamaan menunggu dalam keadaan berjongkok

Fiona segera naik dan kembali memeluk tubuh Jordan dari belakang.

"Pegangan, aku tidak bertanggungjawab kalau kamu jatuh" pesan Jordan agar wanita nya semakin erat memeluk.

"Hei, apa kamu melihat apa yang master lakukan bersama gadis tadi?" Tanya seorang pengawal yang berada di sekitar danau

"Baru kali ini aku melihat master menggoda wanita sampai hilang akal seperti itu" jawab temannya yang ikut menyaksikan dalam penyamaran mereka.

"benar sekali, biasanya para wanita sendiri yang datang untuk merayu dan menggoda master dengan paksa" jawab satunya lagi.

"Sepertinya master menyukai perempuan itu" ucap mereka satu suara.

"Wanita itu masih terlihat sangat muda, apa dia gadis di bawah umur?" Tanya mereka sangat kepo mengenai hubungan asmara master mereka.

"Ku akui perempuan itu sangat cantik dan seksi" ucap pengawal membuat teman-temannya melirik ke arahnya dengan tajam.

"Apa tadi kamu melihatnya mengganti pakaian?" Tanya mereka sudah mengeluarkan pisau.

Tidak peduli siapapun, kalau melanggar aturan maka hukumannya adalah kematian

"Tentu saja tidak! Aku yang sibuk menjaga Alpha dan Sky mana mungkin melihat nya dengan jelas! Ini hanya perasaan ku saja" jawab pengawal itu tertekan melihat teman-teman nya kembali menyimpan pisaunya.

Setibanya di kastil. Keduanya bertemu dengan Hendry yang baru tiba. Fiona terlihat takut melihat hawa dingin dan tatapan mata yang menakutkan baginya. Bahkan Fiona merasa sesak mendapatkan tatapan tajam dan mematikan baginya. Lalu bagaimana jika Jordan melakukan hal yang sama? Tentu saja tidak, lelaki yang selalu diberikan julukan binatang buas itu akan menjadi anak anjing yang lucu di hadapan Fiona.

"Tuan, apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Jordan sangat natural memerankan sosok nya sebagai pengawal di tempat ini.

"Ada hal penting yang tidak bisa di selesaikan, jadi aku harus kembali ke sini" jawab Hendri menatap Fiona dengan dingin.

"Ana, kamu kembali ke kamar. Tunggu aku di sana" pesan Jordan menurunkan Fiona dari gendongan nya.

Tatapan itu semakin tajam ketika sorot mata Hendry melihat beberapa bekas kissmark di leher Fiona.

Fiona jalan perlahan ditemani oleh pelayan yang membawanya ke kamar utama.

"Ada apa Hendry?" Tanya Jordan Kembali dingin seperti biasanya

"Kita harus bergerak cepat master, situasi saat ini semakin rumit" ucap Hendri semakin cemas dengan situasi yang tidak bisa dia jelaskan, karena Jordan sudah pasti tahu maksudnya.

Jordan selalu mengulur waktu demi bersama wanitanya, kini di sisi lain seseorang mencoba merampas yang seharusnya miliknya.

"Biarkan dulu Hendry, aku punya banyak cara mengalahkan lelaki tua itu, biarkan saja dia merayakan keberhasilannya untuk sementara waktu. Dalam sekejap semua miliknya akan pergi dalam pandangannya" ucap Jordan dengan hawa mematikan.

"Master..."

"Ada lagi?"

"Nyonya besar datang ke kediaman beberapa hari yang lalu. Sepertinya ada hal mendesak yang ingin dia sampaikan kepada anda" kata Hendri semakin membuat nya tertekan dalam situasi ini.

"Aku akan membawa Ana pada nenek" jawab Jordan sudah tahu apa yang diinginkan nyonya besar yang sangat dia hormati

"Tapi dari latar belakang yang di miliki nona Fiona tidak bisa di terima oleh nyonya besar" jawab Hendri selalu saja membuat Jordan kesal setengah mati

"Dia akan menyukai wanitaku Hendry"

Malam yang sangat sunyi bersama dengan suara ombak pantai yang semakin menambah suasana romansa yang telah Jordan siapkan demi seorang wanita cantik

Fiona kebingungan dengan penampilannya malam ini yang sangat elegan, balutan gaun berwarna hitam menunjukkan lekuk tubuhnya yang sangat indah. Belahan dada yang sangat tampak, juga punggung yang terekspos mulus menunjukkan kalau gaun itu sangatlah sexy. Fiona diam saja meskipun dia merasa tidak nyaman dengan gaun ini, bernafas pun terasa sulit karena terlalu ketat di tubuhnya, apalagi ini pertama kalinya dia memakai gaun yang sangat terbuka.

Dan yang paling mencengangkan adalah, warna rambutnya yang hitam pekat di cat sesuai dengan warna rambut aslinya, yaitu warna pirang keemasan. Pewarnaan rambut itu butuh waktu berjam-jam agar sesuai dengan warna rambut Fiona, mereka bahkan mencoba mencampur warna cat rambut agar sesuai, hingga akhirnya mereka menemukan nya. Sudah pasti yang menata juga mengecat rambut Fiona adalah pelayan-pelayan profesional yang tidak bisa diragukan lagi. Brand mereka akan hancur jikalau lelaki kaya itu tidak menyukainya.

Tak tak tak

Bunyi high heels setinggi 12 cm semakin menambah beban bagi Fiona, dia hanya menghela nafasnya dengan jenuh mengahadapi para pelayan yang bisu dan tidak menerima sedikitpun saran darinya mengenai pakaian yang dia gunakan malam ini.

Rambut yang ditata rapi dan dibiarkan terurai dengan susunan yang bergelombang, setidaknya bisa menutupi punggungnya yang terlihat jelas.

"Apalagi yang Jordan rencanakan kali ini?" Gumam Fiona dalam hatinya.

Wanita cantik itu di arahkan menunju ke kolam yang sudah dihiasi dengan lampu kelap kelip bersama dengan bunga-bunga yang sudah tertata rapi di sebuah meja makan berukuran sedang.

Mawar merah menghiasi meja bersama dengan sebuah lilin dan wine yang siap di tuangkan.

Sepertinya malam ini adalah malam yang sangat spesial bagi keduanya. Jordan dengan pakaian formalnya terlihat sangat menawan karena dia memakai setelan jas couple dengan gaun yang saat ini Fiona kenakan.

Mata biru cerah itu tidak hentinya memandangi sosok yang berjalan ke arahnya dengan elegan dan penuh perhatian.

"Adorable mine"

Tatapan itu tidak luput dari pengawasan Fiona sampai dia tiba tepat berada di hadapannya

"Kamu sangat cantik Fiona Anastasya, apalagi rambutmu..." puji Jordan tidak bisa mengalihkan pandangannya

"Ekhem. Malam ini..kamu terlihat berbeda" balas Fiona sebenarnya ingin memuji, tapi ego nya sangat tinggi untuk mengatakannya. Apalagi pujian itu sudah mampu membuat nya salah tingkah

"Please" ucap Jordan menarik kursi untuk Fiona duduk.

Lalu Jordan menuju ke kursinya, tepat berhadapan dengan Fiona.

Para pelayan datang menyajikan makan malam khusus untuk keduanya, wine sudah di tuangkan ke dalam gelas kaca dan siap untuk dinikmati

"Ana..." Lirih Jordan meraih jemari Fiona dengan lembut, lalu menggenggam nya.

Fiona diam, dia hanya ingin mendengarkan setiap kalimat yang Jordan ucapkan

"Sebenarnya akulah pemilik kastil ini dan Hendry yang mengurusinya. Maaf selama ini aku tidak jujur, tapi semua itu aku lakukan agar kamu tidak menjauh ataupun menjaga jarak karena status yang aku miliki. Karena aku tulus menganggap mu sebagai seseorang yang spesial di hatiku" lirih Jordan menjelaskan dengan tenang sembari menatap Fiona dengan dalam

"Lalu, siapa kamu sebenarnya?"

"Untuk saat ini aku belum bisa menunjukkan identitas lebih dalam. Mohon bersabarlah, di saat aku sudah mendapatkan yang seharusnya aku berjanji akan memperkenalkan diri dengan baik di hadapan mu. Jadi untuk itu, tinggallah di sisiku, aku bisa memberikan apa saja yang kamu inginkan" ucap Jordan dengan tulus.

Tatapan hangat itu semakin membuat Fiona bingung, "tinggal di sisimu?"

"Aku akan melindungi, menjaga, dan merawat mu di sisiku"

"Apa kamu tahu Jordan. Pujian sempurna yang kamu tujukan padaku, aku tidak lah menikmatinya. Ini pertama kalinya bagiku memakai gaun indah tapi sangat menyesakkan dadaku. Bahkan high heels yang sedang ku pakai hampir membuat ku jatuh" gumam Fiona tidak mampu mengutarakan pendapatnya.

Segera Jordan menghampiri kaki itu memeriksanya dengan lembut meskipun tidak ada respon dari pemilik kaki itu. seolah dia bisa membaca semua yang ada di dalam benaknya

Jordan menyipitkan matanya "Kenapa kamu tidak mengatakannya pada mereka?" Lirih Jordan melihat luka di sudut kaki Fiona

"Apakah raut wajah ku tidak tampak di mata mereka?" Ucap Fiona dengan dingin

Menyimpulkan hal itu saja sudah menimbulkan pemikiran yang sangat luas bagi Fiona,

"Bahkan aku saja tidak bisa mengatakan apa yang aku inginkan Jordan. Dengan semua kemewahan yang tidak pernah jelas asal-usulnya. Lalu kamu memintaku untuk tinggal di sisimu?"

Mata biru itu menatap dengan sendu, "aku pikir selama ini kamu menikmatinya?"

"Aku hanyalah seorang tamu yang menerima semua pemilik rumah berikan tanpa harus menuntut lebih. Terimakasih atas semuanya...dan aku tidak ingin lagi menerimanya" pandangan itu tertunduk di hadapan seorang lelaki yang masih menyentuh kaki mulus itu dengan lembut

"Lalu..." Mata itu mencari pasangannya "apa kamu akan kembali ke sana?"

"Tentu saja. Mereka adalah keluarga ku"

"Keluarga? Atas segala yang kamu dapatkan meskipun itu tidaklah tulus?"

"Aku tidak perduli, mereka yang selama ini memberikan apa yang aku butuhkan"

"Aku juga bisa memberi nya padamu sama seperti yang mereka berikan. Bahkan aku bisa memberimu dua kali lipat dibandingkan apa yang kamu dapatkan selama ini"

Terlihat bersih keras, tapi seseorang yang tulus tidak akan membiarkan hal-hal yang akan melukai seseorang yang dikasihinya.

"Izinkan aku pergi" bibirnya kelu tapi inilah kenyataannya. Dia harus bangun dari mimpi yang tidak pernah bisa menjadi nyata.

Apakah dengan menunjukkan wajah permohonan saja sudah mampu menggoyahkan komitmen seorang wanita cantik dihadapannya? Sungguh raut wajah kesal, marah, kecewa sudah sangat jelas terpampang pada Jordan. Tapi emosi itu bukan diperuntukkan oleh wanita di hadapannya

Makanan yang tidak tersentuh, wine yang masih pada tempatnya tidak lagi di hiraukan. Bahkan persiapan yang sangat indah ini sudah tidak berarti lagi, karena memang akhirnya sudah seperti dalam bayangan Jordan.

Sruk

"Ahh! Apa yang kamu lakukan?" Sontak Fiona terkejut dirinya di angkat begitu saja oleh seorang pria yang tidak lagi menunjukkan senyuman nya.

"Kembali ke kamar, kaki mu terluka. Aku akan menghukum mereka karena tidak memperhatikan kondisi mu" ucap Jordan dengan dingin.

"Tidak perlu, semua ini salahmu bukan mereka. Turunkan aku" jawab Fiona sama-sama tidak menunjukkan emosi yang menyenangkan,

Brukk

"Akhh" Fiona diletakkan, lebih tepatnya di lempar ke atas kasur karena dia mencoba untuk menolak

"Lepaskan"

"Hm?"

"Lepaskan gaunmu atau aku yang akan melepaskannya"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience